Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memento Mori

27 Februari 2020   12:26 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bentaran doang, abis itu gak kerasa, kayak di gigit semut"

"Yaudah deh.."

Maria bercanda dengan cermin yang ada di hadapan nya dengan ceria, mulutnya dibuka lebar dan cipratan coklat di sekitar garis tepi bibirnya. Cermin nya sama sekali tidak berusaha untuk menjawab, hanya mengikuti kemana gerak bibirnya berbicara. Maria pun tidak mengharapkan ia bisa berkomunikasi dengan refleksi tubuhnya di cermin, hanya sekadar narsistik berlebih ingin melihat dengan seksama bagaiman caranya berbicara. 

Maria memang gemar mengevaluasi gestur dan gerak-gerik tubuhnya meskipun ia jarang berkomunikasi dengan orang lain secara langsung. Cermin menjadi satu-satunya media untuk membuat pantun tidak berbalas.

Hari ini hari sabtu, semua orang bangun kesiangan tidak ada yang peduli ayam berkokok atau air daun kering kelelahanmenahan genangan. Yang Maria tahu bahwa satu dari satu-satunya orang yang selalu berada di dekatnya sudah mati, mati di dekatnya. Ia harus segera memindahkan tubuh Yakub sebelum bau busuk menyengat dan tumpahan kepala nya di gigit serangga. Beberapa tumpahan nya tercecer di lantai, ada juga yang menempel dan mengerak di tembok.

Dulu mereka berdua di asuh di sebuah panti asuhan di bawah naungan Pandita Salus. Beliau adalah seorang tuna netra yang dipercaya memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai macam penyakit hanya dengan mengelus dan mengendus sumber penyakit di tubuh orang lain. Bahkan beliau tidak segan untuk mengendus aroma busuk dari bagian tubuh orang yang terkena penyakit jorok atau penyakit kulit semacamnya. 

Kajian ilmu ini dipelajarinya dari seorang empu pengrajin alat musik jenis instrument pukul seperti perkusi tradisional sampai dengan hang drum. Karena hal itu masyarakat sekitar mulai memanggilnya pandita, tidak ada yang ingat nama panjang Salus.

Yakub dan Maria percaya pandita salus menghirup energi negatif dari tubuh seseorang melalui indra penciuman nya, lalu mengolah dan mengeluarkan nya dalam bentuk gas dan bintik penyakit uap dari sistem pernafasan nya. cukup masuk akal, serambi paru-paru salus sudah pasti sangat amat tebal dan kebal, bisa saja ia menghirup penyakit menular yang mematikan namun ia malah menyembuhkannya.

Salus berpenampilan menyerupai biksu dengan hanya mengenakan lipatan kain yang di selendangkan melingkar dari dada berputar menyamping dan tasbih kemanapun ia pergi. Meskipun jarak terjauh yang pernah ia tempuh adalah dapur rumahnya sendiri. Salus selalu mengajarkan sabar pada Yakub sabar ketika lapar yang terlebih dauhulu di cerna adalah apakah tubuhmu yang lapar atau jiwa tamakmu yang kelaparan. Oleh karena ajaran nya Yakub tidak pernah sekalipun menginjak berat badan lebih dari 70 kg .

Dia berkata bahwa ada beberapa tanda ketika manusia sedang berada di garis akhir menuju kematian nya akan ada fenomena yang disebut doppleganger atau serupa. Tidak ada yang tahu dari mana Salus mengerti dan mempelajari teori seperti itu, sejak penglihatannya hilang ia sangat jarang di kunjungi orang kecuali untuk berobat. Mungkin ia mengumpulkan isu-isu yang disebarkan oleh pasien nya yang tidak sengaja ia dengar. Banyak orang yang mengatakan apabila kehilangan salah satu indera maka indera yang lain akan lebih peka, begitulah yang terjadi dengan Salus.

Dulu, tepatnya 23 tahun yang lalu ia bekerja sebagai tukang gali kubur di sebuah taman makam yang terletak di pinggiran kota namun memiliki akses yang mudah untuk di lewati mobil. Ia berkata bahwa pernah 3 kali menguburkan orang yang mati suri dan hidup lagi. Yang pertama belum sampai masuk liang lahat mayat sudah membuka mata dan tersedak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun