Seperti biasa aksiku tak diketahui Mankon. Reaksi tubuhnya berguncang hebat. Aku tersenyum puas. Namun, hal aneh terjadi. Mendadak tubuhnya menjadi empat kali lipat. Dia berubah raksasa.
Aku terkejut, peri-peri perang tercengang. Bisa kudengar suara-suara kepanikan di antara auman ganas sang Makon. Untuk pertama kalinya racikanku gagal. Mankon itu menggila. Mengaum keras dan mulai menerabas apa pun.
"Bagaimana cara mengatasinya?" Pemuda tempo hari terbang mendekat ketika aku panik. Napasnya tak teratur. "Aku melihatmu menaburi sesuatu sampai membuat Makon itu menjadi raksasa."
"M-mungkin bisa diatasi dengan ramuan mati, tapi i-itu-"
"Itu apa!" Dia tak kalah panik.
"Itu ada di laboratorium pengungsian. Aku akan mengambilnya." Bergegas aku terbang dengan kepala linglung yang hampir membuatku jatuh. Mendadak tanganku digenggam, dibawa melaju lebih kuat oleh kecepatan pemuda itu.
Meski terlambat---hampir setengah wilayah Kerajaan Vakon hancur dan dikuasai oleh mereka---setidaknya kami berhasil membunuh raksasa Mankon itu dengan ramuan mati. Ya, kami. Aku dan Azzon, 750 sekon yang lalu aku baru tahu namanya.
Aku tak girang ketika Mankon itu mati. Justru sedih, akulah si pengacau.
"Tidak apa-apa, kau hebat, Aikon. Lain kali uji coba dulu ramuannya sebelum menaburinya pada Mankon. Coba pada tikus. Susunan zat dalam tubuh mereka dan Mankon hampir sama," kata Azzon. Mungkin karena aku putri panglima jadi banyak peri yang tahu namaku.
***
Dua hari berselang aku berhasil mencipta ramuan mati yang lebih dahsyat. Bisa membunuh dalam lima sekon.