Mohon tunggu...
FAUZIAH NURFADILLAH 233507053
FAUZIAH NURFADILLAH 233507053 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Siliwangi

saya dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas Siliwangi Tasikmalaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekuatan Politik dalam Proses Pencalonan Kepala Daerah (Studi Kasus Pencalonan Ivan dan Dede dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2024)

31 Oktober 2024   07:30 Diperbarui: 31 Oktober 2024   07:39 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ivan Dicksan, dengan pengalamannya yang luas di birokrasi, dan Dede Muharam, mantan legislator dan tokoh masyarakat, memiliki daya tarik yang kuat bagi kalangan muda dan kelompok masyarakat yang menginginkan perubahan di tingkat lokal. Tasikmalaya, sebagai kota dengan karakteristik sosial-budaya yang kuat, memiliki dinamika politik yang sering dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti agama, etnis, dan hubungan patronase. 

Ivan Dicksan, seorang birokrat berpengalaman di pemerintahan daerah, berpasangan dengan Dede Muharam, tokoh masyarakat dan mantan anggota legislatif yang memiliki basis dukungan kuat di kalangan pemuda dan komunitas lokal. Pencalonan pasangan ini menarik karena mencerminkan dinamika politik lokal yang penuh dengan kepentingan berbagai kelompok masyarakat, partai politik, dan tokoh-tokoh berpengaruh. 

Penting untuk memastikan bahwa kandidat yang diusung dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pemilih, serta mampu berkolaborasi dalam koalisi yang dibentuk. Strategi yang diterapkan oleh PKS dan Partai Demokrat dalam membentuk koalisi dan menjalankan kampanye sangat terencana dan berfokus pada penguatan posisi mereka di arena politik. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji dan mewawancarai narasumber dari dua koalisi partai politik, yaitu PKS dan Demokrat. 

PKS diakui sebagai partai terbesar dengan 5 kursi di DPRD dan jumlah suara yang signifikan dalam pemilu 2024, mencapai 51.724 suara. Narasumber yang diwawancarai merupakan tokoh penting dari kedua partai politik, yaitu PKS dan Demokrat. Hasil  wawancara dengan sekretariat DPC Partai Demokrat Kota Tasikmalaya memberikan jawaban yang menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar kelebihan calon dan alasan mengusung calon tersebut.

Kata Kunci : Kekuatan Politik; Partai Politik; Pemilihan

PENDAHULUAN

       Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu proses politik yang penting dalam sistem demokrasi di Indonesia. Kota Tasikmalaya, yang memiliki latar belakang politik yang dinamis, kembali akan menggelar pemilihan Walikota dan Wakil Walikota pada tahun 2024. Salah satu pasangan calon yang menarik perhatian publik adalah Ivan Dicksan dan Dede Muharam. 

Ivan Dicksan, yang merupakan seorang birokrat dengan pengalaman panjang di pemerintahan daerah, bersanding dengan Dede Muharam, seorang tokoh masyarakat dan mantan anggota legislatif yang memiliki basis dukungan kuat di kalangan pemuda dan komunitas lokal.

         Fenomena pencalonan pasangan ini menjadi menarik karena mencerminkan dinamika politik lokal yang sarat dengan kepentingan berbagai kelompok masyarakat, partai politik, dan tokoh-tokoh berpengaruh. Kekuatan politik Ivan Dicksan yang berakar pada pengalamannya di birokrasi, Dede Muharam dengan pengalamannya sebagai mantan legislator dan tokoh masyarakat, memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan muda dan kelompok masyarakat yang menginginkan perubahan di tingkat lokal.

         Selain itu, Tasikmalaya sebagai kota dengan karakteristik sosial-budaya yang kuat, memiliki dinamika politik yang sering dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti agama, etnis, dan hubungan patronase. 

Dalam konteks ini, pasangan Ivan Dicksan-Dede Muharam dihadapkan pada tantangan untuk merangkul berbagai kelompok masyarakat, sekaligus membangun narasi politik yang inklusif. Kombinasi birokrasi dan aktivisme sosial yang diwakili oleh kedua figur ini menjadi sebuah eksperimen politik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

         Dalam penelitian ini tim penulis menggunakan teori Power Elite yang dikemukakan oleh Charles Wright Mills, seorang sosiolog Amerika Serikat yang lahir di Waco Texas tanggal 28 Agustus 1916. Mills Mengutarakan salah satu teori kontemporer yang menjadi kritik dari teori Elite klasik yaitu teori Power Elite. Mills lebih berangkat dari teori kelas dan teori konflik yang dikemukakan oleh Marx dan Weber. Dari sinilah muncul penilaian bahwa Mills memang sangat dipengaruhi oleh dua pakar sosiologi tersebut.

Jika dilihat dari latar belakang sosok pak Ivan Dicksan dan Dede Muharam merupakan sosok yang sangat tulen. Yang pertama, Pak Ivan merupakan sosok birokrat tulen yang sudah kurang lebih 30 tahun menjadi ASN di kota Tasikmalaya. Dimulai dari staf, lurah, camat, kepala dinas, dan jabatan tertinggi di kota Tasikmalaya yang komandan PNS-nya adalah sekda, yang sempat dijabat juga oleh Pak Ivan sebagai sekda kota Tasikmalaya selama 7 tahun. 

Kemudian Yang kedua, Pak Dede Muharram merupakan sosok politisi organik, politisi tulen dari PKS, termasuk pendiri PKS, pernah menjabat sebagai ketua DPD PKS, dan jabatan publiknya pernah 3 periode sebagai anggota DPRD kota Tasikmalaya.

 Keterpilihan sebagai calon walikota dan wakil walikota Tasikmalaya, Ivan Dicksan-Dede Muharam diharapkan mampu memberikan beberapa opsi kebaharuan terutama pada visi-misi yang mereka sampaikan. Keterpilihan Ivan Dicksan-Dede Muharam sebagai calon walikota dan wakil walikota melahirkan pemahaman baru bahwa mantan calon birokrat dan legislator mampu bersaing dengan tokoh-tokoh yang didukung oleh beberapa elite politik lokal.

Menurut Miriam Budiarjo, politik mencakup semua aktivitas dalam sistem politik atau negara yang berhubungan dengan penentuan tujuan-tujuan sistem tersebut, serta cara-cara untuk mencapainya (Budiardjo, 2002). Ketika mengamati tindakan politis, harus mencakup proses di mana sekelompok orang menggunakan kekuasaan atas orang lain atau berusaha agar ideologi mereka diterima oleh orang lain. 

Ada juga pandangan bahwa politik adalah perjuangan untuk mengangkat penguasa yang menetapkan kebijakan pemerintah. Meskipun definisi ini membedakan antara aktivitas politik dan non-politik, namun belum sepenuhnya mencakup kegiatan-kegiatan non-pemerintahan. 

Dalam dunia politik lokal, teori elite dan konsep local strongman memainkan peran penting dalam memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh. Teori elite, yang dikembangkan oleh para sosiolog seperti Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca, menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat, terdapat sekelompok kecil individu yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar. Kelompok ini, yang dikenal sebagai elite, mampu mengendalikan sumber daya dan keputusan politik, seringkali tanpa tantangan berarti dari mayoritas populasi.

Perbandingan dengan penelitian sebelumnya masih sama dengan calon kepala daerah sebagai subjeknya. Secara empiris juga telah banyak dilakukan penelitian terkait dengan kekuatan politik dalam pilkada. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang tim penulis jadikan sebagai referensi tambahan dalam penulisan penelitian ini, diantaranya:

 1."Strategi Marketing Politik Kang Erwin Calon Walikota Bandung 2024 dalam Penyebaran Pamflet (Political Marketing Strategy of Kang Erwin Candidate for Mayor of Bandung 2024 in Pamphlet Distribution)." Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai strategi kekuatan serta pemasaran politik terhadap calon walikota dan wakil walikota Bandung 2024. 

Penelitian menggunakan pendeketan teori strategi pemasaran kampanye yaitu positioning, branding, segmenting. Penelitian ini mengkaji menggunakan metode observasi virtual serta wawancara kepada dua narasumber yang dijadikan subjek dalam penelitian.

2."Kekuatan Politik Ormas (AMPHIBI) Untuk Memenangkan Pasangan Calon Ahyar-Mori Pada Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah". Dalam penelitian ini, dijelaskan bahwasannya Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) tidak bisa lepas dari seorang tokoh sentral atau tokoh informal yang menjadi salah satu kekuatan politik untuk memenangkan sebuah kontestasi politik. 

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori kekuatan politik yang dikemukakan oleh Gabriel A. Almond (1980), bahwa dalam sistem politik, terdapat struktur-struktur politik atau lembaga-lembaga politik yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi yang dimaksud dalam sistem politik adalah input dan fungsi output.

3.Menurut C. Wright Mills, elite kekuasaan adalah individu yang memegang posisi puncak dalam institusi ekonomi, politik, dan militer. Mereka memiliki kekuatan untuk membuat keputusan strategis yang dapat berdampak besar pada kehidupan sosial dan lingkungan warga biasa. 

Mills menyatakan bahwa kekuasaan ini tidak disebabkan oleh konspirasi individu jahat, tetapi merupakan hasil dari struktur sosial birokrasi yang telah memperbesar dan memusatkan proses pengambilan keputusan, sehingga kekuasaan berada di tangan beberapa orang dengan latar belakang dan perspektif yang serupa.

Berdasarkan berbagai penelitian terdahulu, Penelitian ini memiliki kemenarikan berupa kolaborasi antara tokoh birokrat tulen dan tokoh legislatif berpengalaman. Keduanya merupakan kombinasi perpaduan yang baik antara keahlian di eksekutif, dengan pengalaman di legislatif. Dan hal itulah yang dijadikan dasar utama dalam penelitian kami. Sehingga penting untuk meneliti kekuatan politik dalam pencalonan Ivan Dicksan dan Dede Muharam.

METODE PENELITIAN

            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer yaitu observasi aktual wawancara dan dokumentasi aktual. Sedangkan untuk data sekunder menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan, dengan mengambil sumber-sumber serta referensi dari penelitian terdahulu. 

Wawancara dilakukan secara berkala, dua partai politik koalisi pengusung calon kandidat, yaitu PKS dan Demokrat serta tim suksesnya pada tanggal 19 september sampai dengan 2 oktober 2024.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Teori Power Elite C. Wright Mills

Karl Marx dan Max Weber mengembangkan teori konflik dan kelas, yang sangat memengaruhi teori elit kekuasaan Mills. Dia menyaksikan bahwa masyarakat terbagi menjadi kelas sosial, dengan sekelompok kecil yang sangat berpengaruh dalam membuat keputusan penting. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang berada di puncak organisasi ekonomi, politik, dan militer, dan menurut Mills, memiliki kekuatan untuk secara signifikan memengaruhi kehidupan sosial dan lingkungan.

 Mills, mendapatkan ide mengenai teori Power Elite dikarenakan Ia terkesan terhadap teori yang pernah dikemukakan oleh Marx dan Weber. Teori ini dikemukakan Mills pada bukunya yang terbit tahun 1956 yang diberi judul "The Power Elite".

 Teori ini sebenarnya membuka jalan bagi dunia sosiologi untuk mempelajari realita kekuasaan dan pemerintahan Amerika lengkap dengan model skandal, koalisi, dan eksploitasi massanya dengan bungkus teori sosiologi politik. Pada intinya, teori ini menjelaskan bahwa hanya ada segelintir orang yang memiliki kekuasaan dan kendali atas masyarakat.

Korelasi teori dengan hasil wawancara narasumber partai pengusung calon

        Hubungan antara teori dengan hasil wawancara dengan narasumber partai PKS dan Demokrat akan difokuskan pada bagian mengapa mengusung Ivan Dicksan-Dede Muharam. Teori Power Elite mengatakan bahwa hanya ada segelintir kelompok atau pihak yang mengendalikan masyarakat. Penulis mengharapkan menemukan relevansi antara teori dengan jawaban Narasumber terkait pengusungan calon, serta realitas calon kandidat itu sendiri.

Partai Demokrat

                  

Gambar 1.1 Wawancara kepada narasumber partai Demokrat pada 2 Oktober 2024

         Pada gambar 1.1 diatas, beberapa dari keseluruhan total penulis mendatangi DPC partai Demokrat untuk melakukan wawancara aktual kepada sekretariat DPC partai Demokrat yang bernama Pak Irfan Ramdani. Wawancara dilakukan pada 2 Oktober 2024, dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait latar belakang calon kandidat, alasan mengusung calon kandidat, kebijakan serta program kerja kandidat. 

Pada wawancara di DPC Partai Demokrat penulis mendapatkan beberapa jawaban yang sekiranya memiliki korelasi dengan teori yang penulis pilih. Partai Demokrat melakukan koalisi dengan Partai PKS bertujuan untuk memenuhi kapasitas kursi di legislatif. 

Dalam pemilihan kandidat yang diusung oleh koalisi PKS dan Demokrat, partai sangat mementingkan latar belakang kapasitas maupun kualitas kandidat, mengenai popularitas merupakan tugas dari partai bagaimana kandidat ini memiliki daya jual atau daya beli terhadap masyarakat tentang ketertarikan terhadap pasangan calon kandidat. 

Dengan pengalamannya yang luas di birokrasi, Calon Walikota Ivan   Dicksan dijadikan opsi yang tepat untuk dipilih sebagai Calon Walikota Tasikmalaya dan menjadi daya tarik masyarakat kota Tasikmalaya. Sama halnya dengan Calon Wakil Walikota Dede Muharam yang berpengalaman di legislatif selama 15 tahun atau 3 periode. 

Ketika ada kombinasi antara eksekutif dan legislatif merupakan perpaduan yang sempurna karena kemampuan dan kapasitas pengelolaan pemerintahan daerah itu tidak lepas dari eksekutif dan legislatif, oleh karena itu Ivan Dicksan dan Dede Muaharam dipasangkan oleh partai koalisi.

Ivan Dicksan-Dede Muharram diusul karena memiliki latar belakang politik yang mapan. Sebagai mantan birokrat dan legislator handal, partai politik koalisi mempertimbangkan itu sebagai alasan yang tepat untuk mengusung calon. 

Dalam hubungannya dengan teori Power Elite, Mills mengatakan bahwa teori Power Elite merupakan suatu kondisi dimana segelintir pihak atau orang mendapatkan kekuasaan karena latar belakang mereka, entah mereka elite militer, elite politik, atau bahkan elite ekonomi dan segelintir pihak itu mengendalikan masyarakat secara luas. 

Jika dilihat dari latar belakang pak Ivan-Dede mereka merupakan elite politik di daerah. Lalu, partai politik dengan segala kepentingannya memilih mereka untuk maju sebagai calon kandidat walikota dan wakil walikota. Elite disini bukan hanya calon kandidatnya saja, partai politik serta pengurus nya pun merupakan elite politik. Banyak dari elite politik namun tidak semuanya, memiliki ego nya sendiri untuk mendapatkan apa yang dia atau orang yang lebih tinggi darinya inginkan. 

Jika memang kondisi nya terjadi seperti ini, maka proses demokrasi pun tidak berjalan dengan baik.Koalisi partai melakukan kampanye dengan menugaskan mesin politik sebagaimana elektabilitas, popularitas kandidat ini pada akhirnya sampai ke masyarakat. 

Salah satunya yang dikhususkan di partai politik yaitu memainkan peran struktural yang ada di Partai Demokrat mengenai pengurus harian, pengurus biasa, pengurus DPAC, DPRT yang harus seiringan. Selain itu dalam pencetusan visi misi merupakan hasil kesepakatan dari kandidat dan partai pengusung maka akan terlaksana dengan baik karena sudah satu arah antara kandidat dan partai. 

Salah satu program unggulan yang sudah disepakati antara kandidat dan partai yaitu pemberian dana sekitar 50 juta rupiah per Rw yang merupakan program tahunan, termasuk seragam gratis untuk siswa baru tingkat sekolah dasar baik SD/MI sederajat negeri maupun swasta. Alasan program jagoan senilai 50 juta karena sesuai rasionalisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Tasikmalaya. 

Selain itu juga karena kandidat dan partai tidak memaksakan kehendak. Jadi uang senilai 50 juta merupakan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat bukan sebagai alat agar masyarakat memilih Ivan Dicksan dan Dede Muharam karena apabila tidak realistis pada akhirnya akan terjadi defisit anggaran daerah, yang akan merugikan masyarakat itu sendiri. 

Selain itu kandidat dan partai pun telah menyutujui untuk tidak menangggapi isu-isu negatif yang menyerang Ivan Dicksan dan Dede Muharam karena, kandidat dan partai hanya akan fokus pada program kerja dan strategi pemenangan, tetapi apabila sudah terjadi black campaign maka kita akan menyikapi hal itu dengan menggunakan cara hukum. Jadi yang akan menangani black campaign merupakan pihak hukum, kandidat dan partai akan fokus pada program-program pemenangan.

Pada paragraf sebelumnya, penulis menganalisa bagaimana sebuah program kerja dapat memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Berdasarkan wawancara kepada sekretariat DPC Partai Demokrat, dikatakan bahwa salah satu program kerja kandidat calon ialah memberikan dana tambahan sekitar lima puluh juta rupiah kepada setiap RW serta memberikan bantuan seragam gratis terkhusus siswa SD/MI baik negeri atau swasta. 

Analisa penulis memberikan kesimpulan bahwa, program kerja tersebut belum tentu memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Berdasarkan data dari BPS Kota Tasikmalaya, PAD Kota Tasikmalaya tahun 2023 sebesar 322.101.000.000 dengan APBD sebesar Rp 1.567.135.000.000 atau sebesar 20,55%. 

Berdasarkan data ini, penulis pesimis program tersebut akan memberikan defisit pada anggaran jika Ivan-Dede terpilih. Penulis khawatir program itu hanya untuk memancing suara rakyat untuk memilih mereka, sekalipun pihak parpol mengatakan bahwa program itu bukan alat untuk memancing suara rakyat. Namun, bisa saja program itu berjalan sesuai rencana. Pihak parpol juga pernah mengatakan bahwa mereka akan mengkaji ulang PAD jika ingin menjalankan program tersebut dan mencari jalan terbaiknya.

Partai PKS

Gambar 1.2 Wawancara di DPC Partai PKS Kota Tasikmalaya pada 19 September 2024

Berdasarkan gambar 1.2 diatas, Pada tanggal 19 September 2024, beberapa dari total penulis melakukan wawancara aktual kepada narasumber dari partai PKS. Wawancara dilakukan dengan bertujuan untuk mencari tahu latar belakar pengusungan calon, proker calon, dan lainnya. Wawancara dilakukan di gedung DPC Partai PKS Kota Tasikmalaya. Pada hubungan nya dengan teori Power Elite, penulis akan menyajikan hasil dari wawancara kepada narasumber partai PKS demi mencari tahu korelasi antara teori dengan hasil.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh tim penulis kepada sekretaris PKS, tim penulis memberikan pertanyaan terkait keistimewaan kandidat yang menjadi alasan atas pengusungan pasangan kandidat, strategi kampanye yang dilakukan hingga pertanyaan terkait alasan PKS memilih kandidat Ivan Dede yang semula merupakan kandidat dari partai PPP.

Berdasarkan hasil wawancara kepada partai PKS, keistimewaan dari pasangan Ivan-Dede yang berhasil menarik perhatian partai politik yang mengusung yaitu melihat rekam jejak dari pak Ivan yang merupakan birokrat tulen selama kurang lebih 30 tahun dimulai dari staf, lurah, camat, kepala dinas juga jabatan tertinggi di kota Tasikmalaya yaitu komandan PNS sekda sehingga dirasa memiliki pengetahuan terkait seluk beluk kota Tasikmalaya. 

Dengan pengalaman dan kemampuan tersebut sosok pak Ivan dinilai sebagai seorang yang ekspert, ahli serta memiliki kompetensi dalam memimpin, mengelola dan mencari solusi bagi permasalahan di kota Tasikmalaya. Kemudian  sosok pak Dede Muharam merupakan sosok politisi organik yang tulen juga merupakan pendiri dari partai PKS, partai juga melihat pengalaman pak Dede yang panjang dibidang legislasi seperti pernah menjabat sebagai ketua DPD PKS serta menjabat sebagai anggota DPRD kota Tasikmalaya selama 3 periode. 

Pengalaman pak Dede Muharam dibiidang legislasi, kontroling, budgeting dirasa mempuni di kombinasikan dengan sosok pak Ivan Diksan yang memiliki pengalaman di eksekutif menjadi perpaduan yang pas dan menjadi dasar utama dari pengusungan kandidat Ivan-Dede oleh partai PKS.

Terkait strategi yang dilakukan oleh partai PKS untuk memenangkan calon Ivan-Dede, tim kemenangan pasangan Ivan dan Dede mengimplementasikan strategi yang dirasa efektif dalam mengupayakan kemenangan pasangan dengan nomor urut 2 tersebut. Strategi yang tidak hanya berfokus pada pengenalan namun juga program yang bermanfaat bagi warga kota Tasikmalaya. 

Strategi yang digunakan dalam pembentukan kemenangan Ivan Diksan dan Dede Muharam untuk meraih kemenangan pasangan calon dilakukan oleh tim sukses secara tersusun. Berdasarkan hasil wawancara terhadap tim kemenangan calon Ivan dan Dede, ada 5 strategi yang digunakan oleh tim kemenangan yaitu; Pertama. Memobilisasi partai dan jaringan sosial seperti petani, buruh, jaringan perempuan, jaringan milenial, pemuda dan kampus. 

Strategi tersebut dianggap memiliki keuntungan bagi kemenangan calon seperti mempermudah penyebaran informasi terkait kandidat, program maupun kampanye, jaringan sosial juga mampu menjadi jembatan untuk memberikan pendekatan baik secara emosial antara kandidat dengan masyarakat kota Tasikmalaya. 

Kedua. Publikasi serta melakukan interaksi langsung kepada masyarakat kota Tasikmalaya, seperti melakukan pertemuan dengan masyarakat, baik itu diisi oleh pengajian, maulid nabi, pertemuan dengan RT atau RW, tokoh perempuan, milenial maupun pemuda guna memperkenalkan kandidat. 

Strategi ini memberikan fakta dengan hasil survei yang menyatakan 39% pemilih menentukan pilihannya setelah bertemu langsung dengan kandidat. Melalui pertemuan secara langsung, Ivan dan Dede mampu memperkuat hubungan antara kandidat dan pemilih, serta membangun citra positif masyarakat. 

Ketiga, langkah yang diambil dengan membuat struktur tim yang kuat berbasis teritori, dengan kurang lebih tujuh divisi berbasis TPS dari mulai pemetaan zona pemilih, dan profiling pemilih yang mengelola tim pemenangan dengan program-program seperti beasiswa, seragam gratis dan lain sebagainya.

 Keempat, melakukan kampanye gagasan untuk pembangunan, seperti program seragam sekolah dasar dan SMP gratis, Kemudian di Tasikmalaya itu sudah (UHC) Universal Health Coverage bahwa seluruh warga kota Tasik yang punya KTP kota Tasik ketika sakit di cover oleh BPJS gratis di kelas 3. 

Selanjutnya adalah peningkatan insentif untuk guru madrasah dan bantuan pemerintahan lainnya. Kelima, strategi terakhir yang dilakukan tim kemenangan Ivan Dede adalah manajemen akomodasi dan logistik, biaya yang besar dalam mendukung kegiatan politik disadari oleh tim Ivan dan Dede sehingga butuh pengelolaan yang diatur sebaik mungkin agar proses kampanye berjalan dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.

Pertanyaan terakhir yang menjadi akhir dari wawancara tim adalah terkait alasan partai PKS memilih kandidat Ivan-Dede yang semula merupakan kandidat dari partai PPP, dijawab oleh sekretaris partai PKS sebagai sebuah bentuk penghormatan terhadap mekanisme internal partai. 

Berkat keputusan MK nomor 60 tahun 2024, bahwa partai politik tidak perlu memenuhi ambang batas 20% sehingga partai PKS dan Demokrat mampu mengusung pasangan Ivan-Dede. Meski begitu PKS meyakini kekuatan partainya dalam pengusungan Ivan-Dede juga meyakini kekuatan tambahan dari mantan pengurus partai PPP yang tetap bersama pasangan Ivan-Dede.

Pada hasil wawancara yang telah dijabarkan di atas, ada beberapa poin penting yang bisa penulis hubungkan antara calon kandidat dengan teori power elite, yaitu;

-Jaringan dan Hubungan

Ivan-Dede mungkin memiliki koneksi yang kuat dalam struktur PKS, baik melalui latar belakang pendidikan, pengalaman politik, atau hubungan personal. Ini menciptakan sinergi yang menguntungkan bagi partai dalam memilih calon yang dianggap mampu memperkuat posisi mereka. Partai politik terutama PKS akan mendapatkan keuntungan jika calon Ivan-Dede menang, salah satu keuntungannya adalah mendapatkan kursi di legislatif. 

