Mohon tunggu...
فظوسف
فظوسف Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - wargabuana (cosmopolitan)

∀x (x ∈ ∅ ⇔ x ≠ x)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kritik atas Pancasila sebagai Ideologi Negara

16 Desember 2023   16:53 Diperbarui: 4 Januari 2024   15:34 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian Pancasila merupakan Filsafat Kebangsaan yang dapat terus menyesuaikan diri dengan tantangan global tanpa perlu menjadi Ideologi Terbuka. Dari kata “Filsafat” itu sendiri secara etimologis dapat mengandung dua makna; Pancasila sebagai Filosofi (Philosophia) Kebangsaan, mengandung aspek teoritis (barang mentah) yang dapat dibongkar, diperdebatkan, didiskusikan secara rasional, dan Pancasila sebagai Falsafah Kebangsaan, mengandung aspek praktis (barang jadi) sebagai pedoman dalam menurunkan aturan perundangan-undangan. Pancasila sebagai fundamen filsafat (Abstrak: Philosophische Grondslag) yang berkembang (dinamis) dalam benak bangsa Indonesia sepanjang sejarah ini harus dibedakan dari Pancasila sebagai norma fundamental (Konkret: Staatsfundamentalnorm) yang tidak dapat diubah secara konstitusional (statis). Untuk mendalami hal ini lebih jauh maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang salah satunya membahas Filsafat Pancasila bukanlah termasuk bidang studi Ilmu Sosial melainkan termasuk bidang studi Humaniora. Demikianlah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai bidang studi akademik harus diajarkan oleh Sarjana Humaniora (Filsafat) bukan Sarjana Keilmuan Sosial.

Oleh karena itu baik sebagai Philosophische Grondslag (Filsafat/Filosofis) maupun sebagai Staatsfundamentalnorm (Norma/Yuridis), Pancasila tidak dapat direduksi dalam bentuk Ideologi. Karena ideologi yang terbukti secara historis (Kapitalisme, Komunisme, Nazisme, Zionisme) bertendensi oligarkis dan otoriter-sentralistik yang merupakan penyakit bagi demokrasi. Jika Pancasila dipaksakan mengambil bentuk Ideologi dalam mengejawantahkan nilai-nilainya, maka Pancasila telah membayangkan suasana politik-transaksional, kepatuhan-kolektif, monokulturalisme, antagonistik, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dalam Demokrasi. 

Lebih lanjut Pancasila tidak bisa dipaksakan ke dalam Politik Poros Tengah demi stabilitas politik, karena itu akan melanggar sila-silanya sendiri. Sikap antagonistik yang memperlawankan Pancasila terhadap oposisi politik (Anti-Pancasila) merupakan bukti Pancasila telah menjadi ideologi negara (pemerintah) sehingga tidak ada ruang yang memungkinkan untuk mendiskusikannya, dan Pancasila yang tidak bisa didiskusikan adalah “Silaisme” yang tidak berbeda dari Fasisme dan Komunisme.

Bacaan Lanjutan 

¹ Juan Christian Guerrero, Antoine Louis Claude Destutt de Tracy's Elements of Ideology, Volume 1: Ideology Strictly Defined and 'On Love' from Elements of Ideology, Volume 5: On Morals, THE AMERICAN UNIVERSITY OF PARIS CULTURAL TRANSLATION MASTER OF ARTS IN CULTURAL TRANSLATION (Paris, November 20 2011), p. 89.

² “Ideology is a part of Zoology, and it is especially in man that this part is important and deserves further development: even the eloquent interpreter of nature, Buffon, would have believed to not have completed his history of man, if he had not at least tried to describe man's faculty of thinking.” See Antoine Destutt de Tracy, Éléments d’idéologie: Idéologie proprement dite, Nabu Press, 2011, p. XIII. (Original work published in 1804)

³ Taylor (1796): ‘Tracy read a paper and proposed to call the philosophy of mind, ideology’. Taylor (1797): ‘... ideology, or the science of ideas, in order to distinguish it from the ancient metaphysics’. In this scientific sense, ideology was used in epistemology and linguistic theory until lC19. See Raymond Williams, Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, rev. ed. (New York: Oxford University Press, 1985), p. 153-157.

⁴ “...After his return to Paris from the disaster in Russia in 1812, Napoleon blamed the idéologues for the catastrophe into which his own despotism had plunged the country: "It is to the doctrinaire of the idologues - to this diffuse metaphysics, which in a contrived manner seeks to find the primary causes and on this foundation would erect the legislation of peoples, instead of adapting the laws to a knowledge of the human heart and of the lessons of history - to which one must attribute all the misfortunes which have befallen our beautiful France.” See Raymond Williams, Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, London: Fontana Press, 1983, p. 154. See also Jessica Riskin, Introduction: Evolution, the Science Napoleon Hated, Stanford University in https://arcade.stanford.edu/rofl/introduction-evolution-science-napoleon-hated.

⁵ Louis Althusser, Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara (Catatan-Catatan Investigasi), IndoPROGRESS, 2015, h. 39.

⁶ And then M. Destutt de Tracy undertakes to prove that propriété, individualité, personnalité are identical, that the “ego” [moi] also includes “mine” [mien], and he finds as a natural basis for private property that Having thus made private property and personality identical, Destutt de Tracy with a play on the words propriété and propre (One's own) like Stirner with his play on the words Mein (mine) and Meinung (view), Eigentum (property) and Eigenheit (peculiarity)... “These are extremely popular”, now already traditional objections to communism, and for that very reason “it is not surprising that Stirner” repeats them. See Karl Marx & Friedrich Engels, The German Ideology including Theses on Feuerbach and Introduction to the Critique of Political Economy, New York: Prometheus Books, 1998, p. 245-246.

⁷ Karl Marx & Friedrich Engels, The Communist Manifesto, London: Communist League, 1848.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun