"Kenapa nggak mungkin?"
"Ya nggak mungkin aja. Gue udah ketuaan untuk dikecengin orang," Agni menghabiskan tawanya di ujung bibir.
"Elo ngga tua kali, Ni. Baru 27 kan loe? Masih cakep kok. Cakep!" jemari Diana membentuk gestur kotak, seakan sedang membidik foto. Agni tergelak sambil mencoba menepis tangan sahabatnya itu.
"By the way, anyway, busway, gue kok mendadak keingetan kawan lama gue ya.." lanjut Agni, setelah derai tawanya usai.
"Kawan lama loe? Kawan apa kawan?" Diana menyelidik.
"Kawan kok," Agni nyengir ceria. "Ya, dulu gue pernah suka juga sih sama dia," ia melanjutkan.
"Trus kalian jadian?"
"Boro-boro lah. Kita waktu itu masih bocah. Gue dan dia sama-sama masih SD-SMP kali tuh, Dien," Agni tergelak.
"Eh, jangan salah, anak SD dan SMP zaman sekarang udah banyak yang jadian dan pacar-pacaran lho," Diana membantah.
"Yee itu kan sekarang. Dulu, di zaman kita, mana ada anak SD yang begitu? Paling suka-sukaan aja, ngga sampe jadian apalagi pacaran. Waktu SMP aja gue ngga pake pacar-pacaran tuh," Agni manyun.
"Loe dulu jelek kali ya?" Diana terbahak. Agni ikut terbahak, "Sialan loe.."