Pada teori power elite, para elite politik memiliki jaringan kepada sesama elite politik juga untuk mendapatkan kekuasaan yang diinginkan. Dalam hal ini, Ivan-Dede memiliki relasi kuat kepada para elite politik daerah, sehingga memungkinkan dan memudahkan mereka untuk maju mencalonkan diri menjadi wakil dan walikota Tasikmalaya.

-Representasi Kepentingan

Ivan Dede mungkin dianggap sebagai representasi dari kepentingan tertentu yang sejalan dengan visi dan misi PKS. Dalam power elite, individu yang diusung biasanya mampu mewakili kepentingan elit yang lebih luas, sehingga memperkuat legitimasi dan daya tarik partai di mata pemilih. Poin lebih jelas nya ada pada bagian program kerja.

 Jika ditelusuri kembali paragraf diatas, disebutkan beberapa misi dan program kerja yang akan dijankan Ivan-Dede bila terpilih, beberapa proker dan misi seperti pemberian dana 50 juta rupiah serta pemberian seragam gratis. Menurut penulis, misi dan proker itu terlalu utopis. 

Jika ditinjau kembali, sekitar 53,17% PAD serta APBD Kota Tasik dihabiskan hanya untuk belanja pegawai. Dengan realitas serta program kerja yang dijanjikan, penulis pikir ini hanyalah upaya untuk menggait suara rakyat. Realitas bertubrukan dengan janji calon kandidat, penulis pikir ini adalah bentuk kepentingan segelintir pihak saja yang hanya ingin mendapatkan suara, lalu menang dan mendapatkan kursi di legislatif.

Implikasi Teori

Implikasi adalah suatu akibat yang muncul atau terjadi karena suatu hal. Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi implikasi adalah suasana terlibat atau keterlibatan. Implikasi teori dalam penelitian ini adalah, kekuatan para elite politik terutama dalam hal relasi serta latar belakang mereka berkemungkinan memudahkan mereka untuk mendapatkan kekuasaan yang mereka inginkan.

 Pada penjelasan di atas, Ivan-Dede berangkat dari mantan Birokrat dan legislator yang dimana hal itu merupakan implikasi yang terjadi pada pengusungan mereka. 

Partai politik koalisi (Demokrat dan PKS), menilai bahwa untuk memenangkan kontestasi Pilkada 2024 di Kota Tasikmalaya memerlukan dua orang yang cakap dalam bidang politik. Akan tetapi kecakapan dan kemapanan akan masa lalu tersebut tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan kehebatan seseorang. 

Pada bagian misi dan program kerja calon Ivan-Dede, penulis menilai bahwa tidak semua dari misi dan proker itu pantas digamblangkan. Ada beberapa yang penulis pikir hanya untuk menggait suara rakyat saja. 

Ada proker yang penulis pikir terlalu feodalis yaitu menggerakan mesin politik untuk memeriahkan serta meramaikan kampanye mereka. Feodalisme merupakan sebuah bentukan sistem yang memaksa penguasa untuk bergerak sendiri tanpa kerjasama dari rakyatnya sehingga, melahirkan penguasa yang egois dan ingin kepentingannya dijanlakan tanpa ada negosisasi terlebih dahulu dengan rakyat. 

Maka seharusnya, Ivan-Dede seharusnya tidak menggerakan tetapi membiarkan rakyat untuk menentukan pilihan mereka apakah mereka ingin bergerak demi meramaikan kampanye pasangan calon atau tidak. 

Ide gagasan awal demokrasi adalah kekuasaan berada di tangan rakyat, maka seharusnya rakyat lah yang menentukan tindakan mereka untuk siapakah tenaga dan pikiran mereka dikeluarkan sehingga pihak yang mereka pilih bisa memenangkan kontestasi dan berjuang demi kepentingan rakyat. 

Namun sebaliknya, yang penulis lihat dari tindakan Ivan-Dede adalah tidak demokratis, mereka tidak membiarkan rakyat bergerak tetapi mereka yang menggerakan rakyat, dan penyataan ini berkesinambungan pada beberapa kalimat sebelumnya yang mengatakan bahwa latar belakang serta kecakapan masa lalu tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menentukan kehebatan seseorang. 

Tetapi, realitas serta kemampuan yang dimiliki sekarang lah yan seharusnya dijadikan tolok ukur nya. Kecakapan masa lalu hanya bisa menegaskan bahwa seseorang itu pernah hebat di masanya tetapi, tidak bisa menegaskan realitas sekarangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun