Mohon tunggu...
Febrianti Christian
Febrianti Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia yang baru mengenal dunia. Beginner Writer.

Instagram : Poetry : @world_of_fesword

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelaut dalam Badai

26 Januari 2021   17:11 Diperbarui: 26 Januari 2021   17:23 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa sadar Awan meneteskan air mata, kemarahannya mendadak sirna berganti dengan rasa lelah. Perlahan ia mengerti, Orang-orang yang selama ini memberinya semangat hanya membuatnya tertekan, karena mereka berharap Awan segera bahagia tanpa waktu bersedih. Ia seakan dipaksa untuk berdiri tanpa kaki, ia bingung dan tidak tahu caranya, akhirnya ia marah pada Tuhan yang mengambil kakinya.

Tapi Sera, gadis itu seakan menyuruhnya berhenti berjuang. Mengambil waktu untuk kesedihan dirinya sendiri. Agar setelah air matanya habis, ia bisa melihat lebih jelas, sebersit cahaya dari pintu yang terbuka untuknya.

Awan menghapus air matanya, ia merasakan tangan Sera kembali menepuk pundaknya perlahan.

"Apakah buku ini untukku ?" tanya Awan kali ini dengan ramah.

"Ambilah, kau lebih membutuhkan itu. Kata ibuku meski penuh dengan huruf braille, tapi buku itu juga menuliskan ceritanya dengan alphabet. Ia sering membacakannya ketika aku masih kehilangan arah seperti mu."

"Terima kasih, sepertinya Tuhan menuntunmu kepada ku ya hari ini" tidak ada lagi nada ketus bahkan kemarahan. Saat ini suara Awan tulus untuk berterima kasih, entah kepada Sera atau kepada Tuhan yang sudah lama ia limpahi akan kemarahannya.

Sera membalasnya dengan senyuman tulus dan bahagia, ia yakin Awan sedang melihat ke arahnya saat ini. Ia bahagia karena dapat menunjukan sedikit arah pada pria di sebelahnya. Ia tahu pasti bahwa Awan akan dapat memperjelas arah itu dengan sendirinya, karena hanya kapten kapal sendirilah yang tahu kemana tujuannya.

Dari cerita hidupnya, Sera sadar bahwa dahulu matanya hanya bisa melihat lukisan saja. Sekarang Saat semua warna dan gambar menghilang, gadis itu merasa bisa melihat seluruh dunia. Pada waktu yang tepat nanti, Awan pun akan bisa berenang lebih jauh dalam kehidupannya.

Biiiipp... bunyi klakson yang menandakan jemputan Awan sudah tiba, lalu sopir mobil tersebut dengan sigap turun dan menghampiri Awan.

"Apakah kamu berhasil menolong kucing itu ?" Sera merasa harus menuntaskan rasa penasarannya sebelum berpisah dengan Awan.

"Kucing itu selamat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun