Mukhlis terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Ia merasa seperti terperangkap di dalam mimpi buruk. Mukhlis menoleh ke arah Rangga dan Ratri, yang terlihat bingung dengan apa yang baru saja mereka lihat.
"Kartika yang asli meneleponmu, ya?" kata Kartika dengan suara yang terdengar seperti suara dua orang, menatap ke arah Mukhlis dengan senyuman yang lebar.
"Kartika... Kartika kan kamu? Kamu Kartika," kata Mukhlis yang dengan jelas terlihat bergemetar, kakinya kesulitan untuk menopang tubuhnya. "Maksudmu Kartika yang asli itu apa? Siapa?"
Kartika tertawa terbahak-bahak, suara tertawa yang ia hasilkan seperti suara tertawa tiga orang yang tertawa bersama-sama. Darah mengalir keluar dari mata kiri Kartika. Ratri tersungkur dan pingsan melihat Kartika yang mengerikan ini.
Rangga menangis, dia seperti ingin pergi namun tubuhnya tidak sanggup menuruti perintah batinnya. Rangga kaku duduk di samping Kartika. "Tolong... jangan... aku takut. Berhenti, ya," kata Rangga yang menangis.
Kartika menatap mereka satu per satu, wajahnya yang awalnya gembira setelah tertawa tiba-tiba menjadi datar dan melemparkan tatapan yang tajam. "Aku sudah lama ingin memiliki teman di rumah ini, kalian akan berada di sini selamanya... bersamaku," ucapnya sebelum melanjutkan makan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H