Mohon tunggu...
Febrianti Christian
Febrianti Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia yang baru mengenal dunia. Beginner Writer.

Instagram : Poetry : @world_of_fesword

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelaut dalam Badai

26 Januari 2021   17:11 Diperbarui: 26 Januari 2021   17:23 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau penulis! Mungkin tidak mudah, tapi bagaimanapun kau bisa tetap menulis walau kini dengan huruf braille. Tapi aku perenang, bagaimana bisa aku berenang tanpa kaki ?!"

Kemarahan Awan sudah sedikit surut, digantikan kembali oleh keketusannya. Kata orang-orang, asal ia berlatih keras ia akan bisa kembali berenang. Namun sekeras apapun ia mencoba, ia tetap tenggelam dalam kolamnya. Otot tangannya mengayuh hingga menjerit, namun tanpa kaki ia terus kembali tertarik ke dasar kolam. Ia hampir mati oleh kehidupannya sendiri.

Ia seperti berjalan dalam lorong gelap, sejak kecil dunia yang ia tahu hanya renang. Sebelum kakinya menapak tegap ditanah, ia sudah terlebih dahulu mengepak-ngepak di air. Bahkan ia pun selalu menempuh pendidikan di sekolah khusus atlet. Teman-teman nya semua adalah atlet. Ketika dunia yang dikenalnya selama ini menghilang, ia seperti terlempar dari kehidupan, tidak ada pintu untuk terus maju, tapi ia juga tidak bisa kembali.

Sera mengarahkan pandangannya ke arah Awan, walau ia tidak bisa melihat tapi ia bisa merasakan raut kebimbangan diwajah Awan. Lagi-lagi gadis itu merasa Awan adalah sebuah cermin dirinya, selama ini kemarahan Laki-laki itu adalah kebingungannya sendiri dalam menemukan pintu ke kehidupan yang baru. Ia menghela napas, dan bercerita kehidupan lampaunya.

"Aku dulu pelukis. Tapi bagaimana bisa seorang buta menjadi pelukis ? membuat garis lurus pun aku tak mampu. Berbulan-bulan aku mengurung diriku dalam kamar, tidak pernah keluar selangkahpun. Sampai akhirnya aku bisa berdamai dengan diriku, dan kemudian aku menemukan cara lain menggambar. Kini aku menggambar dalam kata-kata, dan tak kalah indahnya"

Gadis itu mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, ia meraba cover buku itu, garis-garis yang timbul membentuk gambaran sebuah kapal, sebuah buku dongeng berjudul "Pelaut Dalam Badai". Ia menaruh buku itu ke tangan Awan, sambil bercerita :

"Kata orang bijak, Pelaut handal pun tahu bahwa ia tidak mungkin melawan badai. Disaat laut bergejolak dan angin bising menghatam kapalnya, seorang kapten hanya mengikuti arus sambil memegang penuh kendali kemudi, agar kapalnya tak menabrak karang dan kandas. Tentu badai sangat menyebalkan baginya, tapi badai selalu membawanya pada pelangi. Pemandangan yang tak pernah mengecewakannya. Setelah lautnya tenang, barulah ia menentukan tujuannya kembali.

Bagaimana jika kapten tadi memaksa layarnya melawan angin ? Menurutku mungkin angin akan merobeknya dan membalikan kapalnya di tengah lautan. Kapten itu akan mati tenggelam, hanya untuk mengenang gelapnya badai tanpa melihat indahnya pelangi. Hidup tidak selalu tentang berjuang, namun ada saatnya kita hanya bisa bertahan agar tak tenggelam."

Sera termenung, tanpa sadar tangan kanannya memegang pergelangan tangan kirinya. Ia menyentuh luka yang menjadi kenangan akan kebodohannya dalam menyia-nyiakan kehidupan dan kesempatan.

Sementara itu, Awan merenungkan perkataan gadis disebelahnya. Bermacam-macam buku penuh kata-kata motivasi tergeletak begitu saja di kamarnya, bahkan orang-orang terdekatnya yang juga memberikannya kata-kata penyemangat pun tidak dapat meredam gejolak hatinya. 

Namun mengapa perkataan gadis yang baru dikenalnya kurang dari satu jam ini begitu menentramkan? Suaranya yang lembut dan tenang dalam bercerita kisah tadi seperti magis yang merasuki relung hatinya, yang menyadarkannya bahwa ia lelah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun