Kebingungan dokter bertambah karena aku yang sempoyongan, mengemasi semua barang-barang dan meraih HP Ran yang berbunyi. Ada pesan masuk.
“Rhein, aku masih mencintaimu. Kutunggu kamu di Jakarta, 1 Desember. Di balkon yang sama“ pesan Whatsapp, atas nama Nughie!
Aku ingin berlari sekuat tenaga, menjemput cinta yang abadi.
"Aku akan segera datang, Nughie!" jeritku.
***
Hari berjalan begitu mudah. Banyak sekali percakapan yang aku renda bersama Nughie dan tentu ... ditemani white frape. Tak ada lagi khawatir yang menjaring di dada. Hanya ada aku dan Nughie di sini. Di balkon apartemen yang kini kembali jadi milik kami berdua. Bukan saja apartemenku.
James? Aku baca di internet, ia bunuh diri ... meloncat dari gedung rumah sakit jiwa.
Tanganku yang hangat menggenggam jemari seorang pria yang kupuja. Nughie. Kami tatap supermoon di atas sana. Bukan, bukan lagi bulan mati.
Yang paling membuatku bersemangat, kami sepakat membuka yayasan bagi penyembuhan multiple personality dissorder dengan nama “Rheinara-Nughie“. Perusahaan Nughie, sponsor utamanya.