Aku bahagia. Tanggal yang pasti. Keinginan mengakhiri hidup karena depresi akibat keruwetan yang kualami selama ini membuatku gila, terbuka lebar.
***
27 November 2015.
“Hallo, Anna ... sudah siap hari ini?“ Lagi-lagi dokter Hofmann yang ramah dan baik hati.
“Ya, dok. Aku sudah siap.“
Dokter Hofmann yang masuk dengan sebuah botol dan gelas kecil itu masuk kamar apartemenku. Ia tuangkan cairan warna kuning ke dalam gelas. Kuteguk cairan rasa manis itu. Ohhh ... ngantuk. Hawa ingin tidur mengajakku memejamkan mata. Kupeluk erat Pow, buku lusuh dan HP itu .... Perlahan, tangan dokter begitu hangat meremas kedua tanganku.
“Barangkali kamu akan bertemu Nina, Ran dan entah siapa lagi yang kamu cintai di surga....“
“Papa. Aku berharap begitu, dokter Hofmann.“ Badanku sudah merebah. Dokter dan perawat membantuku meluruskan kaki di atas kasur warna putih.
Lima menit berlalu. Dokter Hofman memeriksa nadiku. Steteskopenya meraba dadaku. Nihil ....
“Ia sudah bahagia.“ Kata dokter Hofmann. Perawat mengangguk. Kedua orang itu meninggalkan ruangan di mana mayatku masih juga hangat.