Mohon tunggu...
gabriele richard
gabriele richard Mohon Tunggu... Wiraswasta - Komponis,arranger,musisi,penulis

Lahir di kota Purbalingga 15 Mei 1966 Ayah mantan TNI yang pensiun dini untuk mengabdi di dinas Kabupaten Purbalingga,wafat tahun 1981 Ibu seorang wanita desa biasa ,wafat tahun 2016 Satu keluarga terdiri dari sembilan bersaudar,yang bungsu telah wafat di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Arwah Nenek Saras

19 Januari 2017   04:29 Diperbarui: 21 Januari 2017   20:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

“ Ya,tetapi kita harus berusaha untuk menghalau setiap unsur kebangkitan komunis di Indonesia ini,pasti mereka memproak porandakan kepentingan rakyat dan negara yang beragama,entah dengan cara apa....” Kata laki laki muda itu agak prihatin

“ Lho..kata orang komunsime kan systim pemerintahan,apa mereka akan membantai agama?” tanya sang vokalis dan bassits hampir serempak

“ Ya,tapi system pemerintahan atheis,...Maksudnya,jika pemerintahan beranggautakan komunis ,mereka akan memprogram kemakmuran komunsime global,dan kepentingan bangsa yang hanya melaksanakan amanat PANCASILA akan di buang,sebab mereka menganggap ibadah adalah tekanan mental,sedangkan kesejahteraan  hidup merdeka yang mereka gembar gemborkan hanyalah untuk kaum mereka saja,namanya juga komunis” Jawab laki laki muda itu

“ Mungkin mereka akan menghapuskan aktifitas para ahli dan tokoh sosial agama dari bumi Indonesia “ Sambunganya lagi ketika ia merebahkan tubuhnya di atas kursi yang tertata berbaris 

“ Apa sudah yakin akan ada  kebiadaban itu?” tanya sang drumer 

“ Hal itulah yang harus kita fikirkan dari sekarang...anak anak generasi sekarang sudah menilik agama sebagai solusi hidup,dan mereka bersedia kuliah di universitas agama,tentu mereka akan menjadi target itikad  jahat komunis,.....sebaiknya ada usaha perlindungan terhadap kaum intelektual agama” Kata laki laki muda itu optimis

Bagian 4

Saras besar berlarian mendekati penjual bubur  yang sepertinya tidak mendengar bahwa dia sudah memanggilnya berkali kali dari rumahnya

“ Mang,kenapa tidak berhenti,dari tadi Saras manggil “ Kata Saras ketika tukang bubur  itu berhenti dan segera menyiapkan buburnya untuk  Saras .

“ Eh,..neng Saras  ..aaf neng..tadi ada suara petasan anak anak ,jadi paman kuang mendengar..maaf..saya kira neng tadi edang kegirangan mendengar letusan petasan” Ujar penjual bubur itu

“ Mamang ini ada ada saja ,ini bubur untuk nenek  yang sakit,dia nggak puasa,jangan dikasih pedas , mang” Kata Saras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun