Mohon tunggu...
Fatikhah Romadhonaaa
Fatikhah Romadhonaaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Mercu Buana

Akuntansi 43222010108 Bpk Apollo. Prof. Dr, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Cincin Gyges, dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   21:33 Diperbarui: 15 Desember 2023   07:18 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebajikan adalah kesempurnaan pada sesuatu yang bermanfaat, dan orang yang adil akan hidup lebih bahagia apabila ia melakukan segala sesuatu yang memberikan kontribusi bagi kebaikan jiwa manusia

Glaucon mencoba membantah Socrates dengan mengatakan bahwa orang melakukan keadilan hanya berdasarkan harga diri dan kehormatan mereka. Keadilan adalah salah satu konsep terpenting yang dibahas dalam filsafat. Keadilan dianggap sebagai kebajikan yang paling mendasar, mengatur hubungan antarpribadi dan membangun serta memelihara tatanan sosial yang mapan. Keadilan pada umumnya selalu dikaitkan dengan orang yang berbuat benar secara moral dan selalu siap melayani orang lain. Namun para filsuf ingin melampaui pemahaman dan penjelasan tersebut. Misalnya, mereka berusaha memahami hakikat keadilan sebagai kebajikan moral atau kualitas sifat manusia yang diharapkan dari masyarakat dan sejauh mana etika yang adil diterapkan pada keputusan-keputusan sosial saat ini. Namun pembicaraan mereka tidak menghasilkan kesepakatan akhir.

2.   Eksperimen pemikiran

Untuk mendukung pendapatnya, Glaucon memperkenalkan eksperimen pemikiran yang berjudul "Ring of Gyges" yang diceritakan bermula dari:

Seorang pria bernama Gyges adalah seorang gembala rendah hati yang melayani raja Lydia. Suatu hari, gempa bumi menciptakan lubang di tanah tempat dia menggembalakan ternaknya. Dia masuk ke dalam dan menemukan, antara lain, sebuah cincin, yang diambil dan dipakai Gyges. Suatu ketika, pada pertemuan para penggembala, Gyges menyadari bahwa jika dia mengarahkan cincinnya ke arah dalam tangannya, orang lain tidak akan bisa melihatnya lagi alias dengan kata lain transparan. Ketika Gyges menyadari hal ini, dia melakukan sesuatu yang sangat buruk. 

Dia mencari alasan untuk menyampaikan pesan ke istana dan menoleh ke Ratu. Keduanya bersekongkol untuk membunuh raja dan Gyges menjadi penguasa menggantikannya. Ring of Gyges tidak memiliki kekuatan khusus terhadap pemakainya. Cincin itu tidak membahayakan Gyges, tetapi itu menunjukkan siapa dia selama ini. Dia adalah seseorang yang menahan diri untuk tidak melakukannya karena takut akan hukuman. Glaucon mengklaim bahwa eksperimen pemikiran ini mengungkap sifat manusia secara umum. Jika diri kita bisa lolos, diri ini akan menjadi seperti Gyges, mencuri, membunuh, dan memperkosa jika sesuai dengan keinginan sendiri.

3.   Hubungan dengan keadilan

Glaucon berpendapat:

"Satu-satunya bukti yang kita miliki bahwa keadilan, atau apa pun, itu sendiri berharga adalah bahwa keadilan itu tampak baik meskipun tidak ada manfaat lain yang menyertainya. Namun ketika kita memisahkan keadilan dari hal-hal yang dianggap baik oleh orang lain, hal itu tidak lagi baik bagi kita. Hal-hal baik yang (biasanya) dibawa oleh keadilan sepenuhnya menjelaskan keyakinan kita bahwa keadilan itu baik. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk percaya bahwa keadilan lebih dari sekedar nilai instrumental. Bayangkan orang yang sangat tidak adil dan orang yang sangat adil yang nasib normalnya berbanding terbalik. Mungkin Gyges menjebak orang lain atas kesalahannya. Orang yang tidak bersalah tersebut kemudian disiksa dan dieksekusi atas kejahatan yang tidak dilakukannya, sementara Gyges menikmati semua keuntungan dari reputasi yang baik."

Pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh Glaucon menjadi dasar pandangan kontrak sosial tentang keadilan yang kemudian dikembangkan dalam sejarah filsafat oleh Hobbes dan lain-lain. Usulan Glaucon menunjukkan bahwa kita pada dasarnya egois dan tidak bermoral. Kita bertindak secara moral bukan karena moralitas sesuai dengan sifat kita, tetapi karena kita tidak punya pilihan lain.

4.   Argumen keadilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun