Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memento Mori

27 Februari 2020   12:26 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iyasi, Yasudah biarin ajadeh.."

Ketidakbenar Keliruan

Aku di deportasi ke Indonesia karena terbukti membunuh orang tuaku sendiri dan melakukan beberapa tindak kriminal lain nya di Meksiko. Aku bebas dari jeratan hukum di Meksiko dengan cepat karena aku mengantongi banyak uang yang ditinggalkan oleh mendiang ayahku yang malang. Lalu aku dipulangkan ke Indonesia untuk menghadapi beberapa prosedur hukum yang ada di Indonesia.

Namaku Yakub, aku anak tunggal dan satu-satunya. Ayah dan Ibuku adalah seorang katolik yang taat sejak kami pindah ke Meksiko. Ibuku memiliki anak dari orang lain sebelum menikah dengan ayahku, namanya adalah Maria. Sepertinya Maria dan Ayahnya hidup miskin dan sengsara di Indonesia, kalau tidak salah aku pernah mencabik-cabik kue ulang tahun nya.

Aku tidak begitu menyukai Maria, Ibu selalu membicarakan dan memikirkan nya di setiap obrolan yang kami buka. Ibu ingin aku dan Maria akrab seperti kakak beradik pada umumnya. Setelah menembak mati Ayah dan Ibu, aku ingin menembak wajah Maria dengan senapan oleh-oleh dari tetangga kami di Meksiko. Aku hanya tidak suka melihat Maria tersenyum, mengingatkanku pada Ibu.

Dengan dibantu kuasa hukum keluargaku yang sudah aku suap aku berhasil meloloskan diri dari segala jeratan dan permasalahan hukum yang harus aku lalui. Lalu orang-orang mulai mengerti kalau Ayah dan Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil dalam sebuah perjalanan bisnis di Meksiko.

Sebagai anak satu-satunya aku sangat menyayangi kedua orang tua ku, aku menembak mati keduanya karena aku rasa mereka sudah cukup untuk merasakan kebahagiaan yang sebentar lagi akan berganti menuju kesedihan tidak berujung. Sebelum mereka tua, sebelum sakit-sakitan dan sebelum mereka bertengkar terlalu sengit harus disudahi dengan cara seperti ini. Komunikasi dan mediasi hanya mengulur waktu kesedihan, itu hanya akan meringankan rasa sakit sementara. Rasa sakit akan hilang sepenuhnya dan selamanya dengan kematian singkat tanpa harus sengsara sakit-sakitan karena kesehatan yang mulai menurun. Aku menghindarkan mereka dari malaikat yang mengelabui kematian.

Bertemu dengan Maria memang sudah aku rencanakan pulang ke Indonesia. Satu-satunya yang tidak aku rencanakan adalah perasaanku terhadap Maria. Tak kusangka parasnya sangat menarik untuk menjadi seorang anak yang dibesarkan oleh supir taksi mata keranjang. Ia terlihat matang dan tidak memiliki pasangan, tapi apa yang aku pikirkan, kami sedarah lagi pula aku ingin menembak tepat di kerongkongan nya.

Aku harus hati-hati, aku tidak bisa mengatur dengan baik arah emosi ku. Berbeda dengan Maria yang bisa dengan mudah melakukan pembenaran pada segala hal yang ia alami, aku terlahir manja dan semua keinginanku dikabulkan. Aku tidak boleh menjadi orang yang terlalu, terlalu sedih, terlalu gembira, segala sesuatu yang berakhir terlalu akan menjadi pemicu untukku dengan mudah menembak kepala orang lain. Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku bisa bersahabat dengan bunyi letusan.

Aku tidak punya teman, satu-satunya temanku bernama Kitaro seorang warga negara Jepang yang mengambil studi astronomi di Amerika. Dia bunuh diri tahun lalu karena depresi terhadap gaya hidup dan penelitian rumit nya.

Ayah Ibuku meskipun mereka berdua merupakan Katolik yang taat tapi tidak pernah sekalipun mengajak dan mengajariku tentang bagaimana beragama. Mereka bilang aku akan menemukan nya sendiri, aku akan mengalami pengalaman spiritualku suatu saat nanti. Yang sampai saat ini aku pahami adalah suatu saat nanti aku akan menjadi pemeluk agama, tapi entah kapan dan bagaimana caraku untuk mendapatkan pengalaman spiritual itu, apabila aku tidak mengalami pengalaman spiritual ku ini maka aku tidak sempat memeluk agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun