Sejam ujian berlangsung, akhirnya saya bisa mengerjakan seluruh pertanyaannya. Tentu saja bisa di sini punya arti belum tentu benar. Dengan kemampuan pas-pasan saya, serta gambar gunung dan matahari, saya kumpulkan lembar jawab ke pengawas ujian.
Di dalam soal ujian ini juga terkandung pertanyaan bonus. Bobotnya lumayan buat menambah nilai. Berhubung soal lain saya kerjakan dengan semena-mena, saya berharap banyak pada pertanyaan ini. Pertanyaannya ada dua, tidak ada sangkut-pautnya dengan mata kuliah Manajemen Operasi.
- Apa nilai yang kamu harapkan dari mata kuliah ini?
Begini Bu, berhubung nilai ujian midterm saya hanya mendapatkan nilai 19, maka tidak mungkin saya mengharapkan B. Apalagi bermimpi mendapat A. Saya cukup berharap dapat lulus dengan nilai C. Itu sudah cukup sekali buat saya.
- Evaluasi kegiatan perkuliahan kita selama 1 semester yang lalu!
Subjektivitas saya, cara mengajar Ibu agak sedikit otoriter dan banyak intimidasi. Mahasiswa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan karena takut mendapat siksaan verbal dari Ibu. Bukan karena mereka sudah membaca materi beberapa hari sebelumnya. Mereka membaca bahan kuliah bukan karena mereka ingin tahu. Tapi mereka belajar atau membaca materi supaya tidak diintimidasi Ibu dan menjadi bahan tertawaan di dalam kelas.
Saya tidak tahu apa yang membuat saya berani menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat sejenius itu. Itu bego banget! Begitu ujian selesai, saya menghampiri teman-teman sekelas yang sudah berkumpul beberapa meter dari ruangan ujian. Mereka masih membicarakan soal ujian Manajemen Operasi.
“Gimana ujian lo Fik? Bisa ga?” Aidi bertanya langsung ke inti permasalahan.
“Bisa dong! Bisa ngulang semester depan!” Disambut derai tawa di belasan mulut teman-teman saya.
“Eh tadi di pertanyaan bonus, lo minta nilai apa? Terus evaluasi lo gimana?”
Saya beri tahu jawaban yang sudah saya tulis ke teman-teman saya. Mereka memberi satu solusi yang sangat brilian.