Ini menjadi pusat pembelajaran Islam, menarik para cendekiawan dan mahasiswa dari seluruh wilayah, yang memfasilitasi penyebaran pemikiran Islam (Saby, 2014).
Salah satu ulama besar yang lahir di Aceh dan berkontribusi signifikan dalam penyebaran ajaran Islam adalah Syekh Abdurrauf as-Singkili, yang lebih dikenal sebagai Syiah Kuala. Ulama ini merupakan cendekiawan besar yang menguasai berbagai bidang ilmu agama, termasuk tafsir, hadis dan fikih.
 Syiah Kuala mendirikan pusat pendidikan Islam di Aceh yang menjadi rujukan para ulama dari berbagai daerah. Karya-karyanya turut memperkaya literatur Islam di Nusantara dan memiliki pengaruh besar dalam membentuk pemahaman serta praktik keislaman di kawasan ini.Â
Selain itu, terdapat ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri dan Nur al-Din al-Raniri memainkan peran penting dalam mengembangkan filsafat Islam dan Sufisme, mempengaruhi praktik lokal dan regional(Rosatria, 2014) (Hadi, 2003). Ajaran mereka berkontribusi pada pembentukan Aceh sebagai pusat intelektualisme Islam, dengan fokus pada tradisi Sufi yang menekankan persatuan dan spiritualitas(Affan, 2023).
Aceh juga dikenal sebagai pintu gerbang bagi penyebaran Islam ke wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara. Kesultanan Aceh menjalin hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di luar Nusantara, seperti Kesultanan Utsmaniyah di Turki.Â
Dukungan ini memperkuat posisi Aceh sebagai pusat dakwah Islam, serta menghubungkan Nusantara dengan arus utama peradaban Islam internasional.Â
Melalui jaringan perdagangan dan diplomasi yang dibangun oleh Kesultanan Aceh, ajaran Islam tersebar ke berbagai wilayah, dari Semenanjung Malaya hingga Kepulauan Filipina. Hadirnya pengaruh dari internasional karena posisi maritim strategis Aceh, sehingga memungkinkannya untuk terhubung dengan dunia Islam yang lebih luas melalui perdagangan dan diplomasi, meningkatkan perannya dalam jaringan Islam global (Affan, 2023).
Sufi dari Aceh melakukan perjalanan secara ekstensif, membangun pusat-pusat spiritual dan membina interkoneksi dengan wilayah Islam lainnya, sehingga mempromosikan penyebaran Islam secara internasiona (Affan, 2023).Â
Sementara peran historis Aceh sebagai pusat Islam terdokumentasi dengan baik, tantangan kontemporer seperti radikalisme dan sektarianisme menimbulkan ancaman signifikan terhadap warisan moderasi dan inklusivitasnya.Â
Secara internasional, Aceh memainkan peran signifikan dalam menyebarkan Islam melalui jalur perdagangan. Pedagang-pedagang Aceh sering berlayar ke berbagai bagian Asia dan bahkan ke Timur Tengah, membawa serta pengaruh agama dan kebudayaan Islam. Hubungan diplomatik Aceh dengan kekhalifahan Utsmaniyah di Turki turut memperkuat posisi Aceh sebagai bagian dari jaringan global umat Islam.Â
Oleh karena itu, peran Aceh dalam sejarah Islam tidak hanya terbatas pada Nusantara, tetapi juga dalam menghubungkan komunitas Muslim di seluruh dunia.