Suami saya sangat terganggu dengan hal itu, sampai ia mengikuti jejak Trump untuk membangun pagar tinggi yang tertutup. Kalau menurut saya, sebenarnya nggak usah diambil hati. Uangnya buat traveling saja.
Tetangga kami itu mungkin nggak ada kerjaan jadinya hal-hal kecil diurusin. Kepo. Seharusnya kami hadapi mereka dengan kepala dingin. Kalau panas bisa meledak, bahaya.
Nggak mau stress, ah. Jadi sebaiknya kami menganggapnya ributnya tetangga itu biasa, sampai maut memisahkan atau ada yang pindah di antara kami.
Kita tinggalkan seremnya "Tetangga adalah musuh yang terdekat." Kita kembali lagi ke kalimat "Tetangga adalah saudara yang terdekat", soalnya kesannya lebih paradise gitu loh.
Apa saja adab bertetangga yang selama ini telah kami lakukan di Jerman?
1. Ramah
Di Jerman, sapaan Hallo", "Gruss Gott" atau Morgen" adalah wajib diucapkan ketika bertemu orang lain sekalipun baru pertama kali ketemu alias nggak kenal sama sekali.
Anggukan kepala atau mengangkat satu telapak tangan sebagai tanda feed back biasa juga dilakukan orang. Meskipun tetanggan, kami tidak pernah bertemu.
Namanya juga Jerman nggak ada pertemuan RT, RW atau sejenisnya. Paling banter ya, pesta rakyat di musim panas di mana semua orang keluar tumplek jadi satu di alun-alun.
Tuh, harus saling sapa ini menepis anggapan bahwa semua orang Jerman sombong dan kaku. "Semua tak sama" kata Sheila on 7. Keramahtamahan itu juga kami sampaikan kepada para tetangga dengan cara menyapanya saat bertemu. Tapi jangan berharap mukanya berseri-seri seperti yang kita temukan di Indonesia, ya. Wajahnya biasa saja, netral. Nggak usah diambil hati, itu biasa.