“Tidakkah ia berkata kepada teman-teman kalian Mad,: Nah pikir aja sobat, kesempurnaan Tuhan ternyata mengandaikan adanya makhluk ciptaan yang bisa mengetahui kesempurnaan-Nya. Bukankah begitu Mad?”
Mendengar ucapan yang ditujukan padanya, Mamad lalu menganggukkan kepalanya. Menggiyakan dan membenarkan.
Dan pemimpin pemuda tersebut berkata pula: “Bukankah ini keterlaluan Bu?“
Melihat saya diam, kembali ia meneruskan:
“Bukan hanya sekali dua kali ia menghina seperti itu, Bu. Tapi berulangkali. Masak kita mau diam saja?”
AKHIRNYA suara saya keluar juga:
“Begitulah Dik. Seorang bodoh dan zalim, tidak menempatkan sesuatu menurut proporsi yang hak. Dikiranya ia dapat menembus kelemahan dan keterbatasan dirinya,” kata saya. “Padahal sejauh-jauh ia memandang, ia tak akan dapat menjangkau hal-hal diluar kesanggupannya, Dik.”
"Bahkan jika lalat sebagai binatang kecil dan senang pada yang bau-bau, merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu." (lihat ibrah QS 22:73)
PEMUDA yang jadi mata-mata, pemberi informasi, Mamad, mengangguk-anggukkan kepalanya. Membenarkan. Begitupun pemuda sang pemimpin rombongan tadi.
“Iya. Benar Bu.” Kata mereka hampir serentak.
Sedang saya kemudian berkata lagi: