Mohon tunggu...
Fitria Avina Putri
Fitria Avina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka musik, novel, langit, bulan, dan masih banyak lagi hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

27 November 2023   21:10 Diperbarui: 27 November 2023   21:16 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang 

Pendidikan Islam merupakan upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan seluruh potensi manusia baik secara hakiki maupun intelektual untuk membentuk individu muslim yang utuh. Manusia merupakan hewan yang membutuhkan bantuan dan bantuan orang lain, mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan. Pendampingan dini kepadanya penting untuk sekolah. Ketika orang tuanya pertama kali memberinya bantuan, itulah awal pendidikannya setelah ia dilahirkan. Dilihat dari sudut pandang manusia di dunia lain, yang utama adalah pembinaan terhadap seluruh potensi terdalam manusia yang telah Tuhan berikan kepadanya.

Pendidikan Islam adalah: "Arah pengembangan yang mendalam dan nyata sesuai pelajaran Islam dengan maksud mengkoordinasikan, memberi petunjuk, mempersiapkan, memelihara dan mengatur pelaksanaan setiap pendidikan Islam. Sementara itu, menurut Abdul Mudjib dan Yusuf Mudzakir, Pendidikan Islam pelatihan tersebut adalah: "Cara transinternalisasi informasi dan nilai-nilai keislaman yang paling umum kepada peserta didik melalui pendidikan, penyesuaian, pengarahan, dukungan, pengawasan dan peningkatan kapasitas mereka yang sebenarnya, untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan suatu mata kuliah yang mengubah informasi, budaya dan nilai-nilai serta membina kemampuan peserta didik agar mempunyai karakter yang utuh untuk mencapai kepuasan hidup di dunia dan keabadian sesuai pelajaran Islam. Jadi tugas pendidikan Islam adalah membantu membina kemampuan peserta didik agar sesuai dengan fitrahnya ketika dilahirkan, khususnya kecenderungan manusia untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat. Kecenderungan ini harus dilindungi, dikoordinasikan dan diarahkan dan instrumen untuk ini adalah instruksi. Amal-amal besar yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dapat diakui oleh seluruh majelis yang bermula dari sifat-sifat ketuhanan.

Menurut Hadinoto, mobilitas sosial adalah perkembangan seseorang atau kelompok yang dimulai dari satu posisi ke posisi berikutnya. Jabatan dapat berarti : keadaan suatu tempat, dapat juga berarti status. Sementara itu, Idi memaknai bahwa mobilitas sosial merupakan upaya pembangunan daerah dalam upaya menuju perubahan yang lebih baik. Menurut Vembrianto, mobilitas sosial adalah perkembangan masyarakat yang dimulai dari satu posisi sosial kemudian ke posisi berikutnya dalam suatu konstruksi sosial. S. Nasution menerima bahwa ada dua implikasi mobilitas sosial, secara spesifik: Pertama, bahwa suatu wilayah di mata publik selalu berubah posisinya jika dibandingkan dengan wilayah lain. Misalnya, kedudukan seorang pendidik yang dihormati di zaman dahulu kala, saat ini, tidak berada di tempat yang begitu tinggi saat ini. juga, peluang bagi masyarakat untuk berpindah dari satu lapisan sosial ke lapisan berikutnya, yang harus terlihat dari iklim di mana individu tersebut berada. Dalam Ravik Karsidi, portabilitas sosial adalah kesempatan masyarakat untuk memunculkan kelas sosial dalam desain sosial masyarakat umumnya, yang dilihat dari kemajuan individu dalam bergerak. Hal ini terjadi dalam dua arah, yaitu yang berlaku khususnya dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi. spot atau gagal dan selain tetap pada kesejahteraan ekonomi yang telah dicapai atau turun dari status tersebut.

Hubungan antara pendidikan Islam dan mobilitas sosial memiliki relevansi yang kuat dalam konteks masyarakat Muslim saat ini. Pendidikan Islam adalah salah satu faktor kunci dalam meningkatkan mobilitas sosial karena memberikan wawasan agama dan pemahaman etika, sambil juga mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sejumlah contoh konkret menunjukkan bagaimana individu dan kelompok masyarakat telah mengalami peningkatan mobilitas sosial melalui pendidikan Islam. Misalnya, seorang siswa dari latar belakang ekonomi yang rendah yang menerima pendidikan Islam yang berkualitas dapat meraih sukses dalam dunia bisnis dengan menjalankan prinsip-prinsip etika Islam. Selain itu, banyak ilmuwan dan pemimpin sosial dalam masyarakat Muslim telah mengambil inspirasi dari pendidikan Islam mereka untuk berkontribusi pada pembangunan dan perubahan positif dalam masyarakat mereka.

Rumusan Masalah 

1. Apa pengertian dari pendidikan Islam dan Mobilitas sosial?

2. Bagaimana konsep dan teori mobilitas sosial? 

3. Apa saja konsekuensi dan dampak sosial pendidikan Islam?

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial 

2. Untuk mengetahui konsep dan teori mobilitas sosial

3. Untuk mengetahui konsekuensi dan dampak mobilitas sosial pendidikan islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

1. Pengertian Pendidikan Islam 

Dalam masyarakat yang kuat, pendidikan memegang peranan yang menentukan keberadaan dan kemajuan masyarakat tersebut, karena pendidikan merupakan upaya untuk menyelamatkan, menggerakkan dan mengubah kualitas sosial secara keseluruhan cara pandang dan tipenya terhadap masyarakat di masa depan. Selain itu, tugas pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk standar kehidupan Islam untuk melindungi, menggerakkan dan menanamkan kualitas-kualitas Islami ke depan sehingga kualitas-kualitas sosial yang ketat dapat terus bekerja dan tumbuh di mata masyarakat. .

Sebagaimana ditunjukkan oleh Zakiah Daradjat (1992: 28) Pendidikan Islam sekaligus merupakan pelatihan rasa percaya diri dan pengajaran tujuan mulia. Selain itu, karena pelajaran Islam berisi pelajaran tentang mentalitas dan perilaku individu terhadap kehidupan individu dan kelompok, maka sekolah Islam adalah pendidikan individu dan pengajaran lokal.

Pembinaan keislaman secara khusus bergantung pada nilai-nilai dalam menanamkan dan membentuk mentalitas hidup yang diresapi dengan kualitas-kualitas Islami yang ketat, serta menciptakan kapasitas logika yang sesuai dengan kualitas-kualitas fundamental Islam (Nur Uhbiyati, 1997: 22). Dalam hal ini pendidikan Islam selain memuat cara pandang dan perilaku masyarakat terhadap kehidupan individu dan kelompok, juga memuat kapasitas ilmu pengetahuan yang sesuai dengan sifat-sifat Islam yang mendasarinya.

Dalam konteks humanistik yang otentik, persekolahan Islam diartikan sebagai pendidikan/pendidikan yang ketat atau Islami (al-tarbiyah al-diniyah, ta'lim al-gaduh, al-ta'lim al-dini dan al-ta'lim al-islami). dalam sistem tarbiyah al-Muslimin (pengajaran umat Islam), untuk melengkapi dan memisahkannya dari pelatihan umum. Misalnya, adanya sistem persekolahan Madrasah Diniyah yang dirancang sebagai wahana untuk menyelidiki, mengkaji dan menguasai informasi ketat serta mengamalkan pelajaran agama Islam bagi siswa Muslim yang pada awalnya bersekolah di sekolah umum atau sekolah yang ditetapkan. oleh pemerintahan pionir (Muhaimin. 2001: 38).

Muhammad Qutb (1993: 18) dalam salah satu bukunya tentang pelatihan Islam, Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah. menyatakan bahwa latihan adalah mendidik seluruh individu, otak dan hatinya, mendalam dan jasmani, etika dan kemampuannya, serta keseluruhan latihannya, baik latihan individu maupun sosial dan alam dalam pandangan keutamaan Islam. Pendidikan menurut sudut pandang Islam adalah suatu cara untuk membingkai manusia berdasarkan sifat-sifat Islam.

Dari pengertian-pengertian di atas, cenderung dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya untuk membina segenap potensi individu dan sosial manusia dalam konteks pelajaran Islam. Pengajaran merupakan upaya sadar yang dilakukan seseorang terhadap orang lain untuk menumbuhkan seluruh potensi dirinya, dengan tujuan agar mereka mengembangkan dan menciptakan menuju terbentuknya akhlak muslim.

Sebagaimana dikemukakan oleh Muhaimin (2001: 29) istilah pendidikan Islam dapat diartikan dalam beberapa implikasi, yaitu:

Pelatihan menurut agama Islam atau pesantren, khususnya pelatihan yang dianggap tercipta dari hikmah dan nilai-nilai utama yang terkandung dalam sumber fundamentalnya, khususnya Al-Qur'an dan Hadits. Dalam pengertian ini, pelatihan Islam dapat muncul sebagai kontemplasi dan spekulasi instruktif yang didasarkan pada diri sendiri atau dibuat-buat dan diciptakan dari sumber-sumber fundamental tersebut.

Pendidikan keislaman atau pengajaran Islam yang ketat, khususnya upaya mengajarkan agama Islam atau hikmah keislaman beserta sifat-sifatnya sehingga menjadi gaya hidup seseorang (pandangan dan watak hidup).

Persekolahan dalam Islam atau siklus dan praktek pemberian pelatihan yang terjadi dan tercipta sepanjang keberadaan kelompok umat Islam. Pengajaran Islam dapat dimaknai sebagai suatu proses asimilasi dan warisan dari ajaran, budaya, dan peradaban umat Islam yang ketat dari zaman ke zaman, pada saat ini adalah waktu yang tepat.

Pertimbangan Muhaimin di atas memberikan pemahaman bahwa pengajaran agama Islam tidak hanya sebatas mengajarkan agama Islam kepada siswa. Pendidikan Islam memiliki arti yang sangat luas, baik dari sudut pandang filosofis, isi pembelajaran, dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh umat Islam.

2. Pengertian Mobilitas Sosial 

Mobilitas sosial merupakan perkembangan masyarakat dalam latihan menuju perubahan yang lebih baik. Henry Earth Smith (1968) mengatakan bahwa keserbagunaan sosial adalah perkembangan di dalam konstruksi sosial (perkembangan antar manusia dan perkumpulannya). (Gunawan dalam Idi, 2015:195). Sangat mungkin masuk akal bahwa perkembangan masyarakat, kadang-kadang berada di antara berbagai situasi dalam definisi sosial, menentukan urutan kekuasaan di arena publik. Dalam budaya saat ini, posisi kelas dalam struktur terkait kata merupakan isu sentral dalam keserbagunaan persahabatan. Mobilitas sosial mencakup pengembangan termasuk pengembangan sistem progresif kelas atau status, fleksibilitas naik atau mobilitas menurun: di mana konsentrasi dan pertimbangan ilmu sosial adalah pada perbedaan antara kelas keuangan atau posisi status, atau mungkin lebih singkatnya rentang waktu, misalnya naik turunnya karier seseorang, mobilitas intragenerasi (Idi, 2015: 196).

Kata mobilitas berasal dari bahasa Latin "mobilis" yang artinya mudah untuk memindahkan atau memindahkan banyak hal dari satu tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang mirip dengan kata ini biasa digunakan, yaitu pemindahan, perpindahan, atau pembangunan.

Oleh karena itu, istilah mobilitas sosial diartikan setara dengan istilah pembangunan sosial, pembangunan sosial, atau pembangunan sosial. mobilitas sosial adalah perkembangan orang atau perkumpulan yang dimulai dari satu posisi sosial kemudian ke posisi ramah berikutnya. Tatanan sosial dengan kerangka definisi sosial terbuka memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerangka penggambaran sosial tertutup yang biasanya memiliki tingkat keserbagunaan rendah, seperti yang ditemukan pada tatanan sosial berperingkat.

Sebagaimana dikemukakan oleh Lipset dan Hans Zetterberg (Bendix, 1966: 565 dalam Pattinasarany, 2016: 33) "keserbagunaan sosial terdiri dari empat aspek, yaitu: Pertama, peringkat terkait kata. Pekerjaan adalah tanda umum dari penggambaran sosial. Para ahli berpendapat bahwa Pekerjaan merupakan salah satu variabel yang memisahkan keyakinan, standar, kecenderungan dan artikulasi dekat dengan rumah seseorang. Kedua, positioning pemanfaatan, yang mengacu pada gaya hidup. Gaya hidup dan ketenaran yang kurang lebih setara dapat dianggap ada dalam kelas pembelanja yang serupa. Metode yang paling cocok untuk menghitung catatan pemanfaatan kelas bukanlah dengan melihat total gaji melainkan dari gaji yang dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan yang tinggi dan sosial. Ketiga, kelas sosial. Seseorang seharusnya berada dalam kelas yang sama. kelas sosial sebagai individu lain jika mereka mengakui orang lain sebagai setara dan memiliki hubungan yang nyaman Keempat, power positioning Aspek ini berhubungan dengan hubungan kerja sebagai kekuasaan dan hubungan kekuasaan, yang mencakup situasi bawahan dari satu sudut pandang dan superordinat. situasi di sisi lain. Mereka menerima bahwa kekuasaan adalah sarana untuk mobilitas sosial. Untuk memperkuat hipotesis ini, dalam hipotesis fleksibilitas ramah, kunci yang sering digunakan oleh spesialis mobilitas ramah dikenal sebagai gagasan titik awal kelas dan tujuan kelas. Sebagaimana dikemukakan oleh Ishida dan Miwa (2005:6), permulaan kelas mengacu pada kelas ayah responden ketika responden menginjak usia dewasa. Yang dimaksud dengan definisi ini adalah ketika seorang spesialis memimpin suatu peninjauan, ia harus terlebih dahulu membedakan dan memutuskan kelas sosial wali (dalam definisi ini, kelas sosial ayah) dari responden yang dimaksud. Kelas induk adalah kelas dari mana individu yang bersangkutan berasal. Gagasan tujuan kelas direncanakan sebagai berikut "tujuan kelas menyinggung kelas momentum responden" artinya tujuan kelas tersebut adalah kelas sosial responden pada saat eksplorasi diarahkan. Bukti dan jaminan pembeda ini sangat penting untuk menentukan ada tidaknya perubahan sosial dari wali menjadi responden (dalam Pattinasarany, 2016:36-37).

3. Pengertian Mobilitas Menurut Para Ahli

Pembicaraan tentang mobilitaramah dikenang karena disiplin ilmu humanisme, sehingga pemahaman akan hal ini jelas disampaikan oleh para ahli yang merupakan sosiolog.

Edward Ransford

Menurut Ransford, mobilitas sosial adalah pembangunan yang mengarah ke atas atau ke bawah dalam berbagai tingkatan iklim sosial.

Anthony Giddens

Seperti yang ditunjukkan oleh Giddens, mobili sosial adalah sesuatu yang mengacu pada pertumbuhan manusia dan pertemuan antara berbagai posisi keuangan.

William Kornblum

Kornelmu menerima bahwa mobilitas sosial adalah perkembangan manusia, keluarga, dan pertemuan yang dimulai dari satu lapisan sosial lalu ke lapisan sosial berikutnya.

Michael S.Bassis

Menurut Bassis, mobilitas sosial adalah arah naik atau turunnya iklim keuangan yang dapat mengubah kesejahteraan ekonomi seseorang di mata publik.

Kimball Muda dan Raymond W. Mack

Kedua sosiolog ini mengemukakan bahwa mobilitas sosial adalah suatu proses keserbagunaan dalam desain ramah, khususnya contoh-contoh tertentu yang mengontrol keterhubungan suatu pertemuan.

Paul B.Horton

Horton juga mengemukakan pandangannya mengenai keserbagunaan sosial, yaitu perkembangan yang dimulai dari satu kelas sosial lalu ke kelas berikutnya, atau perkembangan yang dimulai dari satu lapisan lalu ke lapisan berikutnya.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, cenderung beralasan bahwa keserbagunaan sosial adalah suatu proses perkembangan yang terjadi pada masyarakat atau kelompok yang dimulai dari satu kedudukan sosial kemudian ke kedudukan persahabatan berikutnya. Karena budaya Indonesia saat ini memiliki sistem lapisan sosial yang terbuka, maka tingkat mobilitas sosial dapat meningkat dibandingkan dengan sistem lapisan sosial yang tertutup. Dalam sistem lapisan sosial yang tertutup, keberagaman sosial pada umumnya akan rendah, sebagaimana terlihat pada tatanan sosial yang justru fokus pada sistem status.

a. Keserbagunaan sosial akan terus mencakup tiga hal utama, khususnya.

b. Perubahan kelas persahabatan, baik vertikal maupun menurun.

c. Dialami oleh orang-orang sebagai manusia dan dalam pertemuan.

d. Mendapatkan kelas sosial lain.

B. Konsep dan Teori Mobilitas Sosial 

1. Makna dan Hakikat Mobilitas Sosial 

Ungkapan "Mobilitas sosial dapat diartikan sebagai perpindahan dari satu kelas sosial kemudian ke kelas sosial berikutnya. Tatanan sosial dengan kerangka delineasi terbuka memiliki tingkat Mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tatanan sosial dengan kerangka pemisahan sosial yang tertutup. (Horton dan Mengejar, 1999).

Abdullah Idi (2011:195) mengartikan "keserbagunaan sosial sebagai pengembangan masyarakat dalam latihan menuju perubahan yang lebih baik." Organisasi instruktif adalah salah satu saluran keserbagunaan sosial. Lembaga pendidikan merupakan jalur terbukanya keberagaman vertikal, yang dipandang siap memindahkan situasi rendah ke posisi lebih tinggi. Seperti yang ditunjukkan oleh Komblum (1988-172) "Mobilitas sosial adalah perkembangan orang, keluarga atau perkumpulan dan lapisan sosial satu ke lapisan sosial lainnya". Misalnya, seorang anak dan keluarga yang tidak beruntung atau bahkan kelompok yang tidak beruntung naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan bisnis dan memanfaatkan wawasannya untuk terus bekerja, sehingga ia berhasil menjadi pebisnis sukses yang telah meningkatkan kesejahteraan ekonominya.

Di dunia saat ini, banyak negara berupaya meningkatkan keberagaman sosial di masyarakatnya, karena mereka percaya bahwa hal ini akan memberdayakan individu untuk melakukan jenis pekerjaan yang paling sesuai bagi mereka. Jika derajat mobilitasnya tinggi, padahal latar belakang sosial masyarakatnya unik, maka mereka tetap bisa merasa mempunyai kebebasan yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jika tingkat Mobilitas sosial rendah, tentu saja banyak orang akan dibatasi oleh nenek moyang mereka.

Pada dasarnya setiap penduduk dalam masyarakat umum mempunyai kesempatan untuk mengangkat kelas sosialnya dalam desain sosial masyarakat umum yang bersangkutan. Hal ini mencakup tatanan sosial yang berpegang pada sistem pelapisan yang tertutup atau kaku. Hal ini umumnya disebut fleksibilitas sekuensial (Ratik Kasidi 2005).

2. Penyebab Terjadinya Mobilitas Sosial 

Mobilitas sosial menurut Lipset dan Hans Zetterberg (Bendix, 1966:565 dalam Pattinasarany, 2016:32-33) "Alasan keserbagunaan sosial adalah yang pertama, adanya stok posisi status yang tidak terisi. keserbagunaan dapat terjadi jika individu yang berada pada posisi sosial yang lebih rendah diberi cara atau saluran untuk bersaing memajukan situasi mereka.

Meskipun mobilitas sosial memungkinkan individu untuk mengisi posisi dengan individu yang paling berbakat dan memberikan peluang potensial kepada individu untuk mencapai tujuan hidupnya, fleksibilitas sosial juga membawa hasil yang sebenarnya tidak kita perlukan, misalnya perasaan tertekan dalam hidup. orang yang berusaha untuk naik status, perasaan kecewa dengan kekecewaan, sikap lancang dan angkuh terhadap kemajuan, stres karena penurunan status, dan secara sosial dapat melemahkan ketabahan kelompok karena unsur antar perkumpulan di mata masyarakat.

Dalam masyarakat stasiun, kata Hisa, terdapat contoh-contoh keterlaluan dari hasil keserbagunaan sosial di atas, dimana pembedaan tandan yang mempunyai kadar tertentu di mata publik sangat jelas dengan garis pemisah yang jelas. Perbedaan antara standar, nilai-nilai dan cara hidup setiap kelompok juga sangat mencolok. Jadi wajar jika orang-orang berpangkat atas merasa resah ketika posisinya diremehkan karena diasingkan ke stasiun bawah. Bahkan orang-orang dari kalangan tertentu yang mengabaikan standar materi akan segera disingkirkan dari perkumpulan mereka dan diasingkan oleh orang-orang yang setingkat dengan mereka atau bahkan oleh keluarga mereka sendiri.

Di masyarakat yang pola sosial dan politiknya menimbulkan peluang terjadinya keberagaman sosial yang tidak menguntungkan, hal ini juga akan memicu dampak buruk dari siklus kekuatan sosial dan bahkan dapat menyebabkan peningkatan tingkat ancaman sosial antar pihak.

a) Kemajuan dalam Keadaan Ramah

Desain stasiun dan kelas bisa berubah sendiri, misalnya karena masyarakat mengubah cara pandangnya menjadi lebih terbuka. Kemajuan inovatif juga dapat membuka peluang fleksibilitas. Begitu pula dengan perubahan definisi baru.

b) Perluasan Wilayah (Pembangunan Wilayah) dan Pembangunan Kependudukan

Perluasan sosial dan perkembangan populasi, misalnya karena pergantian peristiwa di wilayah metropolitan dan imigrasi, dapat mendorong keserbagunaan sosial.

c) Korespondensi gratis

Korespondensi yang terbatas antar warga negara akan menggagalkan keberagaman sosial. Selain itu, korespondensi yang bebas dan berhasil akan mengaburkan setiap batas antara individu-individu yang ramah di mata publik. Hal ini akan memperkuat mobilitas sosial.

d) Pembagian kerja

Besarnya peluang keserbagunaan dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja saat ini. Pembagian kerja berkaitan dengan kekhususan jenis pekerjaan. Tekad kerja memerlukan kemampuan yang luar biasa. Semakin banyak posisi yang tidak ambigu di mata publik, semakin aneh pula orang yang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya. Selanjutnya, peluang keserbagunaan sosial menurun.

e) Berbagai derajat kesuburan (kelahiran).

Pertemuan-pertemuan lokal yang memiliki tingkat keuangan dan tingkat pendidikan yang rendah umumnya akan memiliki tingkat kekayaan yang tinggi. Selain itu, tatanan sosial kelas sosial yang lebih tinggi sering kali akan membatasi tingkat proliferasi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat keuangan dan pendidikan yang lebih rendah memiliki kesempatan untuk meniru lebih banyak dan memperbaiki sifat keturunan mereka. Dalam keadaan seperti itu, mobilitas sosial bisa terjadi.

f) Keadaan politik

Keadaan politik yang goyah di suatu negara memungkinkan banyak penduduknya untuk melarikan diri atau pindah sebentar ke negara lain yang lebih aman. Misalnya saja ketika terjadi Reorganisasi di Indonesia, maka negara ini diperkirakan akan mengalami kekacauan. Sebagian kecil penduduk Indonesia pindah ke wilayah atau negara yang dianggap dilindungi. Contoh lainnya adalah ketika Israel mengincar Lebanon, mayoritas penduduk Lebanon melarikan diri ke negara-negara tetangganya untuk menghindari kerugian.

3. Macam Tipe Mobilitas Sosial 

Dalam pandangan Sorokin, keserbagunaan sosial secara tegas dicirikan sebagai perkembangan ruang sosial. Berfokus pada portabilitas yang ramah, pertimbangan kami tidak hanya ditujukan pada perkembangan posisi sosial masyarakat, namun juga hasil dari perkembangan ini untuk berkumpul dan desain sosial secara umum di mana orang-orang tersebut akan beraktivitas.

Ada dua jenis keserbagunaan sosial seperti yang ditunjukkan oleh Sorokin, yaitu mobilitas ramah datar dan Mobilitas sosial vertikal.

a) Mobilitas sosial horizontal

Ketika individu atau objek sosial lainnya berpindah dari satu kelompok ke kelompok berikutnya yang tingkatnya sama. Misalnya, seseorang yang berganti kewarganegaraan, berganti pekerjaan pada tingkat yang sama atau mungkin juga perubahan, atau perkembangan dalam hal-hal yang bersahabat, misalnya, desain pakaian, filosofi, dll diurutkan sebagai mobilitas ramah datar karena mereka tidak mengalami perubahan gaji yang besar. atau kesejahteraan ekonomi. Dengan perkembangan yang bersahabat sekalipun, tidak terjadi penyesuaian tingkat kedudukan seseorang atau suatu benda sosial (Soekanto, 2010: 220-224).

Mobilitas sosial tingkat ini adalah perbedaan orang atau perkumpulan sebagai barang persahabatan terhadap perkumpulan lain yang sederajat. Makna dari ekuivalen adalah tidak adanya penyesuaian tingkat situasi individu.

Misalnya, Pak Kuncoro adalah seorang pendidik Matematika di sekolah menengah, namun karena iklim sekolah menengah terkadang tidak cocok untuknya, ia memilih untuk menjadi pendidik Sains di sekolah menengah.

Dalam mobilitas sosial horizontal ini dapat terjadi pada hal-hal berikut:

Tingkatan atau Status

Mobilitas sosial terkait erat dengan tingkat atau status sosial yang digerakkan oleh seorang individu, terlepas dari apakah itu pada premis yang setara atau bahkan. Misalnya, Pak Yohan adalah kepala di Sekolah Menengah Produce, kemudian dia dipindahkan untuk menjadi kepala di Sekolah Menengah Wei. Apa yang menimpa Pak Yohan tetap bisa disebut mobilitas sosial namun dengan status sosial yang setara.

Wilayah

Fleksibilitas sosial dapat terjadi dalam hal-hal terkecil. Bagaimana pun, pindah ke suatu tempat atau wilayah di mana Anda beraktivitas juga bisa disebut flat ramah Mobilitas, mengingat kondisi ekonomi Anda masih belum berubah seperti dulu.

b) Mobilitas sosial vertikal

Mobilitas sosial vertikal, yaitu perkembangan orang atau benda sosial lainnya dimulai dari satu posisi sosial kemudian ke posisi berikutnya yang tidak setara. Apakah mudah bagi seseorang untuk menyelesaikan vertikal tidak sepenuhnya ditentukan oleh sifat teguh dan kemampuan beradaptasi dari desain sosial di mana individu tersebut hidup. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi dan menyandang gelar Doktor, misalnya, yang tinggal di masyarakat yang menjunjung tinggi keterampilan, kemungkinan besar akan lebih mudah memasuki batas-batas lapisan sosial dan naik ke jenjang yang lebih tinggi. sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Soedjatmoko (1980) dalam Narwoko, 2014: 209.

Sesuai dengan judulnya, terdapat dua macam fleksibilitas vertikal, yaitu mobilitas sosial vertikal (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal menurun (social sinking). Mobilitas sosial vertikal adalah jenis perkembangan orang atau perkumpulan sebagai barang bersahabat menuju posisi sosial yang tidak konsisten. Yang penting tidak konsisten adalah kedudukan masyarakat bisa vertikal (naik) atau menurun (menurun). Ada beberapa faktor yang menyebabkan keserbagunaan sosial vertikal, khususnya:

Kekayaan

Variabel ini jelas dapat mengubah kedudukan atau status sosial seseorang, sehingga dapat menjadikannya lebih boros atau kurang beruntung.

Kekuatan

Variabel kekuasaan juga dapat menambah mobilitas sosial vertikal. Seseorang yang memiliki kekuasaan tertentu cenderung berhasil naik jabatan sehingga kekuasaannya meningkat dan mobilitas sosialnya dapat meningkat secara drastis. Demikian pula, jika seseorang membutuhkan lebih banyak keterampilan untuk mencapai suatu posisi, mereka juga akan merasakan fleksibilitas sosial yang menurun.

Petunjuk

Jalur utama agar seseorang dapat menghadapi mobilitas sosial dengan baik adalah melalui pendidikan, khususnya pendidikan formal. Seseorang yang memiliki landasan pendidikan yang baik tentu saja akan mengalami peningkatan kondisi dan kesejahteraan ekonominya, terutama saat bekerja.

c) Mobilitas intragenerasi dan Antargenerasi

Mobilitas intragenerasi merupakan penyesuaian status yang dialami seseorang selama hidupnya. Ada pula yang berpendapat bahwa mobilitas intragenerasi merupakan penyesuaian situasi sosial seseorang pada masa dewasanya. Misalnya, seseorang yang mulai bekerja sebagai pegawai di suatu bank tetapi kemudian berhasil menjadi kepala cabang di bank yang bersangkutan dikatakan mengalami mobilitas vertikal dalam suatu usia. Mobilitas antargenerasi merupakan penyesuaian status yang dicapai oleh seseorang yang unik dalam kaitannya dengan situasi dengan orang tuanya. Dalam keserbagunaan antargenerasi, yang berubah adalah situasi anak-anak dibandingkan dengan situasi orang tuanya. Jadi mobilitas antargenerasi merupakan suatu penyesuaian kedudukan yang terjadi setelah terjadinya suatu perubahan generasi, yaitu penyesuaian kedudukan anak dibandingkan dengan kedudukan orang tuanya.

d) Mobilitas Struktural dan Pertukaran

Mobilitas struktural adalah keserbagunaan sosial yang muncul karena perubahan sirkulasi situasi dalam masyarakat. Misalnya, posisi militer pada umumnya sangat dihargai dalam keadaan perang, keadaan darurat hubungan yang tidak biasa, atau di negara-negara tiran/otoriter. Pada masa Permintaan Baru, posisi ini sangat dihargai dengan alasan bahwa militer mengambil peran penting dalam pemerintahan negara. Saat ini, setelah kehidupan dikoordinasikan dengan lebih adil dan tugas militer dibatasi satu per satu, penghargaan masyarakat terhadap posisi militer tidak lagi setinggi sebelumnya.

Sebagai imbalannya, fleksibilitas, individu-individu tertentu naik untuk mengisi posisi-posisi berstatus tinggi sementara yang lain gagal atau jatuh dalam kerangka posisi saat ini. Istilah perdagangan mengacu pada terjadinya kompromi atau perdagangan antara posisi bersahabat.

4. Hubungan pendidikan dan mobilitas sosial

 1) Peran pendidikan terhadap mobilitas sosial

Melalui pendidikan, individu dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak jelas, yang pada umumnya merupakan perubahan yang membawa masyarakat menuju perkembangan kemajuan yang positif. Pelatihan membuka pintu terbuka yang berharga yang memungkinkan individu memiliki pintu terbuka mendasar yang serupa dengan menghilangkan perbedaan status dan peluang. Kali ini membuka perbedaan-perbedaan tersebut karena unsur-unsur yang konstan dalam berbagai kepentingan. Keanekaragaman dan intrik-intrik yang menghimpit menyusun perhatian untuk mengubah keadaan seseorang pada keadaan yang telah dicapai saat ini. Dengan contoh-contoh yang berbeda ini, pengajaran menawarkan kepercayaan dengan hasil yang dapat dirasakan, lebih mudah untuk mencapai perubahan sosial dengan bekerja pada elemen-elemen sekolah yang ada, termasuk mempersiapkan bisnis, metode mengirim masyarakat, menunjukkan pekerjaan sosial, memberikan kemajuan buruh, membuka peluang berharga untuk memperjuangkan nasibnya, melakukan penggabungan sosial dan kontrol sosial atas pelatihan.

Apa pun kemampuan sekolahnya, nampaknya membantu keberagaman sosial seperti yang diungkapkan Abdullah Idi pertama. Perubahan dalam lingkungan yang bersahabat dimana kemajuan mekanis, misalnya, membuka pintu bagi peluang keserbagunaan sosial. Pemanfaatan web di sekolah bukanlah suatu hal yang aneh. Di lembaga pendidikan, guru dan kantor pendukung pembelajaran mulai memiliki web. Kontras antar mahasiswa dari berbagai yayasan mulai berkurang dan mereka dapat memanfaatkan web bersama-sama. Wawasan mereka menambah dan memberdayakan mereka untuk sukses dan pada akhirnya kesejahteraan ekonomi mereka juga meningkat, katakanlah sebagai siswa yang datang dari keluarga yang terbebani. Kedua, penyuluhan wilayah dan pengembangan kependudukan merupakan pembangunan wilayah dan pengembangan kependudukan yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan adaptasi desain pemisahan dan mobilitas sosial. Misalnya, pergantian peristiwa metropolitan, migrasi, bertambahnya dan berkurangnya jumlah penduduk, ketiga, korespondensi bebas adalah keadaan yang membatasi korespondensi antar lapisan yang berbeda, yang akan memperkuat garis pemisah antara lapisan yang ada dalam perdagangan informasi dan pengalaman di antara mereka dan akan menghadapi konflik sosial. keserbagunaan. Di sisi lain, pendidikan dan korespondensi gratis sebenarnya akan mengaburkan semua batasan antara lapisan persahabatan dan mobilitas animasi saat melewati hambatan yang menghalangi jalan. Keempat, Pembagian Kerja. Perkembangan mobilitas juga dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja saat ini. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan spesifik, keserbagunaan sosial akan lemah dan akan sulit bagi individu untuk berpindah dari satu lapisan masyarakat ke lapisan berikutnya karena spesialisasi kerja memerlukan kemampuan yang luar biasa. . Kondisi ini dapat mendorong individu-individu daerah untuk bekerja lebih keras untuk mendapatkan posisi sosial tersebut. Kelima, tingkat kekayaan yang berbeda adalah kelompok dengan landasan finansial dan pendidikan yang rendah yang umumnya akan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Di sisi lain, individu dengan latar belakang kelas ekonomi yang lebih tinggi seringkali membatasi tingkat produksi dan kesuburan. Dalam situasi ini, individu dengan landasan finansial dan pendidikan yang lebih rendah memiliki kesempatan untuk menciptakan lebih banyak hal dan bekerja berdasarkan sifat generasi penerus mereka, dan sekaligus menunjukkan bagaimana Mobilitas sosial dapat terwujud. Keenam. Akses langsung ke pelatihan adalah bahwa pengajaran yang berkualitas tidak sulit didapat, sehingga memudahkan individu untuk berpindah-pindah dengan bekal informasi yang diperoleh selama menjadi pelajar. Selain itu, tantangan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas akan menyulitkan individu yang tidak mendapatkan pendidikan yang lengkap untuk mengubah statusnya karena kurangnya informasi. 

Meskipun tidak secara umum pihak pendukung dapat menyampaikan keberagaman sosial yang nyata dalam mendukung pelatihan di daerah setempat. Sebagaimana diungkapkan Abu Ahmadi mengenai faktor-faktor yang dapat menghambat keberagaman sosial di sekolah, antara lain: perbedaan kelas ras. Seperti halnya perbedaan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam, dalam masyarakat kulit hitam, jika dilihat dari kondisi finansial, pendidikan, dan politik, hal tersebut memang ada. yang belum mempunyai kedudukan yang sama dengan orang berkulit putih, terlebih lagi Agama Negara yang mana sebagian besar masyarakatnya menganut agama tertentu, terkadang ketika menganut agama tertentu mereka akan mengalami permasalahan memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama tersebut. kebenaran kehidupan masyarakat, meskipun pada kenyataannya agama-agama minoritas secara formal mempunyai kebebasan serupa, ketiga, segregasi kelas dalam kerangka kelas terbuka dapat menghalangi keberagaman dalam persahabatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hambatan status hirarki tertentu dengan kesepakatan yang berbeda-beda, sehingga dapat diperoleh oleh beberapa individu. Keempat, kemiskinan adalah kemiskinan yang dapat menghalangi seseorang untuk menciptakan dan mencapai posisi sosial tertentu. Kelima, perbedaan dalam orientasi seksual terjadi dalam masyarakat yang berorientasi, yang juga berdampak besar pada pencapaian, kekuasaan, kesejahteraan ekonomi, dan peluang berharga untuk mencapai posisi sosial. Dalam bidang kepelatihan, dengan asumsi ada siswa perempuan dan laki-laki yang lebih cemerlang, terkadang terjadi perlakuan unik.

Penghalang ini dapat memicu sikap ramah tamah dalam diri seseorang terhadap kelompoknya yang berada pada kelompoknya sehingga sifat ramah tamah tidak bisa dihindarkan. Hal ini juga mencakup kesenjangan kelas sosial dengan perbedaan yang kompleks. Kontras Ravik Karsidi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Meskipun demikian, kesetaraan tetap dapat diakui sehingga peluang pendidikan dapat dicapai oleh individu yang membutuhkan dan individu tersebut dapat mengisi posisi hingga mereka menjadi individu yang paling berbakat dalam mencapai tujuan hidupnya.

C. Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Islam 

Mobilitas sosial memungkinkan individu untuk mengambil posisi sesuai keinginannya, namun ada juga beberapa kelemahan selain kelebihannya. Beberapa kelemahan yang muncul akibat mobilitas sosial ini adalah adanya kemungkinan kekecewaan dan keputusasaan bagi jiwa seseorang karena tidak semua impiannya dapat terwujud tanpa adanya kendala. Fleksibilitas sosial sehubungan dengan ajaran Islam mempunyai berbagai akibat yang dapat mempengaruhi masyarakat dan masyarakat secara luas. Berikut ini klarifikasi yang lebih terperinci:

  • Penguatan Identitas Keagamaan

Ketika individu mengalami mobilitas sosial melalui pendidikan Islam yang lebih tinggi, mereka cenderung mengalami penguatan identitas keagamaan. Mereka bisa menjadi lebih taat dan berkomitmen terhadap nilai-nilai agama Islam.

  • Peningkatan Pengetahuan Agama

Melalui pendidikan Islam yang lebih tinggi, individu mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang ajaran Islam, sejarah, dan etika. Ini dapat memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara lebih efektif dalam urusan keagamaan dan memahami agama mereka dengan lebih baik.

  • Pengembangan Keterampilan Khusus

Pendidikan Islam seringkali mencakup pembelajaran bahasa Arab, pemahaman Al-Quran, dan hadis. Ini memberikan individu keterampilan yang spesifik yang dapat mereka manfaatkan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan agama, seperti menjadi seorang ustad atau pekerja di lembaga-lembaga Islam.

  • Pengaruh dalam Komunitas

Dengan tingkat pendidikan Islam yang lebih tinggi, individu mungkin mendapatkan pengaruh yang lebih besar dalam komunitas Muslim. Mereka dapat menjadi pemimpin spiritual, memberikan nasihat keagamaan, atau terlibat dalam keputusan-keputusan penting dalam masjid atau organisasi Islam lokal.

  • Pengaruh pada Keluarga dan Generasi Mendatang

Mobilitas sosial dalam pendidikan Islam dapat memiliki dampak positif pada keluarga dan generasi mendatang. Ketika seseorang mendapatkan pendidikan Islam yang lebih baik, mereka cenderung memotivasi keluarganya dan generasi berikutnya untuk mengejar pendidikan yang serupa atau lebih tinggi.

Namun, juga ada konsekuensi potensial yang perlu dipertimbangkan:

  • Isolasi Sosial

Mobilitas sosial dalam pendidikan Islam dapat menyebabkan individu merasa terisolasi dari masyarakat yang lebih luas yang mungkin memiliki nilai-nilai sekuler yang berbeda. Ini dapat menciptakan kesenjangan sosial.

  • Konflik Nilai

Ketika individu dengan pendidikan Islam yang tinggi berinteraksi dengan masyarakat sekuler, mungkin timbul konflik nilai-nilai. Mereka mungkin menghadapi perbedaan dalam pemahaman etika dan kebijakan sosial.

  • Tanggung Jawab yang Lebih Besar

Individu dengan pendidikan Islam yang lebih tinggi mungkin dipandang memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam komunitas mereka. Mereka diharapkan untuk memberikan nasihat keagamaan dan solusi untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh komunitas.

Dengan demikian, mobilitas sosial dalam pendidikan Islam memiliki dampak yang kompleks, dengan keuntungan dan tantangan yang perlu dipertimbangkan. Ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk lingkungan sosial dan budaya di mana individu tersebut tinggal. Menurut Anwar dan Adang (2013: 218-219)

a) Dampak negatif

Horton dan Hunt (1987) dalam Narwoko (2007 : 212-213) mencatat beberapa dampak negatif dari mobilitas sosial seperti :

  • Ketidaksetaraan Gender: Dalam beberapa kasus, mobilitas sosial pendidikan Islam dapat memperpetuat ketidaksetaraan gender. Tradisi yang menghambat akses pendidikan bagi perempuan atau pandangan yang konservatif tentang peran gender dapat menjadi hambatan bagi mobilitas sosial yang seimbang.
  • Kegelisahan terhadap penurunan status jika terjadi penurunan keserbagunaan.
  • Tekanan untuk mendapatkan pekerjaan lain karena status pekerjaan yang diperluas
  • Putusnya hubungan antar individu sejak pertemuan penting pertama sejak seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah. Portabilitas sosial dapat melepaskan ikatan sosial yang terjalin dengan baik, dengan cara ini memungkinkan adanya jarak antar individu di daerah setempat. Dalam iklim kelas sosialnya, orang-orang yang baru naik status tidak terlalu disambut dengan sepenuh hati. Seseorang yang tiba-tiba menjadi kaya karena lotere atau hadiah yang diperoleh, bagaimanapun juga dapat dianggap bukan kelompok elit selektif karena mereka tidak atau tidak memiliki gaya hidup yang sama.
  • Ekstremisme Agama: Terlalu fokus pada satu pendekatan atau interpretasi agama tertentu dalam pendidikan Islam dapat menyebabkan ekstremisme agama. Hal ini dapat mengarah pada intoleransi terhadap pemikiran dan keyakinan yang berbeda serta konflik antaragama.
  • Isolasi Sosial: Mobilitas sosial pendidikan Islam yang terlalu eksklusif dapat menyebabkan isolasi sosial. Ini mungkin terjadi ketika individu atau kelompok hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan serupa dan tidak terbuka terhadap keragaman dan pluralisme sosial.
  • Kurangnya Pemahaman Universal: Terlalu fokus pada pendidikan Islam dapat menyebabkan kurangnya pemahaman yang luas tentang isu-isu universal. Ini dapat membuat individu kurang siap untuk berinteraksi dengan masyarakat yang beragam budaya, agama, dan latar belakang.

b) Dampak positif 

Selain dampak negatif, Selain dampak buruknya, keserbagunaan juga tentunya mempunyai dampak positif yang bermanfaat bagi masyarakat jika mereka dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang dicapai melalui mobilitas yang ramah lingkungan. Dampak positif dari keserbagunaan sosial adalah mendorong seseorang untuk maju lebih jauh. Terbukanya pintu yang terbuka untuk bergerak dari satu lapisan ke lapisan berikutnya menjadikan inspirasi yang tinggi dalam diri seseorang untuk maju dan berprestasi hingga memperoleh status yang lebih tinggi.

Mobilitas sosial juga akan mempercepat laju perbaikan sosial di arena publik. Munculnya keserbagunaan sosial dalam masyarakat dapat meningkatkan interaksi sosial. Misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan cara hidup, nilai-nilai dan standar-standar yang dianut dalam perkumpulan dengan kesejahteraan ekonomi lain guna melakukan pergaulan sosial. Berikut beberapa dampak positif yang diterima oleh masyarakat yaitu:

  • Orang atau kelompok yang mempunyai kemampuan atau kapasitas tertentu dapat memahami harapannya.
  • Orang atau perkumpulan dapat merasakan kepuasan jika berhasil mencapai jabatan yang diinginkannya atau dapat memajukan kedudukan sosialnya di mata masyarakat
  • Dimungkinkan bagi penduduk dari kelas sosial tertentu untuk lebih berkembang dibandingkan penduduk dari kelas sosial di atasnya.
  • Mobilitas memberikan kenyamanan kepada masyarakat lokal untuk bekerja lebih maksimal karena adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
  • Pemberdayaan Individu: Mobilitas sosial pendidikan Islam dapat memberdayakan individu untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang agama, moral, dan etika, yang dapat membantu mereka menjadi individu yang lebih sadar dan bertanggung jawab.
  • Pengentasan Kemiskinan: Meningkatnya mobilitas sosial dalam pendidikan Islam dapat membantu mengentaskan kemiskinan dengan memberikan peluang pendidikan yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat membantu individu meraih pekerjaan dan peningkatan ekonomi..
  • Peningkatan Nilai-nilai Kemanusiaan: Pendidikan Islam yang baik dapat membantu mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, toleransi, dan solidaritas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai- nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus.

Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan nilai-nilai Islam tersebut kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai kultural-religius dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat.

Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju hidup perorangan dan hidup bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan Islam selain berisikan tentang sikap dan tingkah laku masyarakat menuju hidup perseorangan dan bersama, juga berisikan kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menjadi dasarnya.

Pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yaitu pendidikan yang dipahami yang dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur'an dan Hadits. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan Agama Islam, yaitu upaya pendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembanag dalam sejarah umat Islam.

Mobilitas sosial meliputi pergerakan meliputi pergerakan suatu kelas atau hierarki status, mobilitas ke atas (upward mobility) atau mobilitas ke bawah (downdard mobility: di mana fokus dan perhatian sosiologi adalah pada perbedaan antara kelas sosial ekonomi atau posisi status, atau hal itu mungkin merupakan lebih pada waktu singkat, sebagai contoh naik atau turun karier individu, intragenerational mobility.

Untuk menjadi penguat dalam teori ini, dalam teori mobilitas sosial kunci yang umum digunakan oleh para peneliti mobilitas sosial dikenal dengan konsep class origins dan class destination menurut Ishida dan Miwa (2005:6) class origins merujuk pada kelas ayah responden ketika responden menginjak usia dewasa. Yang dimaksud dalam definisi ini adalah ketika peneliti melakukan studi, pertama-tama ia harus mengidentifikasi dan menentukan kelas sosial orang tua (dalam definisi ini disebutkan kelas sosial ayah) dari responden yang diteliti kelas orang tua merupakan kelas darimana ia berasal.

DAFTAR PUSTAKA

Aris. Pengertian Mobilitas Sosial: Teori, Bentuk, Faktor Pengaruh. Situs Web. Diakses: 13 Oktober 2023. pukul 21.18. https://www.gramedia.com/literasi/mobilitas-sosial/ 

Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat. Jakarta. Kencana Prenamedia Group.

Idi, Abdullah. Yulia Tri Samiha. Dkk. 2022. Madrasah dan Mobilitas Sosial. Jurnal. Bangka Belitung. IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.

Lutfillah, Maya Muizatil. Arita Marini. Dkk. 2022. Pengelolaan Pendidikan Dasar Dikaitkan dengan Mobilitas Sosial. Jurnal. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta.

Maria, Alfian, Dkk. 2020. Wawasan Pendidikan Kajian Teoritik Dan Faktual Pendidikan. Palembang. CV Amanah.

Musyarifah, Anis. 2018. Mobilitas Sosial Dalam Pendidikan. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rohmah, Babun Ni'matur. Dan Riska Ayu Purnama Sari. 2017. Tingkat Perubahan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Buruh Migran. Malang. Jurnal Penelitian Ilmiah Intaj.

Rusdiana. Aep Saepuloh. 2022. Sosiologi Pendidikan. Bandung. MDP.

Suryadi, Rudi Ahmad. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta. CV BUDI UTAMA.

SYAFE'I, IMAM. 2015. Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal. Lampung. FTK IAIN Raden Intan Lampung.

Wahyuni. 2018. Pengantar Sosiologi. Makassar: Carabaca Cetakan.

Wahyuni. 2020. Mobilitas Sosial Vertikal Antar Generasi Pada To Sama' Di Kecamatan Mare Kabupaten Bone. Jurnal. Makassar. Universitas Negeri Makassar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun