"Kalau gitu aku masuk ke kamar dulu. Mengganti baju sebentar"
"Yasudah sana" jawab Karina seperti mengusir, Anwar bergegas masuk ke dalam kamar dengan tergopoh-gopoh sambil mengecap-mengecap mulutnya yang memerah kepanasan.
"Dia seperti anak kecil" ujar Badaruddin dengan nada lirih.
"Senang bisa melihat keluarga kecil ini berkumpul" jawab Eka.
"Ya, tetapi tidak semuannya datang" Badaruddin memandang Eka.
Dalam gelap Anwar menghidupkan sakral lampu. Ruangan kamar itu masih sama, tidak ada perubahan dekorasi yang berarti; lemari, kursi, ranjang, corak dinding kayu masih tetap sama, hanya bohlam lampu yang berubah menjadi cahaya putih berbeda dengan dahulu yang berwarna kuning. Anwar membuka tas dan mengambil beberapa pakaian santai untuk beristirahat, tetapi dia tidak bisa mengelak dari sebuah foto yang terbingkai di kamar itu.
Foto itu adalah foto mereka bertiga: Dia, Badaruddin, dan Thalib. Sejenak dia memandang foto itu. Waktu terasa begitu cepat, pikir Anwar, dia melihat ketika mereka masih dengan perawakan kanak-kanak, wajah dipenuhi dengan jerawat, kulit hitam sering berjemur, dan gigi ompong Thalib yang tidak bisa dilupakan oleh Anwar.
"Oh Thalib seandainya..."
*
Tahun 2022, berita duka menyelimuti TNI. Helikopter yang seharusnya mendarat di tanah Papua, Timika, harus kandas dalam perjalanannya setelah dikabarkan mati mesin di daerah Pegunungan Trikora. Mirisnya peristiwa itu tidak hanya menyayat hati para prajurit TNI, tetapi juga Anwar yang diberitahu setelah sidang kalau adiknya menjadi korban dari kecelakaan yang na'as itu.
Pencarian berlanjut selama beberapa hari, tetapi kehadiran Anwar di tanah Papua tidak bisa berbuah banyak. Dia hanya menunggu di bandara selama berhari-hari, menunggu kabar dengan harapan Thalib masih hidup, walaupun kemungkinan itu sangat begitu kecil. Matahari dan bulan terus berganti, Anwar menunggu kedatangan sang adik. Setibanya suara mesin terdengar menderu dari atas langit, terlihat Pesawat TNI AU berjenis Boieng 737 hendak melakukan pendaratan di atas lapangan pacu bandara. Anwar mempasatkan mata, pesawat berjenis Hercules C-130 membuka pintu bagian belakangnya. Jantung Anwar berpacu sedikih lebih kencang, para prajurit tim penyelamat berderap keluar dan mengeluarkan beberapa peti mati.