Abstrak
Perubahan sesuatu yang terjadi di kalangan masyarakat baik itu perubahan dari bentuk besar maupun perubahan dari bentuk kecil, dan perubahan tersebut dari taraf kecil sampai dengan perubahan taraf besar memberi pengaruh yang besar pula bagi aktifitas masyarakat. Dan perubahan mencakup aspek sempit maupun aspek yang sangat luas. Dan untuk melihat adanya sebuah perbedaan dan harus melihat perubahan sosial apa saja yang ada di sekitar obyek tempat peneliti.
I PENDAHULUAN
Perubahan adalah sesuatu yang terjadi di kalangan masyarakat baik itu perubahan dari bentuk besar maupun perubahan dari bentuk kecil, dan perubahan tersebut dari taraf kecil sampai dengan perubahan taraf besar memberi pengaruh yang besar pula bagi aktifitas masyarakat. Dan perubahan mencakup aspek sempit maupun aspek yang sangat luas. Dan untuk melihat adanya sebuah perbedaan dan harus melihat perubahan sosial apa saja yang ada di sekitar obyek tempat peneliti. Perubahan sosial didefinisikan sebagai pergantian yang disignifikasikan mengenai struktur masyarakat mengandung berbagai macam tipe yang pertama perubahan dalam personal hubungan dengan perubahan peran-peran dan individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan beberapa struktur. Kedua perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan perubahan ini misalnya terjadi dalam perubahan alur kerja birokrasi dalam lembaga pemerintahan. Ketiga perubahan dalam fungsi struktur berkaitan dengan apa yang di lakukan masyarakat dan bagaiamana masyarakat tersebut melakukannya. Keempat perubahan dalam hubungan struktur yang berbedah. Kelima kemunculan struktur baru yang merupakan peristiwa munculnya struktur baru yang merupakan pengganti struktur sebelumnya.
Perubahan sosial selalu berhubungan dengan proses perkembangan masyarakat yang semakin modern namun perubahan seperti ini memunculkan banyak cerita yang awal mulanya sebagai masyarakat yang masih primitive sekarang dengan adanya perubahan masyarakat menjadi masyarakat yang lebih maju dan menjadi masyarakat yang lebih mandiri. Akan tetapi perubahanterkadang juga ada dampak positi dan negatif dikalangan masyarakat.
II PEMBAHASAN
1. Perubahan sosial
A. Perubahan sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial. Lebih tepatnya, ada perbedaan  keadaan sistem tertentu pada waktu yang berbeda. Ketika kita mengatakan bahwa ada perubahan sosial yang lengkap dalam kesadaran seseorang, itu terjadi setelah jangka waktu  tertentu dan berbeda dari sebelumnya. Ketika berbicara tentang istilah sebelumnya, pasti ada istilah setelahnya dalam bahasa Inggris (sebelum dan sesudah). Ada tiga konsep tentang perubahan sosial, yang pertama adalah menyelidiki perbedaan. Kedua, penelitian harus dilakukan pada waktu yang berbeda. Dan ketiga, pengamatan dalam sistem sosial yang sama. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan kajian tentang perubahan sosial, perlu mengenali perbedaan atau perubahan persyaratan objek yang menjadi fokus kajian dan mempertimbangkan konteks waktu lain. Dalam hal ini, studi banding dalam dimensi waktu yang berbeda. Setelah itu, mata pelajaran yang ditempatkan pada pusat penelitian komparatif wajib akan menjadi mata pelajaran yang  sama. Oleh karena itu, perubahan sosial mencakup unsur-unsur dimensi ruang dan waktu.
 Dimensi spasial meliputi wilayah tempat terjadinya perubahan sosial dan latar belakang sejarah (sejarah) yang terjadi di wilayah tersebut.Merujuk pada kondisi  di sekitarnya. Dimensi waktu, di sisi lain, mengandung konteks masa lalu, sekarang, dan masa depan. Penyebab utama terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat adalah:
a. Letak geografis masyarakat
b. Keadaan biofisik kelompok
 c. Kebudayaan
d. Kemanusiaan
4 Empat elemen saling mempengaruhi dan pada akhirnya area lain dari
B. Faktor penyebab terjadinya perubahan sosial Perubahan sosial tentunya tidak terjadi begitu saja, pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Ada faktor internal atau eksternal dalam masyarakat. Beberapa faktor  yang berasal dari dalam adalah:
 Pertama, pertambahan dan pengurangan penduduk. Pertumbuhan penduduk menyebabkan perubahan jumlah dan persebaran kawasan pemukiman. Terlihat bahwa kawasan pemukiman yang terkonsentrasi pada satu kawasan (desa) tersebar karena pengaruh angkatan kerja. Penurunan jumlah penduduk juga menyebabkan perubahan sosial budaya Kedua, ada pengetahuan baru. Misalnya, teknologi yang dapat mengubah cara individu berinteraksi  dengan orang lain. Penggunaan teknologi juga dapat menggantikan tenaga manusia dalam kegiatan produksi di  industri. Hal ini karena dengan menggunakan teknologi dapat membuat proses menjadi lebih efektif dan efisien.
 Ketiga, konflik atau konflik. Konflik apa yang akan muncul jika terjadi  perbedaan kepentingan dan ketimpangan sosial? Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda untuk mencapai sumber daya yang ada. Keempat, pecahnya pemberontakan dan revolusi erat kaitannya dengan faktor selama ini: konflik sosial. Pemberontakan tersebut tentunya mengalami banyak perubahan, karena pemberontakan tersebut memaksakan tuntutan mereka dan melumpuhkan kegiatan ekonomi. Tenaga Listrik, dsb.:
 Pertama, terjadinya bencana alam atau bencana alam yang berdampak pada lingkungan fisik. Dalam situasi ini, penduduk setempat mungkin terpaksa mengungsi. Dan ketika penduduk menetap di pemukiman baru mereka, mereka juga harus beradaptasi dengan kondisi alam dan lingkungan yang baru. Pembangunan sarana fisik juga berdampak signifikan terhadap perubahan aktivitas masyarakat. Perang Dunia Kedua. Hal ini dapat menyebabkan perubahan sosial, karena pemenang biasanya  dapat memaksakan ideologi dan budaya mereka pada yang kalah. Ketiga,  pengaruh budaya orang lain. Jika Anda dapat menerima pengaruh budaya lain  tanpa memaksa mereka, Anda dapat berbicara tentang efek demonstrasi. Ketika mereka saling menolak, itu disebut permusuhan budaya. Ketika satu budaya berada pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lain, terjadi proses imitasi yang secara bertahap menggeser unsur-unsur budaya asli. Ada juga faktor yang mempercepat terjadinya perubahan sosial:Â
1) Hubungan dengan budaya lain
2) Sistem pendidikan formal lanjutanÂ
3) Penghormatan masyarakat terhadap pekerjaan dan keinginan untuk maju
 4) Toleransi terhadap perilaku menyimpang
 5) Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka Â
 6) Penduduk yang tidak merata 7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap daerah tertentu
 8) Arah masa depan
 9) Ada baiknya masyarakat harus selalu berusaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka
C. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1) Kurangnya hubungan dengan komunitas lain.
 Hidup dalam keterasingan berarti bahwa satu masyarakat tidak tahu apa yang terjadi di masyarakat lain yang dapat memperkaya budaya seseorang.Â
2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
 3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional
 4) Penggunaan atau kebiasaan
 D. Ciri-ciri proses perubahan sosial
 Artinya, masyarakat  karena semua masyarakat mengalami perubahan, tidak berhenti berkembang. Perlahan atau cepat. Karena proses koordinasi atau koordinasi dalam masyarakat, perubahan yang cepat biasanya menimbulkan kebingungan. Namun gejolak tersebut diikuti dengan proses reorganisasi yang mengarah pada integrasi aturan dan nilai baru. Perubahan tersebut tidak hanya terbatas pada aspek fisik atau spiritual, karena keduanya memiliki keterkaitan yang kuat. Perubahan yang terjadi  pada satu sistem sosial diikuti oleh perubahan pada sistem sosial lainnya
2. Konsep dan teori perubahan sosialÂ
Pelajari tentang konsep perubahan sosial yang dikemukakan oleh banyak ahli (termasuk William F. Ogburn, Seros Marjan, dll.). Berdasarkan berbagai  konsep perubahan sosial  para ahli tersebut, dijelaskan pengertian dari hakikat perubahan sosial.
