"Aku senang kita bisa mulai ngobrol malam ini" kata Frans. Jujur saja di hari biasanya Frans yang selalu menanyakan kegiatanku, dan aku selalu menjawabnya dengan satu atau dua kata.
"Maaf ya mas kalau tadi kamu gak nyaman di kantor, aku kepikiran aja tadi sama kamu" Â kataku gugup.
Malamnya ketika hendak tidur aku sengaja menghadap ke arah Frans, biasanya kami tidur saling memunggungi. Frans kembali tersenyum. Sejak kami menikah dia tampak lebih ceria dibandingkan dulu. Dia selalu senyum dan sabar menghadapiku.
"Vina aku sayang banget sama kamu, aku senang banget sama kamu hari ini" katanya sambil mengelus wajahku.
Aku memeluknya erat.
"Maaf ya bikin kamu susah selama ini. Teman-teman kamu gimana tadi di kantor pas aku datang?"tanyaku
"Mereka juga senang kamu datang, mereka selama ini meragukan kalo aku menikah. Aku dijodoh-jodohkan sama Bu Mega. Tapi kamu tenang aja, aku nunggu kamu selama 4 tahun dan sekarang ketika kita udah bersama, aku gak bakalan melepas kamu dengan alasan apapun. Bu Mega pernah mengatakan ingin menikah denganku, tapi aku jelasin semua dan dia bisa memahami. Dia gak sejahat kayak FTV kok, hahahaha" aku memukul Frans pelan. Kami saling terbuka tentang perasaan kami selama bekerja atau saat lagi sendiri. Ketika sedang asyik bercanda, tiba-tiba HP ku berdering, ada nomor yang belum ku simpan menelepon, mungkin klien desain pikirku, dengan perasaan ceria aku mengangkat telepon.
"Halo selamat malam, dengan Vina ada yang bisa dibantu?"
"Vin.." aku terdiam. Suara ini...
"Siapa sayang?" bisik Frans.
"Apa kabar Zi, kemana aja lo, masa nikahan gue gak datang, gak ngirim hadiah juga..."