Terlepas dari perbedaan ini, hubungan historis antara daerah menunjukkan bahwa warisan Islam bersama telah mempengaruhi praktik mereka, meskipun disesuaikan dengan konteks lokal. Kesamaan ini dapat dikaitkan dengan koneksi sejarah yang sering terabaikan, yaitu jalur perdagangan dan penyebaran Islam melalui samudera.Â
Pada masa lalu, hubungan Aceh dan Madura tidak hanya terjalin melalui jalur dagang, tetapi juga penyebaran dakwah oleh para ulama. Baik Aceh maupun Madura menjadi tempat persinggahan pedagang dan ulama dari Arab, Gujarat dan Persia yang membawa tarekat serta ajaran tasawuf, sehingga ada pengaruh Islam yang sejalan meski lokasinya berjauhan.
Namun, perbedaan dalam corak kultural dan politik setempat juga membentuk variasi dalam penerapan ajaran Islam tersebut. Sejarah politik di Aceh, lebih kuat dalam mempertahankan identitas Islam, praktik-praktik ini berkembang lebih formal. Sementara di Madura, yang lebih agraris dan cenderung memiliki hierarki sosial sederhana, Islam berkembang lebih bersahaja, meski tetap mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Temuan artikel ini menyoroti adanya kesamaan dalam praktik Islam di Aceh dan Madura, terutama dalam tradisi tarekat dan ritual zikir. Koneksi sejarah melalui jalur perdagangan dan dakwah oleh para ulama menjadi faktor penting yang menjelaskan penyebaran ajaran tasawuf di kedua wilayah.Â
Ulama dari Arab, Gujarat dan Persia membawa tarekat yang kemudian berakar dalam kehidupan spiritual masyarakat Aceh dan Madura. Meskipun terdapat perbedaan dalam pelaksanaan ritual karena pengaruh kultural dan politik setempat, fondasi ajaran tetap serupa.
Penelusuran sejarah penyebaran Islam di Aceh dan Madura mengungkapkan peran penting kedua wilayah ini dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara.Â
Aceh, sebagai pusat Islam di bagian barat Nusantara, memfasilitasi penyebaran Islam melalui rute perdagangan maritim dan interaksi damai, sementara Madura menonjol melalui peran ulama dan pesantren dalam memperkokoh jaringan Islam lokal.Â
Meskipun keduanya memiliki karakteristik dan konteks sosial-politik yang berbeda, ditemukan bahwa koneksi sejarah melalui perdagangan, migrasi ulama dan kesamaan tradisi keagamaan, terutama dalam praktik Sufisme, memainkan peran signifikan dalam memperkuat identitas Islam di kedua wilayah ini.
Koneksi yang terabaikan antara Aceh dan Madura menggarisbawahi pentingnya jalur intelektual dan spiritual yang melintasi wilayah Nusantara, yang memungkinkan pertukaran ajaran Islam dan integrasi dengan tradisi lokal. Hubungan ini, meskipun kurang terdokumentasi secara langsung, memiliki pengaruh besar dalam membentuk praktik Islam di Madura yang sangat dipengaruhi oleh jaringan ulama dari Aceh.
Rekomendasi