 Perubahan sosial adalah fenomena kehidupan yang dialami semua masyarakat kapan saja, di mana saja. Semua masyarakat manusia pasti mengalami perubahan dalam segala bidang kehidupan yang terjadi dalam proses hubungan (interaksi) antara individu anggota masyarakat dan antara masyarakat dengan lingkungannya. Jika Anda membandingkan hidup Anda hari ini dengan beberapa tahun atau dekade yang lalu, Anda pasti akan merasakan perubahan. Baik dalam tata cara sosialisasi sehari-hari warga sipil paroki, pakaian, kehidupan keluarga,  kegiatan ekonomi atau mata pencaharian,  kehidupan keagamaan, dll. Segala sesuatu yang Anda rasakan  juga dirasakan oleh orang lain dan masyarakat. Yang membedakan adalah laju atau laju terjadinya perubahan tersebut, dan luasnya aspek kehidupan masyarakat dari perubahan yang dimaksud. Beberapa orang mengalami perubahan sosial yang relatif lambat. Misalnya, butuh waktu puluhan tahun untuk sebuah perubahan baru terjadi, sehingga sepintas tidak diketahui dari luar apakah itu perubahan sosial. Namun, masyarakat terasa sangat dinamis, karena beberapa orang mengalami perubahan sosial yang relatif cepat atau  sangat cepat. Lambat atau cepatnya perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat tertentu sampai batas tertentu unsur-unsur masyarakat tersebut terbuka terhadap perubahan. Unsur-unsur yang dijelaskan di sini terutama terkait dengan pemikiran.
Namun pada lain pihak ada juga kelompok masyarakat yg hanya mengalami perubahan sosial pada sebagian aspek-aspek dalam masyarakat & sebagian yg lain masih dipertahankan. contohnya yg berubah hanya aspek budaya material seperti cara berpakaian atau aspek normatif seperti cara bergaul, sementara sistem nilai yang dianut masih dipertahankan. Perubahan sosial yg demikian atau yg hanya sebagian ini seringkali diistilahkan dengan change in the social system atau perubahan dalam sistem sosial.
Sebagai suatu fokus dalam ilmu sosial khususnya Sosiologi para ahli telah menyampaikan beberapa pengertian konseptual tentang apa yg di sebut dengan perubahan sosial. Beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat diuraikan berikut adalah, yaitu:
1. William F. Ogburn
Meskipun William F. Ogburn tidak memberikan formulasi definisi tentang perubahan sosial, namun Ogburn memberikan gambaran konseptual yang cukup jelas mengenai apa yang di maksud dengan perubahan sosial. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat material maupun immaterial, dengan menekankan pada adanya pengaruh yang lebih besar pada unsur kebudayaan material dari pada unsur yang immaterial.
2. Kingsley Davis
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, mencakup organisasi-organisasi buruh dalam masyarakat kapitalis modern, menyebabkan perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan. Yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
3. Gillin dan Gillin
Mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cita-cita hidup, yang disebabkan oleh faktor perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
4. Samuel Koening
Mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat itu sendiri (intern) maupun sebab-sebab yang berasal dari luar (ekstern).
5. Selo Soemardjan
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola prilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat.
B. Teori Teori Perubahan sosial
Beberapa teori perubahan sosial dikemukan dalam pandangan sosiologi klasik, Beberapa tokoh yang terkenal dalam kelompok ini di antaranya August Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber[1] Untuk lebih jelasnya, pokok-pokok pikiran mereka akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.Â
1. August Comte
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial, August Comte melihatnya sebagai suatu proses evolusi yg bersumber pada proses perubahan secara bertahap dari daya pemikiran warga itu sendiri, atau di sebut juga dengan evolusi intelektual.
Menurut Comte, pada kehidupan suatu masyarakat, banyak unsur-unsur kehidupan yang mengalami perubahan secara evolusi. tetapi di antara unsur-unsur tersebut harus terdapat salah satunya yang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kehidupan masyarakat, sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan sosial. pada hal ini, dampak terbesar ialah berasal evolusi intelektual, atau perubahan secara bertahap dalam cara dan kekuatan berpikir manusia.
