Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Arloji

19 Oktober 2016   21:03 Diperbarui: 19 Oktober 2016   21:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal berapa jam ini terakhir digunakan?

Biarkan sajalah. Ku atur asal saja.

Satu hal yang Tiffany sesalkan adalah, jika ia tahu pemutar jam tangan itu dapat membawanya menjelajahi dimensi waktu, ia tidak akan memutar nya sejauh itu. Ya, sejauh itu.

                                                                                               ***

Lebak,1850

Matahari bersinar dengan terang dan menyengat kulit setiap orang yang sedang berada di luar rumah. Beberapa buruh mengangkat karung-karung dan beberapa kali mengelap keringat di pelipis mereka.

“Angkat karung kopi itu, bodoh! Jika ada karung kopi yang terkoyak, semua kerugian akan ditanggung kalian semua! Ku ulangi! Semua kerugian ditanggung kalian semua!”

Seorang Belanda dengan kumis tebalnya sedang berteriak memerintah diantara para kaum pribumi. Ia tidak peduli jika posisinya itu menghalangi beberapa pekerja untuk mengangkat karung berisi biji kopi yang beratnya kira kira 30 kilogram.

Tiffany hanya melihat sekilas ke arah orang Belanda itu, lalu ia berjalan menelusuri area persawahan dan sedang berusaha untuk mengartikan semua hal ganjil yang terjadi padanya saat ini. Ia cukup pintar untuk mengetahui kenyataan bahwa ia terseret ke dalam masa lalu sejauh 166 tahun. Jam tangan yang ia putar tersebut masih ada dalam genggamannya. Tiffany yakin sekali, jika tanggal hari ini adalah tanggal yang ia putar pada jam tangannya.

Kukira hal seperti ini hanya akan terjadi di film-film saja, batinnya pada dirinya sendiri.

Ia melihat banyak sekali orang pribumi yang melakukan pekerjaan kasar. Ada yang membajak sawah, menggali tanah, ataupun mendorong kereta untuk seseorang yang berasal dari kerajaan. Selama ini, Tiffany hanya mengetahui kata ‘kerja rodi’ dari buku sekolahnya saja. Namun, saat ini, ia dapat melihat secara langsung bagaimana kerja rodi itu berlangsung. Rasa simpatinya muncul ketika ia melihat para kaum Belanda yang memerintah bangsa Indonesia dengan kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun