Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memento Mori

27 Februari 2020   12:26 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hal tersebut tidak akan berakhir lebih buruk, Ayah tidak pernah terkait dalam tindak kriminal apapun meski ia cukup mata keranjang. Selain itu ia selalu menyisihkan beberapa uang koin untuk selalu di berikan pada pengamen atau orang-orang yang sering mengarahkan mobil di perempatan jalan tanpa rambu lalu lintas.

Setelah lulus SMA aku mendapatkan beasiswa dan berkesempatan untuk melanjutkan studiku di Bandung, tapi aku memilih untuk tidak pergi dan merawat ayahku yang mulai sakit-sakitan. Aku bekerja mulai dari barista hingga pramuniaga sebuah swalayan yang cukup besar. Aku cukup betah dengan pekerjaanku sebagai pramuniaga, karena disana terkadang aku bisa mengunyah chocopie diam-diam sepuasnya. Mereka satu-satunya swalayan di Kota kecil ini yang menyediakan suplai chocopie merk ini dengan jumlah yang banyak setiap dua bulan sekali.

Aku tidak pernah memiliki teman akrab dan tidak pernah mencoba untuk menjadi terlalu akrab dengan orang lain. Aku hanya gemar berbicara sendiri di depan cermin dengan wajah yang sumringah, tidak ada orang yang menganggapku gila karena hal tersebut karena aku menyembunyikan nya. setidaknya aku pandai mengelabui orang lain tentang kebiasaanku ini. Aku merasa benar-benar bisa memegang kendali penuh atas semua yang berpengaruh di sekelilingku saat itu.

Tahun lalu Yakub datang menemuiku menyampaikan berita duka, Ibu dan ayah Yakub meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di Meksiko saat menemani ayah Yakub dalam sebuah kunjungan bisnis. Lama tak kudengar kabar tentang Ibu sejak pindah ke luar negeri ternyata ia memang sudah tidak ada lagi. Ia tidak bisa menemuiku lagi, ternyata kata-kata pamitnya pada hari ulang tahun ke-15 ku bukan sebuah isapan belaka, memang untuk selama-lamanya.

Aku tidak begitu sedih karena terhitung lebih dari 10 tahun aku hidup tanpa melihat wajahnya kembali, tanpa mengharap kiriman uang darinya. Itu bukanlah hal yang mengejutkan bagiku, satu-satunya hal yang mengejutkan adalah Yakub tumbuh besar dan memiliki rupa yang cukup menarik untuk seorang yang lebih muda 5 tahun dariku.

Yakub tidak punya siapa-siapa lagi kecuali aku kakak dari satu Ibu yang sama, meskipun kehilangan orang tuanya Yakub masih cukup berbahagia karena mewarisi seluruh harta kekayaan ayahnya yang melimpah. Ia meneruskan bisnis ayahnya di Jakarta, tapi dia berjanji untuk sering ke kota kecil ini untuk mengunjungiku.

Sebenarnya aku tidak begitu peduli dengan perhatian Yakub, namun ia dengan rutin mengunjungi aku dan ayah serta rajin mengirim sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kami jadi aku tidak perlu mempermasalahkan nya. lagi pula ayah sudah hampir kehilangan penglihatan nya dan sudah tidak lagi bekerja, ayah di pecat karena ketahuan berhubungan seks dengan pelacur di mobil taksi milik perusahaan.

Lalu aku kembali tumbuh sebagai wanita cukup umur tuna asmara yang memiliki tingkat pembenaran yang tinggi untuk segala kesalahan yang hadir atau yang aku buat sendiri, terlebih untuk garis jodohku yang selalu aku sangkal.  

"Mbak, kalau bapakmu mau operasi mata bisa aku biayai nanti .."

"Bagaimana kalau operasi di angkat saja matanya sekalian biar gak mata keranjang lagi.."

"Bapakmu sudah terlanjur mesum sejak dalam pikiran dan perasaan mbak, percuma"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun