Banyak penelitian tentang materi bullying khususnya yang terjadi dalam dunia pendidikan, namun masih ada kekurangan informasi tentang bagaimana orang tua merespons bullying. Orang tua belum semua memahami dan memiliki kesadaran tentang bahaya bullying pada anak terlebih pada siswa tingkat sekolah dasar. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak enggan melaporkan bahwa mereka adalah korban bullying kepada siapa pun termasuk kepada orang tua dan guru (Clark, Kitsinger,& Potter,2004; Matsunaga, 2009; Puhl,Peterson,&Luedicke, 2013; Stives, 2019).Â
Penanganan perilaku bullying disekolah membutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak salah satunya peranan guru bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling pada level sekolah dasar sebenarnya telah memiliki regulasi yakni pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, peraturan ini untuk mempertegas keberadaan bimbingan dan konseling dalam lingkup sekolah dasar. Dasar lain adalah diterbitkannya panduan bimbingan dan konseling di sekolah dasar tahun 2016 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.Layanan bimbingan dan konseling dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua yakni sekolah dasar yang memiliki guru bimbingan dan konseling secara khusus dan bagi sekolah yang belum memiliki guru bimbingan dan konseling secara khusus.Â
METODOLOGI PENELITIANÂ
Penelitian menggunakan metode kajian literatur dari berbagai kajian pustaka dan artikel hasil penelitian yang relevan dengan tema. Analisis terhadap literatur bertujuan untuk mendapatkan sebuah gagasan ilmiah untuk mendapatkan gambaran layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar untuk mengatasi perilaku bullying. Pada beberapa literatur tertulis terbit pada tahun 1999 hal tersebut karena literatur tersebut merupakan salah satu induk teori dalam pembahasan bullying di tingkat sekolah dasar.Â
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Jenis-Jenis Perilaku BullyingÂ
Bullying adalah bagian dari perilaku agresif yang biasanya diulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara target dan targetnya pelakunya (Gladden, Vivolo-Kantor, Hamburger, & Lumpkin, 2014); Olweus,1993). Di Amerika Serikat, hampir seperempat siswa usia 12--18 tahun melaporkan telah diintimidasi selama tahun sekolah (Zhang, MusuGillette, & Oudekerk, 2016; Stives 2019) dan 14% dari siswa kelas 3-12 dilaporkan menjadi korban Bullying 2-3 kali per bulan atau lebih (Olweus, 2019). Â
Banyak efek yang dimunculkan dari perilaku bullying baik efek jangka pendek dan panjang dari segi psikososial, kesehatan mental, fisiologis, dan perilaku negatif lainnya. Efek ini muncul baik dari segi pelaku bullying maupun korban bullying. Konsekuensi umum yang dirasakan oleh teman sebaya sebagian besar adalah internalisasi, dan termasuk depresi, harga diri yang buruk, dan ide bunuh diri, sedangkan anak-anak dan remaja yang menggertak teman sebaya ditandai oleh eksternalitas masalah, seperti kekerasan, perilaku melanggar aturan, dan kenakalan. Pada tahap awal, intimidasi bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga pelanggaran serius terhadap fundamental tatanan masyarakat (Limber, 2018).Â
Bullying yang terjadi dilingkungan sekolah dilakukan oleh teman dan bahkan melibatkan kelompok siswa. Perbedaan pendapat, kondisi fisik, psikis, sosial, ekonomi, agama, budaya, dan jenis kelamin merupakan faktor pemicu munculnya perilaku bullying. Individu dengan gangguan pendengaran misalnya mendapatkan penghinaan karena gangguan fisik yang dimilikinya. Perbedaan status sosial yang dipermasalahkan menjadikan individu merasa rendah diri sehingga tidak sedikit diantara mereka yang mengalami tindakan tindakan bullying verbal berupa dihina dan diejekÂ
(Kartika, 2019)Â
Hasil penelitian Smith (2016) menunjukkan bahwa individu, keluarga, kelas, sekolah, dan faktor negara yang lebih luas dapat memengaruhi peluang keterlibatan siswa dalam kasus bullying. Perilaku bullyingdi sekolah tidak dapat dipisahkan dari situasi dan kondisi sekolah, komponen sekolah, dan lingkungannya. Dalam tulisan ini perilaku bullying dibagi menjadi empat yakni :Â
Verbal Bullying perundungan secara lisan misalnya mengatakan atau menulis hal-hal yang berarti. Verbal intimidasi meliputi, sindiran, saling mengata-ngatai, komentar seksual yang tidak pantas, mengejek, mengancam untuk menyebabkan kerusakan.Â