“Bayar mbak, bayar!” rajuk mereka. Glekk, alamak, saya musti jawab apa coba?
“Aku ra nduwe duit dikk, -aku nggak punya uang-” mendadak adem panas. Bisa tekor nih bayarin anak-anak sebegitu banyaknya.
“Yuh mbak, Rp. 2000 wae mbak. Jajake es teh tog aja buat kita-kita –bayarin es teh aja” Ujar mereka memelas.
Gubrak. Waduh, ni anak-anak nggak tega nolak sebenernya. Tapi kalau diturutin sama saja mendidik yang tidak baik. Antara pengin ngakak, panik, dan bingung melakukan apa.
Untungnya tak beberapa saat kemudian, Agra Mas melenggang dari kejauhan.
“Dek, dek Agra Mas dek! Telolet” seru saya menduding ke arah datangnya bus. Anak-anak itupun langsung menghambur. Dalam hati saya bersyukur luar biaasa. Wkwkwk. Untung saja. Sebelum anak-anak itu kembali saya lantas mendekat ke arah motor saya, mulai menaikinya dan lantas mengucapkan salam perpisahan ke adek-adek telolet.
“Yah, mbak, yahhh. Es teh mbak,” ujar mereka.
Saya hanya tersenyum. “Bye dek,”
Ujar saya lantas kabur. Hahaha
21 Desember 2016