Belum sempat saya berkata apa-apa, tiba-tiba peralatan bungy jump sudah terpasang lengkap di tubuh saya.
“Saya akan kembali ke Macau, Chia, tapi bukan mimpi lagi. Saya akan datang secara nyata,” ujar saya berusaha tegar meskipun sedih meninggalkan Chia. Saya mengikuti arahan petugas, lantas melompat turun.
Kontan jeritan saya membahana memenuhi udara. Jantung berdesir-desir, dan tekanan udara seperti menekan-nekan. Namun tak terpungkiri ini seru. Saat seperti ini, saya seharusnya tidak mendengar suara Chia memanggil-manggil. Tapi anehnya, suara Chia makin keras, dan pandangan indahnya Macau dari atas tiba-tiba berubah menjadi dinding kamar saya.
Aihh, itu bukan suara Chia. Itu suara ibu saya memanggil-manggil dari luar kamar. Suara Ibu saya membuyarkan lamunan saya. Tadi kan saya mau tidur, tapi bukannya tidur, ternyata saya malah membayangkan sedang berada di Macau.
“Aida, kamu tadi kan belum Isya! Jangan tidur dulu!” ujar Ibu saya dari luar kamar. Ahh benar. Saya belum sholat. Saya melirik ke HP yang menyala. Terlihat gambar Macau di browser yang masih terbuka.
Yeahh, saya mau solat dulu lah. Mau minta sama Allah biar dibolehin beneran datang Ke Macau. Seperti kata saya ke Chia tadi, saya akan datang ke Macau secara nyata. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H