Telolet... telolet....hemm, hari itu saya dibuat merasa oon dihadapan anak-anak usia 10 tahunan
Akhir Juni 2016
Kembali saya pulang kampung. Dan ketika kembali lagi ke Solo, di sebuah jalan depan jembatan timbang Wonogiri riuh anak-anak beramai-ramai memvidio jalanan. Kali ini saya sudah tahu apa yang anak-anak itu lakukan. Memvidio bus telolet. Tapi saya tetap terketuk untuk menghentikan motor menghampiri mereka.
"Kalian bikin vidio bus telolet?" tanya saya retoris.
Expresi anak-anak itu sama seperti beberapa anak di jalan Kartasuro sebelumnya. Memandang saya aneh.
Tapi kemudian seorang anak mendekati saya, yang lantas diikuti yang lainnya. "Iyo mbak. Mbak mau vidio bus telolet juga?"
Nyaris saya tergelak dengan pertanyaan polosnya. Tapi saya tahan. Duhh dek, kakak sudah seanggun ini, masa iya mau ngacungin jempol, lari-lari ngejar bus sembari bikin vidio telolet. Batin saya narsis.
“Kakak ke sini bukan mau vidio bus telolet. Tapi mau memvidio kalian?” ujar saya membuat anak-anak itu terbengong sesaat.
“Memvidio kita?” tanya mereka aneh.
“Iya, nanti kalian vidio bus telolet, terus aku vidio kalian,” ujar saya lantas mulai mengeluarkan kamera pocket dari tas.
“Bus yang bunyi telolet itu apa aja?” tanya saya mengalihkan perhatian mereka yang masih nampak belum mengerti.