Sudah tiga bulan pernikahan ini berjalan, dan Zio tetap tidak ada kabar. Hari-hari yang ku lalui juga tidak mengalami perubahan. Agar tidak menyusahkan Frans, aku menyambi di rumah sebagai freelance desain grafis.
Pagi ini seperti biasa Frans mencium keningku lalu berangkat bekerja. Entah apa yang merasuki pikiranku, setelah memakai masker medis, aku mengikuti kegiatannya secara diam-diam. Dia sampai di kantor dan berinteraksi seperti biasa. Aku melihat pedagang buah di sebelah kanan kantornya, itu buah yang biasa dibawa pulang Frans ke rumah. Aku menghampiri pedagang tersebut.
"Pak, bapak kenal sama Pak Frans?" tanyaku.
"Kenal Bu, dia kan teknisi di kantor ini, dia sering beli buah disini, untuk istrinya katanya" jawab bapak itu.
"Ooh untuk istri" gumamku pelan.
"Iya Bu, jangan-jangan Ibu suka ya sama Pak Frans, udah gak heran deh, di kantor ini semua cewek-cewek suka sama Pak Frans, soalnya ganteng, pintar, ramah lagi" lanjut bapak tersebut.
Aku hanya menggeleng dan memasuki lobby kantornya.
"Selamat pagi Bu, ada yang bisa dibantu?" tanya recepsionist.
"Pak Frans ada?" tanyaku
"Pak Frans sedang meeting bersama manager, mungkin selesai pukul 10 Bu" aku mengangguk dan duduk di kursi. Bahkan aku tidak sadar bahwa aku sudah membawakan Frans salad buah dari pedangang buah itu.
"Itu kenapa ya nanyain Pak Frans, bawa-bawa salad buah lagi" aku mendengar bisikan dari receptionist ke rekan di sebelahnya.