"Cih, bajingan Jerman seperti kalian tidak layak untuk diberikan informasi berharga." Jawabku dengan lantang sambil menahan perih luka di tubuhku. Sontak Si Gemuk mengambil sebuah ember di dekatku yang berisi air es. Ember besar itu ditumpahkan padaku. Membuatkas menggigil kedinginan. Rasanya tulangku seperti beku dan hancur karena suhu ekstrens tersebut. St Kurus datang dan menyundut kedua pahaku dengan kertas yang dibakar sedikit minyak. Aku kembali menjerit dan meraung kesakitan.
"Ayo katakan jagoan. Seberapa kuat dirimu berada dalam Kamp Tahanan ini. Apa kau ingin jadi pahlawan dan mati disini. Tentu tidak. Sekarang katakan sesuatu."
"Kalian tidak akan mendapat apa-apa, Sakiti saja aku, tapi aku bersumpah mati atas nama negaraku."
Si Ranting membuka kotak perkakas dan mengeluarkan sebuah tang pemotong kawat. Dengan sigap Si Gemuk mendongakkan kepalaku dan membuka paksa mulutku. Si Ranting mencabut beberapa gigiku dengan paksa. Kehilangan tenaga, aku langsung pingsan dengan pandangan berkunang-kunang. Satu hal yang ku ingat, seorang Perwira Jerman mendatangi diriku yang sedang disiksa habis-habisan oleh Interogator. la menendang S Ranting dan meludahi muka Pria berkumis itu. Setelah itu aku tak ingat apa-apa.
Setelah sadar dari pingsan, aku mendapati diriku dalam Rumah Sakit militer. Tubuhku dibalut penuh dengan perban bak mumi Mesir. Tepat di sampingku seorang Perwira Jerman duduk dan menatapku dalam-dalar. Aku perlahan mulai mengenali wajahnya.
"Ayah, ini aku Karl menantumu. Aku sekarang menjabat sebagai Perwira Muda Jerman. Aku berhasil membawa ayah kesini dari Ruang Interogasi. Luka yang sangat parah, beruntung ayah masih dapat bertahan. Kudengar ayah tertembak artileri dan terpelanting menghantam tanah. Itu akibat pertahanan yang Jerman buat. Setidaknya aku memberi informasi bahwa Prancis akan mustahil menembus parit kami."
"Terima kasih banyak atas pertolonganmu Karl. Ayah jadi selamat. Memang benar, terakhir kali ayah memimpin pasukan ayah menyerang parit Jerman. Kami tidak mendapat informasi bahwa itu jebakan. Sekarang ayah ingin bertanya bagaimana kabar Marry?"
"Marry baik-baik saja. Kota Saint Mihiel di duduki Jerman dengan kekuatan seribu pasukan. Mereka menjadikan Saint Mihiel sebagai basis pertahanan mereka. Tapi aku tidak yakin apakah mereka akan selamat dari bahaya mengingat perang besar sedang bergejolak."
Secara tiba-tiba peluit panjang dan sirene peringatan berbunyi kencang. Prancis kembali menyerang dengan menghujani Kamp Jerman dengan serangan udara dan artileri secara membabi buta. Karl bergegas dan berlari melesat meninggalkanku sendiri. Melihat kesempatan ini, aku berjalan tertatih-tatih keluar rumah sakit dan terus bersembunyi dari Tentara Jerman yang sodang lari kalang kabut. Serangan mendadak ini kesempatanku. Secara mendadak sebuah bom pesawat meledak di dekatku. Membuat tubuhku terlempar ke parit. Aku kembali tak sadarkan diri.
Kembali terbangun, aku sudah berada di tenda Pasukan Prancis. Aku melihat Fredy sodamg mengobati luka di kaki ku. Sambil menahan sakit aku mempersilahkan Fredy mencuci dan
membasuh luka ku. Sakit sekali rasanya namun aku tetap bersyukur aku tidak tewas di tempat mengerikan seperti itu.