Pernah saya menjenguk tetangga seberang kanan rumah. Ia sangat terharu, kami menjenguk mereka setiap kali ia masuk rumah sakit. Katanya, selain anak dan suami, hanya kami tetangga yang menjenguk.
***
Baiklah, Kompasianer, begitu tadi cuplikan "tetangga adalah musuh sekaligus saudara yang terdekat." Apakah kalian pernah mengalaminya? Bagaimana suka duka bertetangga di tempat kalian tinggal?
Langkah apa yang kalian lakukan dan bagaimana kalian menyikapinya jika ada masalah dan membangun keharmonisan bertetangga? Misalnya kalau ada yang nyetel dangdutan kenceng banget atau jika ada yang nonton TV keras-keras.
Di Indonesia mah ada pak RT, ada yang bantuin. Di Jerman mana ada? So, mainnya adalah peraturan dan hukum yang detil dan eksak. Masih ingat, kan, cerita saya tentang tetangga yang punya anjing penjaga lalu menerkam anak tetangga sampai kasus dimejahijaukan dan anjing harus dihukum mati? Atau cerita burung berkicau pagi-pagi, pemiliknya harus bayar denda 500 euro atau Rp 8.000.000 pada tetangganya yang merasa terganggu?
Selamat datang di Jerman. Semua ada yang atur. (G76).
Ps: Sebagai tetangga jauh, saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis atau berkomentar. Selamat lebaran bagi yang merayakan. We stay at home. Kami di rumah saja, nggak mudik atau pulang kampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H