Mohon tunggu...
Fredi Yusuf
Fredi Yusuf Mohon Tunggu... Insinyur - ide itu sering kali datang tiba-tiba dan tanpa diduga

selalu bingung kalo ditanya, "aslinya orang mana?".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gara-gara BH Tertutup, Mobil Kami Kena Tilang

27 Maret 2016   23:01 Diperbarui: 28 Desember 2016   15:13 36032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini tidak bermaksud ‘menyerang’ polisi. Atau sebuah pembelaan karena tidak terima ditilang, penjelasan polisi yang menilang kami di lapangan sangat bisa kami terima, pelat BH mobil kami yang tertutup memang bisa mengelabui orang lain. Ini mungkin hanyalah sebuah unek-unek, dari sangat banyak unek-unek masyarakat atas kinerja polisi yang seringkali tampak kurang professional, serta sistem di Negeri ini yang masih buruk.

Percayalah. Saya pun hidup di lingkaran keluarga polisi. Bapak mertua saya polisi, kakak ipar saya Pelatih Polisi. Orang kampung istri saya Jendral Polisi yang terkenal, sekarang Kapolda Banten, yang pas diangkat jadi Datuak di Kampuang, Ibu mertua saya yang mengurusi Kateringnya. Hahaha… yang terakhir ini saya rasa lucu, bawa-bawa orang sekampung hehe…

Maksud saya begini, sesaat setelah ditilang, Bang Aceh yang asal Aceh ngomong ke Saya. “Katanya Abang punya kakak Polisi yang pernah tugas di Aceh, kenapa tadi nggak minta tolong dia supaya nggak kena tilang?”

Sontak sekarang saya yang agak "naik tensi" lalu saya bilang sama Bang Aceh, “Apa urusan kita dengan dia? Ini urusan kita dengan polisi di jalan tadi. Urusanku dengan abangku, ya urusan kakak-adik, urusan keluarga. Kalau urusan kayak gini lu, lu bawa-bawa keluargamu itulah yang disebut KKN yang sudah merusak sistem dan tatanan di negeri ini.”

“Sok kalinya abang ini,” ujar Bang Aceh lirih.  

Oh ya, satu lagi. Beberapa saat sebelum aku selesaikan tulisan ini, aku sempat telepon Fadli, driver kantor yang biasanya ngurusin mobil. Kata dia, kenapa segel KIR dipasang nutupin BH karena posisi di situlah kedudukannya yang paling pas dan aman. Kalau dipasang di tempat lain, takutnya nggak pas dan malah lepas. Kalau lepas, terus hilang, jadi masalah juga bagi polisi.

Oh ya, satu lagi kompasianer, di beberapa daerah orang menyebut istilah pelat nomor kendaraan dengan kode setempat. Di Sumatera Selatan misalnya, menyebut pelat nomor itu dengan sebutan BG, karena kodenya memang BG. Di Jambi orang menyebutnya BH. Jadi misalnya, ada mobil dari Padang atau Jakarta, orang Palembang bisa bilang mobil tersebut BG-nya BA, atau BG-nya B. Sama kayak orang Padang menyebut motor dengan istilah Honda, jadi dia bisa bilang Honda Yamaha, Honda Suzuki, Honda Kawasaki, dan honda-honda lainnya.

Begitulah ceritanya.

Hari itu, “gara-gara BH ketutup, kami kena tilang”, kedengarannya agak ‘geli’. Lalu akan semakin ‘geli’ rasanya, ketika harus bersidang “gara-gara BH yang tertutup”.

Tapi demikianlah di Negeri ini. Merdeka…! Indonesia..! Raya…!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun