Dengan bangga aku berangkat dari pengungsian. Kali ini tidak akan salah. Aku telah mencobanya pada para tikus di area selokan dekat pengungsian. Dengan senang aku terbang sesekali dengan gaya bebas.
Senyumku memudar menyadari satu hal. Aku belum jauh dari pengungsian dan dari atas bisa kusaksikan semua. Mankon dengan mesin bomnya mengelilingi pohon-pohon pengungsian kami. Sementara pasukan peri perang tidak ada di sini.
Bagaimana bisa peri biasa melawan Mankon yang bersenjata lengkap? Aku panik. Entah dari mana Mankon bisa tahu keberadaan kami. Padahal mereka terus menyerang pusat Kerajaan Vakon. Tamat sudah riwayat bangsa kami yang akan punah.
Aku menelan ludah, menatap kantong ramuan yang kubawa. Ini ampuh, tapi dengan kekuatan peri kecil mana bisa ramuan ini menyebar secepat mungkin. Mustahil!
Aku berkaca-kaca. Hingga sebuah ide tiba-tiba datang. Segera aku kembali ke laboratorium, menyebarkan berita darurat ini sekaligus mengambil sesuatu.
"Mau kau apakan ramuan itu, Aikon?" cegat Azzon setelah mendengar berita dariku. Sejak berteman denganku dia jadi sering ke laboratorium.
"Ini darurat, Azzon! Segera lindungi para peri. Kau juga harus ke kerajaan dan beritahukan ini pada peri perang! Kita tidak punya banyak waktu!" tegasku. Azzon tampak tidak ingin aku pergi, dia sepertinya tahu rencanaku dan tahu risikonya, tapi sekarang darurat.
"Apa pun itu kau harus selamat, Aikon. Berjanjilah padaku," katanya sebelum kami terbang dan melaksanakan tugas masing-masing.
Kulihat semua Mankon sedang bersiap-siap melemparkan bom. Sementara Azzon berusaha mengevakuasi para peri yang terlihat mulai panik. Peri kecil banyak yang menangis ketika sebuah bom jatuh meledak 200 meter dari sarang kami. Ini kacau! Segera aku menaburi tubuhku dengan ramuan pembesar tempo hari yang baru saja kuambil.
Tubuhku berguncang, tak lama badanku membesar. Berkali-kali besar, aku menjadi peri raksasa. Bukan hanya kaumku yang tercengang, tapi juga Mankon.
Volume suaraku membesar, membuat mereka takut. Tanpa perlu lama, dengan wajah ganas aku membanting Mankon dan mesin-mesinnya. Mereka sempat melempar beberapa bom, aku menghadangnya dengan pohon yang bisa kucabut dengan mudah. Aku terbang secepat kilat menghantam mereka. Ada yang masih menyerang, membuat tubuhku terpental mengguncang tanah. Namun, hari ini aku tidak bisa kalah. Dalam hitungan 1200 sekon bisa kuhabisi mereka semua tanpa sisa.Â