Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memento Mori

27 Februari 2020   12:26 Diperbarui: 27 Februari 2020   12:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kekeliruan

Ayahnya minta maaf untuk kekeliruan ini, lalu Maria pun berkata tidak ada yang keliru dan tidak ada yang membutuhkan pembenaran atas kekeliruan ini. Tidak perlu kecewa, sudah bukan saatnya untuk melakukan pembenaran dalam kekeliruan, karena keliru bukan berarti kesalahan dan pembenaran belum berarti meluruskan kekeliruan.

---

Yakub pergi dengan tangan penuh tetesan darah serta arah senapan yang membujur ke tenggorokan nya tanpa alas. Begitu menarik pelatuk bukan burung-burung lagi yang beterbangan melainkan tikus dan kecoa yang berdecit. Yakub menarik pelatuknya di sudut kamar kos kecil yang berantakan dan kotor. Peluru masuk lewat rongga mulutnya yang dibuka tipis dan menembus ke rongga sinus dan serat cerebellum nya hingga berhamburan seperti saos tomat.

Maria hanya menyaksikan nya tanpa reaksi berlebih, menghabiskan chocopie yang dibeli dua jam lalu bersama Yakub. Menjadi permintaan Maria pada Yakub untuk yang terakhir kalinya. Plastik pembungkus chocopie ini cukup sulit untuk disobek, cipratan cokelat masih menempel di beberapa bagian sobekan plastik pembungkus ini. 

Biasanya ini terjadi karena produk sudah menuju tanggal kadaluwarsa. Tapi Maria tidak peduli, itu menjadi satu-satunya chocopie yang tersisa di minimarket terdekat karena tengah malam dan butuh dua hari untuk menunggu suplai produk serupa di datangkan lagi.

Maria dan Yakub menjadi tidak sabaran, pistol di tangan kanan dan chocopie di tangan kiri. Tangan kanan satunya berlumuran cokelat, dan satunya penuh dengan darah segar yang mengundang drakula dan vampir datang. Mereka tidak percaya drakula dan vampir, jadi tidak ada yang datang malam itu. Mereka hanya percaya pada hantu-hantu lokal seperti kuntilanak, gundurwo, banaspati dan lain sebagainya, tapi juga tidak ada yang datang meskipun mereka percaya, kini sisa kepercayaan mereka menjadi tanda tanya.

Yang satu mati dan satunya mengunyah kudapan murahnya, mereka berasal dari keluarga yang berkecukupan tapi selera makanan yang mereka sukai cenderung tidak mewah sama sekali. Maria tidak terkesan kaget dan ketakutan, seolah ia sudah sering menyaksikan aksi serupa dengan kejadian yang sama berulang-ulang.

"Udah deh, bosen akutuhh."

"Aku coba bunuh diri deh"

"Tapi kan sakit"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun