"Biasalah, para petinggi itu kudu setting statement dulu, biar jawabannya pada kompak. Nggak anehlah kalau statement mereka normatif-normatif aja," sahut Diana.
"Laper nih gue," Agni meringis.
"Samaaa.. Tadi gue bela-belain nggak makan dulu abis sholat tadi, karena takut keburu konpers. Ngga taunya sampe jam segini malah belum keliatan penampakan Pak Kadiv Humas. Gimana sih.." Diana mengetuk-ngetuk pulpennya di atas notepad-nya. Agak tak sabar.
"Kita ngopi aja dulu yuk di warung Emak," ajak Agni, sambil menunjuk warung kecil di sudut, tak jauh dari tempat mereka menunggu narasumber.
"Ayo deh, kita juga ikut," timpal Johanes dan Arya, "Laper juga gue."
"Gue stay di sini deh. Gue kan tadi udah makan mi ayam di warung belakang," kata Krista.
"Ya udah, loe stand by di sini. Nanti kalau beneran ada konpers, telepon gue ya," Agni berdiri. Tangannya menepuk-nepuk bagian belakang celana panjangnya, membersihkan kerikil yang mungkin terduduki di tangga ini. Krista mengacungkan jempol, tanda mengiyakan.
Lalu Diana dan Agni menyusul Johanes dan Arya yang sudah duluan ke warung Emak.
"Dien, beberapa minggu terakhir ini gue ngerasa ada yang merhatiin gue terus deh. Siapa ya?" Agni membuka pembicaraan.
"Eh.. Siapa hayoo? Ada yang naksir elo kali?" Diana nyengir. Menggoda.
"Nggak mungkin lah.." Agni tertawa.