Awan tidak membalas sepatah katapun. Namun gadis itu bisa mendengar jelas hembusan nafas orang disebelahnya, sehingga ia tetap berusaha melanjutkan percakapan.
Namanya Sera, ia seorang penulis yang menjadi fasilitator di lembaga ini. Fasilitator adalah seorang penyandang disabilitas, yang dianggap sudah mampu berdamai dengan dirinya sehingga bisa memotivasi penyandang lain.
Dengan enggan, ketus, dan jauh dari kata ramah, Awan menanggapi celotehan Sera yang tidak berhenti sejak tadi. Berharap dengan sikapnya yang seperti itu, Sera akan menyerah mengajaknya bicara. Namun gadis itu tampaknya tidak peduli sedikitpun, ia berusaha terus melanjutkan percakapan.
"Bagaimana kelasmu?"
"Biasa."
"Apakah ada cerita yang menarik?
"Tidak."
"Lantas, bagaimana ceritamu?"
"Hidupku hanya penuh kesialan."
"Ah! Menurutku itu menarik! Maukah kamu bercerita ?"
Keheningan kembali di tengah percakapan mereka, hanya suara hujan yang terdengar untuk beberapa saat. Lalu Awan membuka mulutnya, bukan dengan nada ketus dan tidak ramah, kali ini suaranya terdengar lirih.