Mohon tunggu...
Muhammad Fauzil Adzhim
Muhammad Fauzil Adzhim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa MTsN Padang Panjang

jangan tinggalkan sholat mu sebelum engkau di sholat kan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati yang Valiant: Cinta dan Sakit Perang

17 April 2024   13:51 Diperbarui: 17 April 2024   13:56 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kakiku dirantai dengan borgol dan diikat dengan ranjangku, membuat diriku tidak bisa kabur, Pintu diketuk dan tiga orang tentara Jerman datang menghampiri. Seorang Jerman dengan kumis tebal menghampiri diriku dan berdiri di dekatku. Diikuti dengan Si Gemuk dan St Ranting sebagai suruhannya. Dengan wajah merah dan mendengus marah ia membisikkan sesuatu pada Si Gemuk. Aku merasa tidak enak dengan ini.

"Cepat, kau jawab saja pertanyaanku. Jika tidak maka aku tidak akan segan untuk

melakukan apa saja asal informasi Prancis dapat dibocorkan pada pihak Jerman." Ucap seorang tentara dengan kumis tebal itu. Ia memegang sebuah tongkat kayu berukuran satu meter di tangannya. Belum sempat mulutku bicara, ia menghantamkan tongkat itu sekuat tenaga pada

kedua paha di kakiku. Aku meraung kesakitan.

"Aaaa, Aaaa. Aku tidak akan membocorkan apapun pada Pihak Jerman. Aku akan tetap setia pada negaraku."

"Kau yakin dengan itu? Baiklah aku tidak akan segan melakukan cara apapun untuk mengorek informasi darimu. Kalian berdua bawa tahanan ini ke Ruang Penjara untuk interogasi."

Borgol di kedua kaki dan tanganku dilepas. Tangan Si Gemuk meremas kedua tanganku, memegangiku agar tidak kabur. Si Ranting menatap punggungku sekilas. Sebelum aku digiring ke Ruang Interogasi, sebuah botol kaca dipecahkan Si Ranting. Pecahan botol itu ia ambil dan

menusuk punggungku dengan serpihan tajam beberapa kali. "Rasakan ini Bajingan. Kau bermain main dengan orang yang salah. Aku tidak segan membantu Komandan ku mengorek informasi apapun. Rasakan pecahan botol ini." la

menancapkan pecahan sebesar setengah jempol padaku.

"Aaaaa, Aaaaa. Aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap berdiri diatas sakit dan penderitaanku. Aku memilih bertahan." Sambil merintih dan meraung aku menahan pedihnya pecahan botol kaca yang memenuhi punggungku. Aku merasakan darah terus mengalir keluar, tidak peduli akan itu. Aku berjalan tertatih tatih dikawal Si Gemuk dan Si Rantung menuju Ruang Interogasi. Sampai disana, tubuhku dilempar dan diinjak Si Gemuk. Sekali lagi aku meraung memecah keheningan.

"Sekarang Kau jawab saja pertanyaanku. Bocorkan saja informasi mengenai pasukanmu padaku. Aku akan melepaskanmu dari sini dengan selamat. Kau boleh pergi setelah ini." Pria berkumis itu menjadi interogator diriku. Ia menghisap cerut dan asapnya memenuhi wajahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun