Penyebaran Islam di Madura terkait erat dengan hubungan perdagangannya, terutama karena memudarnya pengaruh kerajaan Majapahit (Zikra et al., 2023).
Melaui konversi damai, proses Islamisasi ditandai dengan cara-cara damai dan menekankan perdagangan serta dialog atas terjadinya konflik. Sementara Aceh dan Madura memainkan peran penting dalam penyebaran Islam.
 Narasi Islamisasi yang lebih luas di nusantara tetap beragam, dipengaruhi oleh berbagai faktor lokal dan eksternal, termasuk koneksi Arab yang signifikan yang dibangun melalui jalur perdagangan (Saragih & Siregar, 2023).
Penulisan artikel ini bertujuan untuk menelusuri hubungan sejarah antara Aceh dan Madura dalam konteks Islamisasi Nusantara. Meskipun kedua wilayah ini memiliki karakteristik geografis dan budaya yang berbeda, keduanya berbagi peran penting dalam penyebaran agama Islam. Menyelami koneksi antara Aceh dan Madura dapat mengungkap jejak-jejak sejarah yang terlupakan, terutama dalam peran mereka sebagai pusat penyebaran dakwah dan pengaruh keislaman di Nusantara.Â
Melalui penelusuran yang lebih dalam keterkaitan sejarah ini, diharapkan dapat ditemukan benang merah yang menghubungkan kedua wilayah dalam proses Islamisasi. Hal ini tidak hanya akan memperkaya pemahaman kita terhadap sejarah Islam di Nusantara, tetapi juga mengangkat kembali kontribusi penting Aceh dan Madura yang mungkin belum sepenuhnya diakui dalam narasi sejarah Islam di Indonesia.
Aceh: Pusat Penyebaran Islam di Barat Nusantara
Aceh dikenal sebagai salah satu pusat penting penyebaran Islam di bagian barat Nusantara, dengan Kesultanan Aceh Darussalam memainkan peran utama. Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke-16 dan tumbuh menjadi kekuatan maritim dan politik yang besar.Â
Berada di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun (1607-1636), menjadikan Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya, menjadi pusat perdagangan, kebudayaan serta intelektual Islam di wilayah tersebut.Â
Pengaruh Aceh tidak hanya terasa di wilayah Sumatra, tetapi juga meluas ke Semenanjung Malaya dan kawasan Hindia Timur lainnya, menjadikannya penghubung penting dalam jaringan dunia Islam internasional.Â
Secara historis, Aceh berfungsi sebagai pusat penting bagi Islam di kepulauan barat, terutama selama kesultanan Aceh terkenal pada abad ke-17. Periode ini ditandai dengan kontribusi signifikan dari tokoh-tokoh ulama yang berpengaruh dan jaringan keilmuan Islam yang kuat.Â
Kesultanan Aceh muncul sebagai negara Islam yang kuat, mempromosikan interpretasi Islam yang moderat dan menumbuhkan toleransi beragama (Huwaid & Arbi, 2024).