“Lho, bagaimana Anda tahu tentang itu?”
“Bapak lihat gerak-gerikmu seperti sedang meminta sesuatu.”
“Ah, tidak ada kok, Pak. Saya tak minta sesuatu.”
“Nah, pas sekali hari ini. Ini, untukmu.” Pak Direktur memberikan amplop tebal berwarna cokelat pada Harry.
“Ini, apaan Pak?”
“Bapak memberikanmu gaji, sudah sesuai dengan kerjamu. 4 juta rupiah.”
“4 Juta? Tapi, kenapa harus diberikan sekarang, Pak? Bukannya tanggal 25 harus diberikan?”
“Bapak sengaja memberikannya padamu karena Bapak tahu kondisimu. Kamu mungkin harus jadi suami siaga untuk Fika. Jadi Bapak mengizinkanmu cuti mulai besok. Karena masuk kerja mulai tanggal 11 Juli.”
“Ahh, makasih, Pak. Kalau begitu, saya permisi. Karena ada pekerjaan lain yang harus aku kerjakan,” sahut Harry begitu langsung pergi dari ruangan Pak Direktur.
Harry pun buru-buru langsung ke ruangannya untuk menenangkan diri. Harry sangat pusing karena dokumen yang ada di hadapannya. Belum lagi masalah rencana mudik. Harry sangat tidak enak kalau dia tidak mudik, karena sudah 2 tahun Harry tidak mudik karena masalah pekerjaan.
Rencana Harry mudik, ingin pergi ke Surabaya, Jawa Timur. Dan jika istrinya melahirkan 1 minggu sebelum Lebaran, maka esok atau lusa akan langsung mudik. Harry mungkin akan membawa mobilnya untuk pergi ke Surabaya.