“Jangan panggil aku lelaki jika pada gelap saja aku takut. Sebenarnya, tadi nyaliku sempat ciut, ternyata kau yang datang.” ia tersenyum. Sungguh tampan.
Di malam itu pun kami saling berbagi pengalaman, tentang suka maupun duka yang terjadi pada Ben maupun terjadi padaku. Langit-langit ruang mungkin mengerti bahwa aku mulai jatuh cinta pada pandangannya yang selalu hangat. Jatuh hati pada cara ia menyampaikan kalimat demi kalimat yang tertata rapi hingga gelap malam merangkul kami dalam buaian kasih. Aih, pesonanya sungguh memikat.
***
Evly.
Di kampus yang memiliki luas kawasan sekitar 183,36 hektar ini terdapat gedung-gedung tua yang terletak di bagian selatan Universitas UGM. Tepatnya di depan kopma, satu dari beberapa gedung di sini adalah bangunan berlantai tiga, di mana Perpustakaan Unit Dua juga berada pada gedung tersebut.
Di lantai pertama digunakan untuk bagian administrasi, data, mushola, dan cybernet. Sedangkan di lantai kedua murni digunakan untuk buku-buku perpustakaan. Lalu di lantai tiga dikhususkan untuk official sebagai operasional radio universitas setempat, Swaragama. Pengurus kantor maupun mahasiswa hanya berlalu lalang di sekitar gedung ini sekitar pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB. Selebihnya gedung segera dikunci oleh para satpam.
Maka, hanya orang-orang yang menantang nyali saja yang memutuskan untuk tetap berada di sini hingga senja datang, karena satpam akan menguncinya di dalam, kecuali memang ada keperluan yang harus diselesaikan.
Termasuk Ben, ia adalah orang yang sangat nekat menurutku.
Lewat masa, Ben lebih sering mendatangi perpustakaan di malam hari. Ia rela membiarkan seorang satpam mengunci pagar gedung sedangkan dirinya berada di dalam ruangan sendirian. Menungguku. Menenggelamkan segala rasa takutnya di dasar alam bawah sadarnya. Sungguh, bagaimana kehadirannya bisa tak membuatku jatuh cinta semakin jauh?
Aku tidak menyegerakan diri menghampirinya. Setelah ia menaruh tasnya pada meja tengah itu, lengannya mulai mencari buku yang akan dibacanya pada rak berlapiskan cat hitam. Sebuah rak yang selaras dengan suasana ruangan di perpustakaan ini.
Tanpa ku sangka, tiba-tiba Ben tertuju pada sebuah buku yang memiliki bentuk oval dengan sebuah cermin pada bagian covernya. Ia memandangnya dengan heran, matanya menyipit ketika mengetahui bahwa buku tersebut memancarkan cahaya yang cukup menyilaukan matanya.