"Lihat kalian ini, begitu bugar dan sehat" Badaruddin memegang pundak sang kakak dan melirik keponakannya itu, Raffa, yang sembunyi takut melihat kehadiran Pamannya itu. Setelah diperhatikan oleh Anwar adiknya itu sudah tampil dengan perut yang membuncit. "Kau itu yang sepertinya terlalu sehat. Hehehe.." guyon Anwar.
"Kalau begitu, kita jalan ya. Hari sudah sore, kita ke makam Ibu dulu" ajak Badaruddin.
"Baiklah" jawab Karina.
Badaruddin dengan sigap membantu sang kakak mengangkat koper yang mereka bawa. Tidak lupa tas ransel dan jinjing yang berisikan pakaian Raffa berserta mainan yang tidak bisa ditinggalkan di rumah. Badaruddin merasa heran, dia melihat Anwar tidak membawa ransel kerjanya.
"Hei bang, kau memang tidak bawa ransel ya ?"
"Tidak. Aku ingin berlibur din" jawab Anwar dengan senyum sumringah.
*
Makam Ibunda, Jamilah, terletak di jantung Kota Palembang. Kuburan itu begitu bersih, berbeda dengan tempat pemakaman umum lainnya yang jauh lebih kumuh dan tidak terurus. Rumput-rumput tampak begitu rapih terpotong, pohon peneduh seperti Pohon Cemara  dan Tabebuya memenuhi tiap sudut jalan pemakaman, petak kuburan berjejer lurus, tidak ada yang menyilang atau tumpang tindih satu sama lain. Tempat pemakaman umum itu sangat begitu memadai menjadi peristirahatan terakhir bagi para jiwa-jiwa yang telah dipanggil.
"Ini TPU Kebun Bunga. Beberapa tahun lalu Walikota melakukan kebijakan untuk merevitalisasi tata TPU di setiap kota dan menurutku menjadi begitu baik dan tidak berantakan" ujar Badaruddin menjelaskan.
Terlihat beberapa petugas makam yang sedang menyiram beberapa tanaman dan menyapu bagian jalan setapak. Para petugas makam itu sangat begitu ramah, mereka menundukan kepala dan menebar senyum kepada peziarah yang ingin mendoakan para pendahulu mereka.
Badaruddin memimpin perjalanan menuju nisan Ibu. Jaraknya cukup jauh dari pintu gerbang, tetapi Anwar bisa merasakan kalau dia dan Ibunya itu telah semakin dekat. Mereka berhenti di sebuah nisan yang bertuliskan "Jamilah Binti Khoiruddin". Makam Ibunda begitu bersih, terdapat dedaunan bunga melati dan mawar merah bertabur di atas tanah makam Ibunda. Anwar yang merasa penasaran menanyakan kepada Badaruddin siapa yang menebarkan bunga-bunga itu.