Mohon tunggu...
Fatma Elly
Fatma Elly Mohon Tunggu... -

fatma elly, umur 63 th. 20-11-1947. ibu rumah tangga tapi senang juga menulis. pendidikan akademi hubungan internaional.untag. jakarta.islam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pinter Keblinger

3 September 2010   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya manggut-manggut.

“Kita tidak boleh membiarkan, Bu. Harus bertindak tegas. Para orang tua juga menyetujui tindakan kita. Mereka meski tidak begitu paham perihal agama, tapi sangat fanatik. Kalau sampai agama Allah dan Rasul diejek, masa mau diam saja?”

“Jadi bagaimana? Apa yang akan kalian lakukan?” Tanya saya kemudian.

“Kita sepakat mau mengusirnya dari sini. Bukankah ia juga awalnya bukan warga sini?”

BEGITULAH. Sekelumit gambaran yang meresahkan warga. Membuat khawatir, cemas,  takut, akan terjadinya pengikisan akidah dan kerusakan moral baik, oleh ulah si pendatang baru tersebut. Apalagi bagi mereka yang tidak memiliki keimanan sebagai pondasi. Wawasan keislaman sebagai pagar.

DAN SEBELUM pengusiran itu terjadi, masyaAllah, rupanya si pendatang baru itu telah mendapatkan getah, atau dampak atas perbuatannya. (lihat pelajaran dari QS 2:286)

Mungkin selama itu pula, fitrah dirinya sendiri yang cenderung pada kebenaran dan kebaikan, selalu mengajaknya berdialog di atas logika berpikirnya yang sehat atas ucapan dan tindakannya selama itu. Bukankah Allah kuasa berbuat sekehendak-Nya?

TAK TAHU KENAPA, orang banyak kemudian menyaksikan, ia sering bicara dan tertawa sendiri. Hingga orang sekampung mengetahui. Hal aneh yang terjadi dan menimpa si pendatang baru itu.

DAN ANAK-ANAK KECIL mengganggu dan meneriakinya. Seperti gambaran di atas. Bilamana mereka melihat dan menemukan di jalan, laki-laki itu sedang tertawa terbahak-bahak. Atau berbicara tak keruan. Lalu menangis.

Berulang kali anak-anak itu meneriakkan kata-kata: “Pinter keblinger, pinter-pinter…keblinger!”

WALLAHU A’LAM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun