Menurut Karl Marx, kehidupan individu dan masyarakat itu dirasakan pada asas ekonomi. ini berarti bahwa lembaga atau institusi-institusi politik, pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, seni, keluarga, dan sebagainya sangatlah bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi untuk perkembangannya. Hal ini juga berarti bahwa lembaga-lembaga ini tidak bisa berkembang dalam cara-cara yang bertentangan dengan tuntutan-tuntutan sistem ekonomi.
3. Emile Durkheim
Menurut Durkheim setiap masyarakat diikat oleh suatu nilai kebersamaan, yang kemudian dikenal dengan konsep solidaritas. Dalam masyarakat yang tahap perkembangannya masih sederhana, ikatan solidaritas dalam masyarakat masih di dominasi oleh faktor-faktor emosional yaitu rasa kekeluargaan yang sangat tinggi antara sesama warga masyarakat. Oleh karena itu warga masyarakat yang bersangkutan mempunyai pandangan hidup yang sama. Mereka diikat oleh suatu jiwa atau hati nurani kolektivitas masyarakat termasuk aktivitas perekonomiannya yang belum mengenal pengkhususan atau spesialisasi. Masalah-masalah yang timbul di antara mereka secara otomatis atau mekanistis akan dirasakan sebagai masalah bersama, yang juga dihadapi atau dipecahkan bersama-sama secara gotong royong. Pembagian kerja yang terjadi hanya dirasakan pada perbedaan usia dan jenis kelamin. Warga masyarakat yang lebih tua diposisikan sebagai pemimpin atau paling tidak sebagai penasihat yang bijaksana, sedangkan wanita diharapkan berkonsentrasi dalam urusan rumah tangga.
4. Max Weber
Pendekatan Weber terhadap perubahan sosial akan lebih jelas kita lihat dalam uraiannya, mengenai lahirnya kapitalisme, seperti yang ditulis dalam bukunya yang terkenal The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism.
Inti uraian Weber mengenai kapitalisme ialah adanya suatu orientasi pemikiran rasional di kalangan masyarakat terhadap keuntungan-keuntungan ekonomis. Menurut Weber, suatu masyarakat dapat disebut masyarakat kapitalis apabila warga masyarakatnya secara sadar bercita-cita untuk mendapatkan keuntungan atau kekayaan, dan hal ini dianggap sebagai sesuatu yang bersifat etis. Artinya masyarakat memberikan legitimasi atau pengakuan bahwa hal itu sifatnya etis dan baik, sehingga menjadi nilai yang Legitimated atau disepakati sebagai faktor pengikat integrasi kehidupan masyarakat mereka.
C.Teori-teori Modern Perubahan sosial
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial dari sudut pandang ahli-ahli ilmu pengetahuan sosial modern, secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu (a) pendekatan ekuilibrium atau keseimbangan, (b)pendekatan modernisasi dan (c) pendekatan konflik. Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai masing-masing pendekatan tersebut.[2]
Â
A. PENDEKATAN EKUILIBRIUM
Ekuilibrium artinya keseimbangan. Dilihat dari segi teori pada prinsipnya pendekatan ini mengatakan bahwa syarat kehidupan suatu masyarakat adalah adanya keseimbangan atau Ekuilibrium di antara bagian-bagian yang terdapat di dalamnya. Apabila ada faktor yang masuk dalam mengganggu keseimbangan antar bagian-bagian tersebut akan mengakibatkan terjadinya kegoncangan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan yang demikian itu masyarakat akan mengusahakan tercapainya keseimbangan (ekuilibrium) yang baru. Dari kondisi keseimbangan sebelumnya sampai ke kondisi yang baru, di situlah terjadi proses perubahan sosial.