2. Karl Marx
Menurut Karl Marx, kehidupan individu dan masyarakat itu dirasakan pada asas ekonomi. ini berarti bahwa lembaga atau institusi-institusi politik, pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, seni, keluarga, dan sebagainya sangatlah bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi untuk perkembangannya. Hal ini juga berarti bahwa lembaga-lembaga ini tidak bisa berkembang dalam cara-cara yang bertentangan dengan tuntutan-tuntutan sistem ekonomi.
3. Emile Durkheim
Menurut Durkheim setiap masyarakat diikat oleh suatu nilai kebersamaan, yang kemudian dikenal dengan konsep solidaritas. Dalam masyarakat yang tahap perkembangannya masih sederhana, ikatan solidaritas dalam masyarakat masih di dominasi oleh faktor-faktor emosional yaitu rasa kekeluargaan yang sangat tinggi antara sesama warga masyarakat. Oleh karena itu warga masyarakat yang bersangkutan mempunyai pandangan hidup yang sama. Mereka diikat oleh suatu jiwa atau hati nurani kolektivitas masyarakat termasuk aktivitas perekonomiannya yang belum mengenal pengkhususan atau spesialisasi. Masalah-masalah yang timbul di antara mereka secara otomatis atau mekanistis akan dirasakan sebagai masalah bersama, yang juga dihadapi atau dipecahkan bersama-sama secara gotong royong. Pembagian kerja yang terjadi hanya dirasakan pada perbedaan usia dan jenis kelamin. Warga masyarakat yang lebih tua diposisikan sebagai pemimpin atau paling tidak sebagai penasihat yang bijaksana, sedangkan wanita diharapkan berkonsentrasi dalam urusan rumah tangga.
4. Max Weber
Pendekatan Weber terhadap perubahan sosial akan lebih jelas kita lihat dalam uraiannya, mengenai lahirnya kapitalisme, seperti yang ditulis dalam bukunya yang terkenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism.
Inti uraian Weber mengenai kapitalisme ialah adanya suatu orientasi pemikiran rasional di kalangan masyarakat terhadap keuntungan-keuntungan ekonomis. Menurut Weber, suatu masyarakat dapat disebut masyarakat kapitalis apabila warga masyarakatnya secara sadar bercita-cita untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan, dan hal ini dianggap sebagai sesuatu yang bersifat etis. Artinya masyarakat memberikan legitimasi atau pengakuan bahwa hal itu sifatnya etis dan baik, sehingga menjadi nilai yang Legitimated atau disepakati sebagai faktor pengikat integrasi kehidupan masyarakat mereka.
C.Teori-teori Modern Perubahan sosial
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial dari sudut pandang ahli-ahli ilmu pengetahuan sosial modern, secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu (a) pendekatan ekuilibrium atau keseimbangan, (b)pendekatan modernisasi dan (c) pendekatan konflik. Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai masing-masing pendekatan tersebut.[2]
Â
A. PENDEKATAN EKUILIBRIUM
Ekuilibrium artinya keseimbangan. Dilihat dari segi teori pada prinsipnya pendekatan ini mengatakan bahwa syarat kehidupan suatu masyarakat adalah adanya keseimbangan atau Ekuilibrium di antara bagian-bagian yang terdapat di dalamnya. Apabila ada faktor yang masuk dalam mengganggu keseimbangan antar bagian-bagian tersebut akan mengakibatkan terjadinya kegoncangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan yang demikian itu masyarakat akan mengusahakan tercapainya keseimbangan (ekuilibrium) yang baru. Dari kondisi keseimbangan sebelumnya sampai ke kondisi yang baru, di situlah terjadi proses perubahan sosial.
B. PENDEKATAN MODERNISASI
Intisari pandangan kelompok ini adalah bahwa proses terjadinya perubahan sosial berkorelasi dengan proses industrialisasi yang ditandai oleh penemuan dan penggunaan alat-alat teknologi modern dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga pendekatan ini lebih menekankan pada adanya faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi sebagai pendorong utama berlangsungnya perubahan sosial.
C. PENDEKATAN KONFLIK
Dalam pembahasan mengenai teori-teori perubahan sosial klasik, khususnya ketika membahas pandangan-pandangan Karl Marx yang menjadi pangkal tumbuhnya pendekatan konflik. pandangan Weber lebih berfokus pada konflik antara kelompok penguasa dalam mempertahankan kekuasaannya.
pandangan pendekatan konflik ini bahwa masyarakat sebagai suatu sistem sosial bukanlah suatu kelompok yang terintegrasi harmonis dalam arti mengikatkan diri pada suatu sistem nilai yang sama. Masyarakat justru merupakan suatu perpaduan dari kelompok-kelompok masyarakat (elemen-elemen) yang mempunyai kepentingan untuk diperjuangkan masing-masing. Secara sederhana, kelompok-kelompok tersebut digabungkan ke dalam kelompok Pro perubahan sosial dan kelompok pro statusquo. Konflik yang terus menerus terjadi di antara keduanya menurut teori ini akan membawa masyarakat ke dalam perubahan sosial. Lambat atau cepat, demikian pula besar atau kecil skala perubahan sosial yang terjadi, akan tergantung pada faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik, yang mempengaruhi masing-masing kelompok untuk memperjuangkan kepentingannya.
3. Sekolah sebagai Agent of Cange
A. Sekolah sebagai Agent of Cange
Pada lembaga pendidikan di sekolah guru merupakan panglima utama yg bertugas membawa perubahan siswa yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu dari hasil proses aktivitas belajar dan mengajar serta penerapan nilai-nilai positif, baik secara privat maupun publik yang dilaksanakan secara profesional.[3]
Guru Sebagai Agen Perubahan (Agent Of Change)
Di sekolah guru merupakan pemimpin (leader) dan pelaku perubahan pendidikan, tanpa keterlibatan guru setiap usaha untuk memperbaharui dunia pendidikan akan gagal. guru adalah garda terdepan dan pelaku perubahan pada global pendidikan. dengan kegiatan mengajarnya, dia membuat identitas keguruannya. Melalui identitas inilah dia mengukuhkan dirinya sebagai pelaku perubahan. kegiatan mendidik, mengajar dan melatih yg dilakukan pengajar di sekolah akan memberikan perubahan pada diri siswanya yg akan bermanfaat bagi hidupnya mengatasi batas-batas kelas.
Sebagai pelaku perubahan, guru mengubah peserta didik menjadi lebih baik, lebih pintar, lebih mempunyai keterampilan yg bermanfaat bagi pengembangan profesi mereka dalam masyarakat. pengajar menghasilkan peserta didik memahami masalah dengan lebih jernih sehingga bisa membuat keputusan serta bertindak secara tepat dan bertanggung jawab pada hidup mereka. pengajar yg baik membentuk siswa siap terjun secara aktif pada masyarakat sehingga bisa menciptakan dan membentuk tatanan masyarakat yg lebih baik dari yg sekarang ini mereka alami[4]
Selain itu menjadi agen perubahan (agent of change) maka guru membawa siswa kearah perubahan yg menghasilkan generasi-generasi potensial. untuk menghasilkan generasi yg potensial tersebut, pendidikan yg dikembangkannya mengandung unsur-unsur kompetensi yg berkualitas, yang terdiri dari komponen pengetahuan, perilaku, serta keterampilan. sebab dengan menerapkan ketiga ranah tersebut pada aktivitas mendidik, mengajar serta melatih maka bisa dipastikan program pembentukan potensi peserta didik bisa tercapai.
Sebagai agen perubahan guru pun harus mampu mengganti mindset mereka, bahwa guru tidak hanya berusaha mentransfer ilmu, menyalin serta memindahkan pengetahuan pada peserta didik, tanpa memahami hal yg mampu membawa perubahan positif pada diri siswa tersebut. guru tidak hanya pandai , Bila seorang guru dituntut hanya pandai , google jauh lebih pintar. tetapi, seseorang pengajar ialah agen perubahan yg seharusnya mampu membawa seorang individu menjadi manusia yg berkarakter positif. Selagi guru yg berdiri di depan kelas tidak hanya mengajar, tetapi juga bisa mengubah karakter siswa, maka seorang guru tidak akan bisa tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. dan dalam mewujudkan perubahan pada anak bangsa, guru harus bisa mengganti metode pembelajarannya. guru harus mampu menjadi seorang fasilitator, katalisator, serta bisa menemukan potensi siswanya sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi generasi sekarang sudah masuk ke era indistri 4.0, maka guru harus mampu membawa para siswanya menghadapi era disrupsi teknologi, dengan membekali siswa menggunakan berbagai keterampilan yang mumpuni.
Sehebat apapun teknologi, pengajar tidak akan tergantikan oleh mesin, serta kemajuan era digital sekarang ini. guru membentuk karakter anak bangsa dengan budi pekerti, tanggung jawab, serta nilai- nilai kebaikan lainnya. pengajar bukan hanya sekadar pekerjaan atau profesi, melainkan manusia yg menyiapkan masa depan bangsa.
Sebagai agen perubahan sangat banyak yg harus diubah oleh seorang guru di sekolah. Selain mengubah perilaku serta menambah ilmu pengetahuan, mereka juga mengubah serta membimbing setiap peserta didik yg diajarnya menjadi sosok yg berkepribadian positif dan unggul.
B. Strategi meningkatkan peran guru sebagai Agen Perubahan (Agent of Change)
kondisi kualitas guru  di Indonesia secara makro masih belum terberdayakan secara maksimal , serta diantara faktor kunci penyebabnya ialah kondisi mentalitas, motivasi atau dorongan internal guru untuk terus belajar, berinovasi pada pembelajaran serta terus mengikuti perkembangan Iptek modern masih cukup rendah (Oemar, H., 2002; Tilaar, 2002; Wahab, A.A., 2007). untuk itu ada beberapa langkah strategis yg bisa dilakukan dalam meningkatkan peran guru sebagai agen perubahan (agent of change) pembelajaran peserta didik di kelas diantaranya:
1. membentuk kualitas mentalitas positif guru
2. melalui 'tim inovasi pembelajaran' di setiap satuan pendidikan, guru dilibatkan secara aktif- kreatif pada mengembangkan kemampuan prefesionalnya
3. membangun mentalitas kerjasama menjadi team work yg kokoh. seluruh pengajar di satuan pendidikan pada proses layanan pendidikan harus menyatu bagaikan satu bangunan kokoh (kesatuan sistem). Proses hubungan dissosiatif sesama pendidik dalam pemberian layanan pendidikan harus diminimalisir[5]
4. Dinas Pendidikan Kota atau Kabupaten, melalui pengawas sekolah terus melakukan pemantauan atau pembinaan terhadap kinerja guru
5. meningkatkan kualitas sarana parasarana pembelajaran di sekolah serta meningkatkan kesejahteraan guru. sebab ketersediaan sarana serta prasarana pembelajaran secara baik akan bisa meningkatkan kualitas proses pembelajaran peserta didik di sekolah[6]
Â
III PENUTUP
 Kesimpulan
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial. Untuk itu terdapat tiga konsep dalam Perubahan Sosial, yang pertama, studi mengenai perbedaan. Kedua, studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda. Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya Perubahan Sosial serta kondisi yang melingkupinya, yang mana di dalamnya mencakup konteks sejarah (history) yang terjadi pada wilayah tersebut. Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah mahluk yang berfikir dan bekerja di samping itu, selalu berusaha untuk memperbaiki nasibnya serta kurang-kurangnya berusaha untuk mempertahankan hidupnya.Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2012),hal.2
 Phil.Astrid S.Susanto,Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial,(Jakarta:Bina Cipta,1983),hal.165-166
 Nanag Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta:PT Raja GrafindoPersada,2012),hal.16-17
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,hal.17-19
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada,1990),hal.329
 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2012),hal.13
Soekanto, Soerjono (i987). Sosiologi, suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Etzioni, Eva and Amiatai Etzioni (1967). Social Change: Sources, Pattern, and Consequences. New York: Basic Books, Inc, Publishers
Craib, Ian (1986). Teori-teori Sosial Modern. Dari Parsons sampai Habermas. Jakarta: CV. Rajawali
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: Penerbit IKIP Malang
Soetjipto dan Kosasi R. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Usman, M.U., 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
 Atmadi, (ed). 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium. Yogyakarta: Kanisius dan Unversitas Sanata Dharma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H