Rangga terkejut ketika ia melihat Kartika memakan udang. "Tik, kok makan udang? Kamu bilang kamu alergi udang, kan?" tanyanya dengan nada cemas.
Kartika tidak mengatakan apa-apa, hanya melanjutkan makan seolah-olah tidak ada yang mengganggunya. Suasana menjadi canggung dan tegang, rasa cemas juga mulai menyelimuti Mukhlis dan Ratri.
Tiba-tiba, suara ponsel Mukhlis berbunyi. Mukhlis melihat layar ponselnya dan melihat nama Kartika yang meneleponnya. Mukhlis merasa bingung dan curiga. Bagaimana mungkin Kartika meneleponnya padahal ia sedang duduk di hadapannya?
Mukhlis mengangkat telepon dengan ragu sembari menatap ke arah Kartika. "Halo?"
Suara di seberang telepon adalah suara Kartika, terdengar panik dan ketakutan. "Mukhlis, pergi dari rumah itu! Pergi sekarang karena ada sesuatu di rumah itu! Dia tadi meniru suara Rangga dan suara kalian!"
Mukhlis terdiam, terpaku mendengar teriakan dari telepon. Ia memandang ke arah Kartika yang sedang makan dengan lahap, tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan atau alergi.
"Klis, kenapa?" tanya Rangga, melihat wajah Mukhlis yang pucat.
Mukhlis tidak menjawab. Ia perlahan bangkit dari duduknya, mencoba untuk bergerak menuju pintu depan tanpa menarik perhatian Kartika. Namun, saat ia hendak melangkah ke arah pintu, Kartika menatapnya dengan tajam.
"Mau ke mana?" tanya Kartika dengan suara yang terdengar berbeda, lebih dalam dari biasanya.
Mukhlis merasa bulu kuduknya merinding. Ia mencoba tersenyum, meskipun hatinya berdebar kencang. "Anu... aku mau ambil helm di motor," jawabnya dengan suara pelan, berusaha terlihat tenang.
Kartika tetap menatapnya, seolah-olah tidak percaya. "Tinggal aja di motor," kata Kartika dengan nada tegas, lalu melanjutkan makannya kembali.