“PANTASLAH” pikir saya, “kalau mereka menamakan dunia ini hanyalah sebagai ruang. Atau 'Mundus’. Kosmos. Tempat dimana mereka memiliki dan memperoleh kesenangan.”
“Masa sih, tubuh yang sudah hancur jadi tulang-belulang, lebur bersama tanah, bisa hidup lagi!? ucap orang itu Bu, pada teman-teman,” cerita si pemata-mata. Pemberi informasi itu. Mamad.
Dan saya kembali teringat informasi Al Qur’an:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS 36: 78-79)
SEDANG ALLAH dan hadis telah pula memperingatkan:
“Dan apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban?) (QS 75:36)
“Sesungguhnya Allah pasti menuntut pertanggung-jawaban dari setiap pengembala tentang gembalaan yang digembalakannya, apakah ia memelihara ataukah menyia-nyiakannya….” (HR. Ibnu Hibban)
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS 102:8)
SEMENTARA ITU, si pemuda pemberi informasi, yang datang bersama pemuda lainnya yang baik itu, Mamad, kembali bercerita. Memberi informasinya:
“Waktu itu ia berkata sinis, Bu; dengan senyum di bibirnya yang mengejek, ia remehkan soal pertangungan jawab. Katanya, peringatan tentang masalah tanggung jawab itu khayalan orang-orang bodoh. Orang-orang tua selalu menakuti anak-anak dengan kabar tentang akhirat. Tentang tanggung jawab. Tentang neraka. Dan kalian tau kan, kalian bukan anak-anak lagi? dan neraka itu hanya ada di sini. Di tempat kita ini. Bilamana kita tidak mau bersenang-senang memuaskan diri. Membiarkan mumet sumpek, ya itu neraka!? apalgi orang tua dan keadaan keluarga uda pada nggak bener! begitu katanya, Bu.”
“Atas kata-kata dan kalimatnya ini, para teman-teman sama menganggukkan kepala, Bu. Tertawa membenarkan, sambil mencemoohkan.” Ceritanya lagi.