Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Cerita fiksi. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepakan Sayap Terakhir

29 Agustus 2024   21:34 Diperbarui: 30 Agustus 2024   10:35 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan bangga aku berangkat dari pengungsian. Kali ini tidak akan salah. Aku telah mencobanya pada para tikus di area selokan dekat pengungsian. Dengan senang aku terbang sesekali dengan gaya bebas.

Senyumku memudar menyadari satu hal. Aku belum jauh dari pengungsian dan dari atas bisa kusaksikan semua. Mankon dengan mesin bomnya mengelilingi pohon-pohon pengungsian kami. Sementara pasukan peri perang tidak ada di sini.

Bagaimana bisa peri biasa melawan Mankon yang bersenjata lengkap? Aku panik. Entah dari mana Mankon bisa tahu keberadaan kami. Padahal mereka terus menyerang pusat Kerajaan Vakon. Tamat sudah riwayat bangsa kami yang akan punah.

Aku menelan ludah, menatap kantong ramuan yang kubawa. Ini ampuh, tapi dengan kekuatan peri kecil mana bisa ramuan ini menyebar secepat mungkin. Mustahil!

Aku berkaca-kaca. Hingga sebuah ide tiba-tiba datang. Segera aku kembali ke laboratorium, menyebarkan berita darurat ini sekaligus mengambil sesuatu.

"Mau kau apakan ramuan itu, Aikon?" cegat Azzon setelah mendengar berita dariku. Sejak berteman denganku dia jadi sering ke laboratorium.

"Ini darurat, Azzon! Segera lindungi para peri. Kau juga harus ke kerajaan dan beritahukan ini pada peri perang! Kita tidak punya banyak waktu!" tegasku. Azzon tampak tidak ingin aku pergi, dia sepertinya tahu rencanaku dan tahu risikonya, tapi sekarang darurat.

"Apa pun itu kau harus selamat, Aikon. Berjanjilah padaku," katanya sebelum kami terbang dan melaksanakan tugas masing-masing.

Kulihat semua Mankon sedang bersiap-siap melemparkan bom. Sementara Azzon berusaha mengevakuasi para peri yang terlihat mulai panik. Peri kecil banyak yang menangis ketika sebuah bom jatuh meledak 200 meter dari sarang kami. Ini kacau! Segera aku menaburi tubuhku dengan ramuan pembesar tempo hari yang baru saja kuambil.

Tubuhku berguncang, tak lama badanku membesar. Berkali-kali besar, aku menjadi peri raksasa. Bukan hanya kaumku yang tercengang, tapi juga Mankon.

Volume suaraku membesar, membuat mereka takut. Tanpa perlu lama, dengan wajah ganas aku membanting Mankon dan mesin-mesinnya. Mereka sempat melempar beberapa bom, aku menghadangnya dengan pohon yang bisa kucabut dengan mudah. Aku terbang secepat kilat menghantam mereka. Ada yang masih menyerang, membuat tubuhku terpental mengguncang tanah. Namun, hari ini aku tidak bisa kalah. Dalam hitungan 1200 sekon bisa kuhabisi mereka semua tanpa sisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun