PENDAHULUAN
 Peserta didik merupakan suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Setiap dari
peserta didik memiliki potensi masing-masing seperti bakat, minat, kebutuhan dan lain-lain. Oleh
karena itu para peserta didik butuh dan perlu dikembangkan memalui pendidikan dan pengajaran,
sehingga dapat tumbuh dan berkembang.
 Dalam era modern ini di bidang pendidikan, perbedaan karakteristik peserta didik perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, setiap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah harus sesuai dengan karakteristik, gaya belajar,
dan kecerdasan masing masing peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeti dan Mumuh
(2014: 72) yang menyatakan bahwa peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan objek
utama yang kepadanyalah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan.
 Melihat penjelasan diatas, karakteristik, gaya belajar, kecerdasan peserta didik merupakan
hal yang perlu diketahui oleh pelaksana pendidikan terutama pendidik yang secara langsung
mendidik peserta didik tersebut. Bagi sesama peserta didik juga perlu diketahui agar dapat
bertoleransi dengan sesama peserta didik yang memiliki perbedaan karakteristik. Guru dapat
memberikan contoh sikap penerimaan dan toleransi sehingga peserta didik merasa nyaman di
sekolah sekaligus untuk menanamkan nilai-nilai dan bahkan menikmati perbedaan diantara mereka
tanpa adanya rasa curiga (Law Nolte & Harris, 2016: 137). Dengan demikian karakteristik, gaya
belajar, dan kecerdasan peserta didik perlu diketahui dan dipahami oleh para pelaksana pendidik
agar dapat merancang rencana pelaksaanan pendidik dengan optimal. Dengan demikian juga jika
masing masing karakterisitik peserta didik dipahami maka masing masing peserta didik akan
merasa diperhatikan dan akan melaksanakan pembelajaran dengan menyenangkan tanpa tekanan.
Â
PEMBAHASAN
 Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti
tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
 Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya
hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi
lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
 Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
 Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
 Berdasarkan landasan yuridis dan teoritik, perlu dilakukan identifikasi karakteristik peserta
didik. Pertama Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat,
kebutuhan, dan kepentingan siswa. Kedua secara teoretik siswa berbeda dalam banyak hal yang
meliputi perbedaan fitrah individual disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya,
ekonomi, dan lingkungan.
Salah satu ciri kegiatan belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara guru dan siswa.
Masing-masing memiliki tugas yang saling mendukung. Siswa bertugas untuk belajar dan guru
bertugas mendampingi siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar, siswa diharapkan mencapai
tujuan pembelajaran tertentu yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Sesuai orientasi baru
pendidikan, siswa menjadi pusat terjadinya proses belajar mengajar (student center), maka standar
keberhasilan proses belajar mengajar itu bergantung kepada tingkat pencapaian pengetahuan,
keterampilan dan afeksi oleh siswa. Oleh karenanya guru sebagai pendesain pembelajaran sudah
seharusnya mempertimbangkan karakteristik siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
Setiap satuan kelas memiliki karakteristik yang berbeda. Heterogenitas kelas menjadi salah
satu keniscayaan yang harus dihadapai guru. Sebagai pendesain pembelajaran guru harus
menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu tolok ukur bagi perencaan dan pengelolaan
proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar di sekolah dasar memiliki corak yang berbeda
dengan proses belajar mengajar di sekolah menengah. Karakteristik siswa itu sesuai dengan tahaptahap
perkembangan siswa. Misalnya, keberhasilan dalam bidang akademik di sekolah dasar
menjadi hal utama sebagai salah satu pencapaian keberhasilan seorang siswa, oleh karenanya
penghargaan terhadap mereka yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan sangat dirasakan.
Sebaliknya bagi mereka yang duduk di bangku sekolah menengah, mulai memiliki pergesaran
paradigma terhadap makna keberhasilan belajar. Perkembangan siswa akan berjalan lurus dengan
kompleksitas masalah yang dihadapi oleh guru. Kenyataan lain yang juga harus dihadapi guru
adalah meski mereka menghadapi kelompok kelas dengan umur yang relatif sama tetapi guru tidak
bisa memperlakukan sama terhadap perbedaan karakteristik siswa. Setiap satuan kelas itu berbeda
dalam hal motivasi belajar, kemampuan belajar, taraf pengetahuan, latar belakang, dan sosial
ekonomi. Hal ini mengharuskan guru memperlakukan satuan kelas itu dengan pendekatan yang
berbeda.
Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan merencakan
pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran di sekolah dasar akan
berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. Smaldino dkk,
mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa:
1. Karakteristik umum.
2. Kompetensi atau kemampuan awal.
3. Gaya belajar.
4. Motivasi.
 Berkaitan dengan motivasi sangat diperlukan untuk memberi dorongan bagaimana siswa
melakukan akativitas belajar agar menjadi kompeten dalam bidang yang dipelajari. Karekteristik
Umum  Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa seperti usia,
kelas, pekerjaan, dan gender. Karakteristik siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh
siswa, dimana ciri tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar.
 Karakteristik siswa merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik
sebagai individu atau kelompok sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian
pembelajaran. Winkel mengaitkan karakteristik siswa dengan penyebutan keadaan awal, dimana
keadaan awal itu bukan hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula
kenyataan pada masing-masing guru.
 Cruickshank mengemukakan beberapa karakteristik umum siswa yang perlu mendapatkan
perhatian dalam mendesain proses atau aktivitas pembelajaran, yaitu:
1. Kondisi sosial ekonomi.
2. Faktor budaya.
3. Jenis kelamin.
4. Partumbuhan.
5. Gaya belajar.
6. Kemampuan belajar.
 Semua karakteristik yang bersifat umum perlu dipertimbangkan dalam menciptakan proses
belajar yang dapat membantu individu mencapai kemampuan yang optimal.
 Analisis karakteristik awal siswa merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa,
berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu
mengingat banyak pertimbangan seperti; siswa, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/pembelajaran tertentu yang
akan diikuti siswa. Â Berikut akan dijelaskan tentang perkembangan siswa dari segi usia, fisik,
psikomotorik dan akademik bagi anak di sekolah dasar.
1. Perkembangan Fisik
 Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan
dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
c. Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis.
d. Struktur fisik atau tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
a) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak -- kanak
1. Usia 0 -- 5 tahun.
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan anak mampu
melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan berjalan,
berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan
dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat partumbuhan jaringan otot lebih besar.
Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional. Perkembangan fisik pada masa anak juga ditandai dengan
koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.
2. Usia 5-8 tahun. Â
Pada tahap ini waktu perkembangan lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot
kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan
kurang.
3. Usia 8-9 tahun.
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki-laki
cenderung menyukai aktivitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat,
koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem peredaran darah masih belum kuat,
koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik, dari segi psikologi anak perempuan lebih
maju satu tahun dari lelaki.
4. Usia 10-11 tahun.
Kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan, Kenaikan tekanan darah dan
metabolism yang tajam. Perempuan mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun),
lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.
2. Perkembangan Psikomotorik
   Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat
universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya
ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan
psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks
seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). Sementara
Gessel menjelaskan bahwa perilaku motorik itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi, dan
keahlian motorik khusus. Â Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk
perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada
yang kompleks dan yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan
spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).
a) Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa kanak-- kanak
1. Usia 3 tahun:
a. Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba -- tiba atau secara cepat.
b. Dapat melompat 15-24 inchi.
c. Dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti kaki.
d. Dapat berjingkat.
2. Usia 4 tahun:
a. Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar.
b. Dapat melompat 24- 33 inchi.
c. Dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan bantuan.
d. Dapat melakukan jingkat 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.
3. Usia 5 tahun:
a. Dapat melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti secara efektif.
b. Dapat melompat 28-36 inchi.
c. Dapat menuruni tangga tanpa bantuan, berganti kaki.
d. Dapat melakukan jingkat dengan sangat mudah.
e. Keterampilan sekolah, mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan
untuk menulis, menggambar, melukis, menari, bernyayi, dll.
Â
3. Karakteristik Perkembangan Akademik
   Karakteristik perkembangan akademik ini dijelaskan dengan menggunakan tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget.11 Kemampuan akademik berkaitan dengan cara kerja
otak. Adapun perkembangan kognitif itu meliputi:
a. Tingkat sensori motor pada umur 0-2 tahun.
Bayi lahir dengan refleks bawaan, dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk
tingkah laku yang telah lebih kompleks. Pada masa ini anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek tetap. Ia hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap oleh inderanya.
b. Tingkat pra operasional pada umur 2-7 tahun.
 Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada halhal yang
dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke2 anak telah mengenal simboldan nama:
1. Anak dapat mengaitkan pengalaman yang telah ada di lingkungan bermain dengan  Â
pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois.
2. Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang membutuhkan
berikir "yang dapat di balik" (reversible). Pikiran mereka bersifat ireversible.
3. Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus dan
belum mampu bernalar (reasoning) secara induktif dan deduktif.
4. Anak bernalar secara tranduktif (dari khusus ke khusus), juga belum mampu
membedakan antara fakta dan fantasi.
5. Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
6. Menjelang tahap akhir ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka
percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya memiliki
satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konseo yang konkrit.
c. Tingkat operasional konkrit pada umur 7-11 tahun.
Anak telah dapat mengetahui simbolsimbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi
hal-hal yang abstrak, kecakapan kognitif anak adalah:
1. Kombinasivitas/klasifikasi.
2. Reversibelitas.
3. Asosiativitas.
4. Identitas.
5. Seriasi.
   Selanjutnya Brunner mengatakan bahwa perkembangan kognisi seseorang bisa
dimajukan dengan jalan mengatur bahan pelajaran. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan kognitif ada 4 faktor:
1. Lingkungan fisik, kontak dengan lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan
dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru.
2. Kematangan, artinya membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang
hal itu akan membatasi secara luas prestasi kognitif.
3. Pengaruh sosial, artinya termasuk penanaman bahasa dan pendidikan pentingnya lingkungan
sosial adalah pengalaman seperti itu seperti pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif.
4. Proses pengaturan diri yang disebut equilibrasi, Proses pengaturan bukannya "penambah"
pada ketiga faktor yang lain. alih-alih ekuilibrasi mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial, dan perkembangan
jasmani. Ekuilibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun dengan baik.
PENUTUP
 Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, oleh karena itu setiap pelaksanaan
pendidikan harus bisa mengetahui dan memahami karakteristik dari setiap peserta didik agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Mengapa penting, mengetahui kemampuan awal siswa
dari perkembangan segi usia, fisik, psikomotorik dan akademik bagi anak di sekolah dasar untuk
memaksimalkan pembelajaran. Karena untuk menjamin bahwa program pembelajaran yang
didesain sesuai dengan profil siswa yang akan menempuh proses pembelajaran. Agar kita bisa tau
bagaimana cara kita mengajar peserta didik yang normal maupun abnormal dan proses belajar
mengajar bisa tercapai dengan maksimal sesuai dengan harapan dan berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Burhaein, Erick. 2017. Aktivitas Fisik Olahraga Untuk Pertumbuhan Dan Perkembangan Siswa
SD. Indonesia Journal Of Primary Education. Vol 1 (01) 51-58.
Halimah, dkk. 2007. Menumbuh Kembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD Melalui Penerapan
Metodologi Quantum Teaching dalam Pembelajaran Tematik.Pendidikan Dasar. Vol 7.
Sanjaya. Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan keenam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI