Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengupas Deep Learning: AI, Metode Abdul Mu'ti, dan Kurikulum Merdeka di Era Modern

10 Januari 2025   14:41 Diperbarui: 10 Januari 2025   14:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikdasmen Abdul Mu'ti dan Nadiem Makarim (sumber: prfmnews.pikiran rakyat.com)

Mereka tidak benar-benar "sama," tetapi dapat saling melengkapi dalam membangun pendidikan yang lebih baik di Indonesia.

Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia, memperkenalkan konsep "deep learning" sebagai pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, bukan sekadar penguasaan materi secara dangkal. 

Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas siswa dalam memahami makna dari informasi yang dipelajari, sehingga mereka tidak hanya mengetahui fakta, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam berbagai konteks. 

Tiga pilar utama Deep Learning

Mu'ti menegaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan metode yang dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran untuk mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif. 

Pendekatan ini terdiri dari tiga pilar utama:

1. Mindful (Pembelajaran yang sadar dan reflektif)

Adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kesadaran penuh siswa dalam proses belajar, sehingga mereka benar-benar memahami apa yang sedang mereka pelajari dan bagaimana hal tersebut relevan dengan diri mereka. Pendekatan ini mengajarkan siswa untuk lebih fokus, hadir sepenuhnya dalam kegiatan belajar, dan melibatkan refleksi mendalam terhadap materi yang dipelajari.

Ciri-Ciri:

- Fokus dan Kesadaran Penuh: Siswa memberikan perhatian sepenuhnya pada proses belajar, bukan hanya sekadar menghafal.

- Refleksi: Setelah belajar, siswa diajak untuk merenungkan apa yang sudah dipahami, apa yang belum, dan bagaimana materi tersebut relevan dalam kehidupan nyata.

- Pengelolaan Emosi: Siswa diajarkan untuk mengelola emosi selama belajar, seperti mengatasi rasa cemas saat menghadapi materi sulit.

- Kontekstualisasi: Pembelajaran dihubungkan dengan pengalaman pribadi siswa, sehingga mereka merasa materi tersebut bermakna.

Contoh Mindful Learning dalam Praktik

- Pelajaran Sejarah:

Guru tidak hanya meminta siswa menghafal tanggal dan peristiwa penting, tetapi juga memberikan pertanyaan reflektif seperti:

"Bagaimana peristiwa ini memengaruhi kehidupan kita saat ini?"

"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu hidup pada zaman itu?"

Siswa kemudian diminta menuliskan jurnal refleksi tentang apa yang mereka pelajari dan rasakan.

- Pelajaran Matematika:

Siswa diajak untuk menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung anggaran belanja keluarga.

Setelah menyelesaikan soal, siswa merenungkan: "Apa kesulitan yang saya hadapi saat mengerjakan soal ini? Bagaimana saya bisa memperbaiki strategi saya?"

- Pelajaran Seni:

Guru memberikan waktu bagi siswa untuk merenungkan karya seni yang mereka buat.

Siswa diajak untuk menjawab pertanyaan seperti:

"Apa pesan yang ingin saya sampaikan melalui karya ini?"

"Apa yang saya rasakan selama proses menciptakan karya ini?"

- Diskusi Kelas:

Dalam diskusi kelompok, siswa diminta untuk mendengarkan pendapat teman dengan penuh perhatian, kemudian merespons dengan mempertimbangkan pandangan teman dan pandangan mereka sendiri.

Manfaat Mindful Learning:

- Meningkatkan Pemahaman Mendalam: Siswa lebih memahami materi secara konseptual.

- Melatih Empati dan Komunikasi: Melalui refleksi dan diskusi, siswa belajar menghargai perspektif lain.

- Meningkatkan Konsentrasi: Kesadaran penuh membantu siswa lebih fokus pada pelajaran.

- Mengurangi Stres: Pendekatan yang tenang dan reflektif membantu siswa menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.

- Mindful learning membantu menciptakan suasana belajar yang tidak hanya menekankan hasil akhir (seperti nilai), tetapi juga proses dan pengalaman belajar itu sendiri.

2. Meaningful (Materi relevan dan bermakna)

Adalah pendekatan pembelajaran yang memastikan bahwa materi pelajaran memiliki kaitan langsung dengan kehidupan siswa, minat mereka, atau kebutuhan masa depan. Dengan begitu, siswa merasa lebih termotivasi karena mereka memahami manfaat nyata dari apa yang dipelajari.

Ciri-Ciri Pembelajaran yang Meaningful:

- Relevansi: Materi dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari siswa, sehingga terasa dekat dengan kehidupan mereka.

- Kontekstual: Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dapat langsung diterapkan dalam kehidupan nyata atau situasi praktis.

- Personalisasi: Materi disesuaikan dengan minat dan potensi individu siswa.

- Pemecahan Masalah Nyata: Siswa diajak untuk memecahkan masalah yang benar-benar terjadi di lingkungan mereka.

Contoh Meaningful Learning dalam Praktik

- Pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam):

Topik: Polusi udara.

Pendekatan Meaningful: Guru tidak hanya menjelaskan teori tentang polusi, tetapi juga meminta siswa untuk:

Mengamati tingkat kebersihan udara di lingkungan mereka.

Membahas dampak polusi terhadap kesehatan keluarga.

Membuat rencana aksi untuk mengurangi polusi, seperti menanam pohon atau kampanye hemat energi.

- Pelajaran Matematika:

Topik: Persentase dan diskon.

Pendekatan Meaningful: Guru mengajarkan konsep ini dengan meminta siswa menghitung harga barang saat berbelanja dengan diskon. Misalnya:

"Jika sebuah baju awalnya seharga Rp200.000 dan mendapat diskon 25%, berapa harga akhirnya?"

Aktivitas ini relevan karena siswa sering menemui situasi serupa saat belanja.

- Pelajaran Bahasa Indonesia:

Topik: Menulis artikel.

Pendekatan Meaningful: Siswa diminta menulis artikel tentang isu yang sedang hangat di lingkungan mereka, seperti sampah plastik di sekolah atau perundungan (bullying).

Mereka juga diminta untuk menyampaikan solusi yang mereka pikirkan, sehingga tulisan mereka menjadi alat untuk menyuarakan pendapat.

- Pelajaran Ekonomi:

Topik: Manajemen keuangan pribadi.

Pendekatan Meaningful: Siswa diajarkan cara membuat anggaran sederhana untuk keperluan sekolah, tabungan, dan hiburan.

Guru mengaitkan pembelajaran ini dengan pentingnya mengatur uang sejak dini untuk masa depan.

- Pelajaran Seni Budaya:

Topik: Tari tradisional.

Pendekatan Meaningful: Siswa tidak hanya mempelajari gerakan tari tradisional, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya di balik tarian tersebut. Siswa dapat diminta untuk membawakan tarian tersebut pada acara komunitas untuk melestarikan budaya.

Manfaat Meaningful Learning:

- Meningkatkan Motivasi Belajar: Siswa lebih semangat belajar karena mereka merasa materi tersebut penting dan bermanfaat.

- Meningkatkan Pemahaman: Hubungan antara materi dan kehidupan nyata membuat siswa lebih mudah memahami konsep.

- Mempersiapkan Kehidupan Nyata: Pembelajaran ini melatih siswa menghadapi tantangan praktis di dunia nyata.

- Meningkatkan Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis: Karena siswa dilibatkan dalam menyelesaikan masalah nyata.

Pembelajaran yang bermakna menciptakan hubungan yang erat antara apa yang diajarkan di kelas dengan dunia di luar kelas, sehingga siswa dapat melihat manfaat langsung dari apa yang mereka pelajari.

3. Joyful (Proses belajar menyenangkan dan memotivasi) 

Adalah pendekatan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang positif, interaktif, dan penuh semangat. Tujuannya adalah membuat siswa merasa nyaman, senang, dan termotivasi untuk terus belajar tanpa merasa tertekan atau bosan.

Ciri-Ciri Pembelajaran Joyful:

- Lingkungan yang Positif: Guru menciptakan suasana kelas yang ramah, mendukung, dan bebas tekanan.

- Kreativitas dalam Mengajar: Penggunaan metode kreatif seperti permainan, proyek, atau simulasi.

- Partisipasi Aktif: Siswa dilibatkan secara langsung melalui diskusi, kerja kelompok, atau aktivitas hands-on.

- Pengakuan dan Apresiasi: Prestasi atau upaya siswa dihargai, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi.

Contoh Joyful Learning dalam Praktik

- Pelajaran Matematika:

Aktivitas: Permainan berburu angka.

Pelaksanaan: Guru menyembunyikan angka atau soal matematika di berbagai sudut kelas. Siswa diminta mencarinya dan memecahkan soal tersebut dalam kelompok.

Mengapa Menyenangkan: Aktivitas ini melibatkan gerakan fisik dan elemen kompetisi yang membuat siswa antusias.

- Pelajaran Bahasa Inggris:

Aktivitas: Role-play atau bermain peran.

Pelaksanaan: Siswa diminta bermain peran sebagai pembeli dan penjual di pasar menggunakan bahasa Inggris. Guru menyediakan properti sederhana seperti uang mainan atau barang dagangan palsu.

Mengapa Menyenangkan: Siswa merasa seperti bermain, tetapi tetap belajar kosakata dan dialog dalam bahasa Inggris.

- Pelajaran Sains:

Aktivitas: Eksperimen sederhana.

Pelaksanaan: Siswa melakukan eksperimen seperti membuat gunung meletus menggunakan baking soda dan cuka. Mereka kemudian mencatat pengamatan dan belajar tentang reaksi kimia.

Mengapa Menyenangkan: Siswa terlibat langsung dalam kegiatan praktis dan melihat hasil nyata, yang memicu rasa ingin tahu mereka.

- Pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial):

Aktivitas: Simulasi sejarah.

Pelaksanaan: Guru mengatur kelas menjadi seperti suasana sidang Konferensi Asia-Afrika. Siswa memainkan peran sebagai pemimpin negara dan mendiskusikan isu-isu penting.

Mengapa Menyenangkan: Aktivitas ini menggabungkan pembelajaran sejarah dengan drama, sehingga lebih hidup dan menarik.

- Pelajaran Seni:

Aktivitas: Kompetisi menggambar bersama.

Pelaksanaan: Guru memberikan tema tertentu, seperti "Lingkungan Bersih," dan siswa diminta menggambar secara kelompok. Setelah itu, karya mereka dipamerkan di kelas.

Mengapa Menyenangkan: Kompetisi ini melibatkan kreativitas, kerja sama, dan apresiasi terhadap karya seni.

Manfaat Joyful Learning:

- Meningkatkan Motivasi: Siswa lebih antusias untuk belajar karena merasa bahagia.

- Mengurangi Stres: Suasana yang santai membuat siswa lebih percaya diri.

- Meningkatkan Kreativitas: Aktivitas yang menyenangkan mendorong siswa berpikir kreatif.

- Meningkatkan Hubungan Sosial: Aktivitas kelompok mempererat kerja sama dan komunikasi antarsiswa.

Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar untuk mendapatkan nilai, tetapi juga menikmati proses belajar itu sendiri. Joyful learning membantu menciptakan pengalaman positif yang membuat siswa terus termotivasi untuk belajar sepanjang hidup.

Perbedaan Deep Learning Abdul Mu'ti dengan AI

Metode "deep learning" Abdul Mu'ti dalam pendidikan dan deep learning dalam kecerdasan buatan (AI) adalah dua konsep yang berbeda, meskipun menggunakan istilah yang sama. Perbedaannya terletak pada konteks penerapan dan tujuannya. Berikut penjelasan detailnya:

1. Deep Learning Abdul Mu'ti dalam Pendidikan

Konteks: Metode pembelajaran manusia.

Tujuan: Membantu siswa belajar dengan pemahaman mendalam, refleksi, relevansi, dan keterlibatan emosional untuk membangun keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan karakter yang kuat.

Pendekatan:

Mindful: Belajar dengan kesadaran penuh dan refleksi.

Meaningful: Mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa.

Joyful: Membuat proses belajar menyenangkan dan memotivasi.

Contoh: Membahas polusi udara dalam pelajaran IPA dengan mengaitkan teori dengan tindakan nyata, seperti membuat rencana aksi lingkungan.

2. Deep Learning dalam Kecerdasan Buatan (AI)

Konteks: Teknik di bidang komputasi dan teknologi.

Tujuan: Menciptakan sistem komputer yang dapat belajar dari data besar untuk mengenali pola dan membuat prediksi atau keputusan tanpa intervensi manusia secara langsung.

Pendekatan:

Menggunakan jaringan saraf tiruan yang terdiri dari banyak lapisan (deep neural networks).

Membutuhkan data dalam jumlah besar dan komputasi yang kuat untuk melatih model.

Contoh: Aplikasi dalam pengenalan wajah, chatbot, mobil otonom, atau analisis data medis.

Persamaan

- Fokus pada Pemahaman Mendalam, keduanya bertujuan mencapai pemahaman yang lebih dalam.

Dalam pendidikan: Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan dalam AI: Pemahaman sistem terhadap pola dalam data.

- Proses Berlapis: Dalam pendidikan berlapis dari pemahaman dasar hingga refleksi dan aplikasi. Dalam AI jaringan saraf berlapis-lapis untuk memproses informasi.

Perbedaan Utama

Aspek

Deep Learning Abdul Mu'ti

Deep Learning AI

Bidang

Pendidikan manusia

Teknologi dan komputasi

Subjek yang Belajar

Siswa manusia

Mesin atau komputer

Metode

Aktivitas belajar berbasis refleksi, relevansi, dan kebahagiaan

Pemrosesan data dengan jaringan saraf tiruan

Tujuan Akhir

Membentuk siswa yang kritis, kreatif, dan berkarakter

Menciptakan sistem pintar yang dapat belajar dan membuat keputusan otomatis

Meskipun istilahnya sama, kedua konsep tersebut memiliki konteks dan implementasi yang sangat berbeda. "Deep learning" Abdul Mu'ti berfokus pada pengembangan manusia melalui pendidikan, sedangkan deep learning dalam AI adalah tentang pengembangan mesin yang cerdas.

Deep Learning Abdul Mu'ti bukan kurikulum

Abdul Mu'ti menyebut "deep learning" sebagai metode, bukan kurikulum, sepertinya lebih kepada cara pandang yang strategis dan fleksibel dalam penerapan gagasan tersebut. Berikut beberapa alasan yang mungkin mendasarinya:

1. Fokus pada Pendekatan, Bukan Struktur Formal

Metode: Mengacu pada cara atau pendekatan untuk mengajar yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks pelajaran dan kurikulum yang sudah ada. Ini lebih fleksibel dan tidak memerlukan perubahan besar dalam sistem pendidikan.

Kurikulum: Mengacu pada dokumen resmi yang mengatur isi, tujuan, dan struktur pembelajaran. Perubahan kurikulum memerlukan persiapan, anggaran, dan persetujuan kebijakan nasional.

Alasan: Dengan menyebutnya metode, Abdul Mu'ti menghindari kerumitan administratif yang sering menyertai perubahan kurikulum.

2. Fleksibilitas dalam Penerapan

Sebagai metode, deep learning dapat diterapkan di semua mata pelajaran dan tingkat pendidikan tanpa perlu mengubah keseluruhan sistem.

Hal ini memungkinkan guru untuk mulai menerapkan konsep mindful, meaningful, dan joyful learning secara langsung, tanpa menunggu perubahan besar pada kurikulum.

3. Membangun Kesadaran Sebelum Perubahan Struktural

Abdul Mu'ti mungkin ingin memulai dengan mengubah pola pikir guru dan siswa terlebih dahulu. Jika konsep ini diterima dan terbukti efektif, penerapannya dapat diintegrasikan lebih dalam ke sistem pendidikan di masa depan.

Menggunakan istilah "metode" membantu menghindari resistensi dari pihak-pihak yang sering merasa khawatir dengan perubahan besar pada sistem pendidikan.

4. Menghindari Beban Politik

Perubahan kurikulum sering kali menjadi isu politis di Indonesia, melibatkan banyak pihak dan kadang-kadang mendapat kritik yang tidak perlu sebelum diberi kesempatan untuk diuji.

Dengan menyebutnya metode, Abdul Mu'ti menghindari perdebatan politik yang bisa menghambat penerapan ide ini.

5. Menghormati Keberlanjutan Sistem yang Ada

Abdul Mu'ti tampaknya ingin menjaga kesinambungan dengan kurikulum yang sudah ada, seperti Kurikulum Merdeka, yang sudah diterapkan secara bertahap. Sebagai metode, deep learning dapat melengkapi dan memperkaya kurikulum tanpa menggantikannya.

Langkah ini menunjukkan kesadaran akan kompleksitas sistem pendidikan di Indonesia dan pentingnya memulai perubahan dari pendekatan praktis yang dapat diterapkan langsung.

Abdul Mu'ti memilih untuk menyebutnya sebagai metode karena pendekatan ini lebih fleksibel, praktis, dan menghindari komplikasi yang sering menyertai perubahan besar seperti revisi kurikulum. Strategi ini adalah langkah bijak untuk mendorong inovasi tanpa harus berhadapan dengan resistensi yang tidak perlu.

Perbedaan dan Kesamaan Metode Abdul Mu'ti dengan Kurikulum Merdeka

Menteri Pendidikan Indonesia sebelum Abdul Mu'ti, yaitu Nadiem Makarim, lebih dikenal dengan pendekatan melalui kebijakan berbasis inovasi dan teknologi, termasuk implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, pendekatan yang digunakan Nadiem bisa dianggap sebagai kombinasi metode dan kebijakan yang difokuskan pada hal-hal berikut:

1. Metode Berbasis Teknologi dan Digitalisasi Pendidikan

Platform Merdeka Mengajar: Nadiem memanfaatkan teknologi untuk mendukung guru dengan pelatihan daring, perangkat ajar, dan evaluasi mandiri.

Digitalisasi Sekolah: Program distribusi perangkat teknologi, seperti Chromebook, untuk membantu pembelajaran daring di sekolah-sekolah.

Pendekatan Metode: Memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar-mengajar, baik untuk eksplorasi maupun kolaborasi.

2. Kurikulum Merdeka

Meskipun disebut "kurikulum," pendekatan yang diusung dalam Kurikulum Merdeka juga mengandung metode pembelajaran yang lebih fleksibel:

Berbasis Proyek (Project-Based Learning):

Siswa belajar melalui proyek-proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka.

Menekankan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kerja tim.

Diferensiasi Belajar: Guru didorong untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan masing-masing siswa.

Metode Evaluasi Formatif: Fokus pada pembelajaran yang berkelanjutan, dengan menilai proses, bukan hanya hasil akhir.

3. Kebijakan Merdeka Belajar

Merdeka Belajar mencakup berbagai program yang dirancang untuk mengubah cara pembelajaran di Indonesia, termasuk metode untuk meningkatkan kualitas guru, siswa, dan sistem pendidikan:

Penghapusan Ujian Nasional (UN): Diganti dengan Asesmen Nasional (AN) yang menilai kompetensi siswa melalui literasi, numerasi, dan survei karakter.

Penguatan Guru: Memberikan pelatihan dan kebebasan kepada guru untuk berinovasi dalam metode pengajaran.

Kampus Merdeka: Memberikan mahasiswa kesempatan untuk belajar di luar jurusan atau universitas mereka selama beberapa semester untuk menambah wawasan dan pengalaman praktis.

4. Metode Joyful Learning

Dalam beberapa kesempatan, Nadiem juga menekankan pentingnya belajar yang menyenangkan dan relevan. Contohnya:

Mendorong pembelajaran berbasis permainan (gamification).

Membuat suasana kelas yang kolaboratif dan partisipatif.

5. Metode Kolaboratif

Nadiem memprioritaskan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung pembelajaran siswa.

Contoh: Melibatkan komunitas dan orang tua dalam kegiatan proyek atau pengembangan karakter.

Perbedaan mendasar antara metode Nadiem Makarim dengan Abdul Mu'ti:

Fokus Perbedaan

Aspek

Metode Nadiem Makarim

Metode Abdul Mu'ti

Teknologi

Sangat menonjol, berbasis digitalisasi

Tidak menonjolkan teknologi, fokus pada pengalaman belajar manusia.

Pendekatan Kurikulum

Kurikulum Merdeka dengan fleksibilitas tinggi

Melengkapi kurikulum dengan metode reflektif dan mendalam.

Penekanan

Proyek, literasi digital, evaluasi berbasis kompetensi

Refleksi mendalam, keterkaitan materi, dan pembelajaran menyenangkan.

Menteri sebelumnya, Nadiem Makarim, lebih menekankan teknologi, fleksibilitas kurikulum, dan evaluasi berbasis kompetensi sebagai metode utama untuk mendukung pembelajaran. Sementara Abdul Mu'ti fokus pada metode pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful, yang lebih menitikberatkan pada aspek kemanusiaan dan kedalaman pemahaman siswa.

Secara prinsip, metode Nadiem Makarim dan metode Abdul Mu'ti memiliki kesamaan dalam tujuan utama: menciptakan proses pembelajaran yang bermakna, relevan, dan menyenangkan bagi siswa. Namun, ada perbedaan dalam pendekatan, penekanan, dan fokus implementasi yang membuatnya terlihat berbeda. Berikut analisisnya:

Kesamaan

Fokus pada Pembelajaran Bermakna:

Keduanya mengutamakan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa (meaningful).

Misalnya, Nadiem melalui project-based learning (pembelajaran berbasis proyek) dan Abdul Mu'ti melalui materi yang dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari siswa.

Menciptakan Suasana Menyenangkan (Joyful):

Nadiem mendorong suasana belajar yang fleksibel dan inovatif, termasuk gamifikasi.

Abdul Mu'ti secara eksplisit menyebut joyful learning sebagai bagian dari metode deep learning.

Menghargai Peran Guru dan Siswa:

Nadiem menekankan kebebasan guru untuk berinovasi melalui konsep "Guru Penggerak".

Abdul Mu'ti menekankan pentingnya kesadaran reflektif (mindful) dari guru dan siswa dalam proses belajar.

Pengembangan Karakter dan Keterampilan Abad ke-21:

Keduanya bertujuan mempersiapkan siswa dengan keterampilan kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkarakter.

Perbedaan utama:

Aspek

Metode Nadiem

Metode Abdul Mu'ti

Penekanan Teknologi

Sangat menonjol, seperti melalui Merdeka Mengajar dan digitalisasi sekolah.

Tidak fokus pada teknologi, lebih pada pendekatan humanis.

Pendekatan Kurikulum

Kurikulum Merdeka sebagai landasan formal untuk mengintegrasikan metode belajar.

Tidak membuat kurikulum baru, hanya melengkapi pendekatan di kurikulum yang ada.

Lingkup Inovasi

Menyentuh seluruh aspek pendidikan, termasuk evaluasi (Asesmen Nasional) dan kebijakan makro.

Fokus pada metode pembelajaran di ruang kelas tanpa mengubah kebijakan besar.

Gaya Implementasi

Sistematis dan berbasis kebijakan nasional.

Lebih sederhana, berbasis praktik langsung oleh guru.

Komponen Refleksi

Tidak secara eksplisit disebut sebagai bagian utama.

Mindful learning menjadi salah satu pilar utama.

Metode Nadiem mencakup pembelajaran bermakna dan menyenangkan tetapi dalam kerangka yang lebih luas, termasuk teknologi dan kebijakan.

Metode Abdul Mu'ti lebih terfokus pada pendekatan reflektif, mendalam, dan humanis di tingkat kelas tanpa perlu intervensi sistem besar.

Metode Nadiem dan Abdul Mu'ti berbagi visi yang sama tentang pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dan relevan, tetapi mereka berbeda dalam penekanan:

Nadiem lebih menonjolkan inovasi teknologi dan sistem pendidikan secara makro, sedangkan Abdul Mu'ti fokus pada kualitas interaksi guru-siswa dan pendekatan humanis di ruang kelas.

Mereka tidak benar-benar "sama," tetapi dapat saling melengkapi dalam membangun pendidikan yang lebih baik di Indonesia.

Mengapa Abdul Mu'ti belum menerapkan kurikulum baru?

1. Mengapa Tetap Menggunakan Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka sudah diterapkan secara luas sejak masa Nadiem Makarim dan menjadi dasar dalam sistem pendidikan saat ini.

Mengubah kurikulum membutuhkan waktu, proses panjang, dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk peraturan resmi pemerintah. Hal ini melibatkan pelatihan guru, revisi materi ajar, dan adaptasi infrastruktur.

Dengan memperkenalkan metode pembelajaran baru, Abdul Mu'ti dapat meningkatkan kualitas implementasi Kurikulum Merdeka tanpa harus menunggu perubahan kurikulum.

2. Apakah Abdul Mu'ti Akan Membuat Kurikulum Baru?

Hingga saat ini, belum ada indikasi bahwa Abdul Mu'ti akan langsung mengganti Kurikulum Merdeka. Sebagai Menteri Pendidikan, ia mungkin:

Mengoptimalkan Kurikulum Merdeka dengan menambahkan elemen mindful, meaningful, dan joyful learning dalam pelaksanaannya.

Menggunakan waktu untuk mengevaluasi efektivitas Kurikulum Merdeka sebelum memutuskan apakah kurikulum baru diperlukan.

Jika Abdul Mu'ti memutuskan untuk mengganti kurikulum, itu biasanya akan dilakukan secara bertahap dan diumumkan jauh sebelum tahun ajaran baru, untuk memberikan waktu persiapan bagi sekolah dan guru.

3. Apakah Ada Kurikulum Baru pada Tahun Ajaran Baru?

Kemungkinan tidak langsung terjadi perubahan besar:

Masa transisi: Jika Abdul Mu'ti berniat membuat kurikulum baru, biasanya akan ada uji coba terlebih dahulu di sekolah-sekolah percontohan (seperti yang terjadi pada Kurikulum Merdeka).

Penerapan bertahap: Kurikulum baru membutuhkan pengembangan, pelatihan guru, dan evaluasi sebelum diterapkan secara nasional.

4. Fokus Abdul Mu'ti Saat Ini

Abdul Mu'ti tampaknya lebih memprioritaskan peningkatan metode pembelajaran dibandingkan langsung mengganti kurikulum. Dengan metode deep learning, ia mendorong:

Guru untuk lebih kreatif dan reflektif dalam mengajar.

Siswa untuk lebih aktif, berpikir mendalam, dan menikmati proses belajar.

Sekolah untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan tanpa perlu menunggu perubahan struktural seperti kurikulum baru.

Abdul Mu'ti tidak langsung mengganti Kurikulum Merdeka, tetapi melengkapinya dengan metode pembelajaran baru. 

Ketika ada rencana untuk kurikulum baru, prosesnya kemungkinan dilakukan secara bertahap dan dimulai dengan evaluasi atau uji coba. 

Sementara menunggu proses, fokusnya adalah mengubah pendekatan pengajaran agar lebih reflektif, relevan, dan menyenangkan tanpa perlu menunggu tahun ajaran baru atau perubahan kurikulum besar-besaran.

Sumber: 

MELINTAS.ID "Mendikdasmen Abdul Mu'Ti; Menghadapi Pendidikan 2025: Penerapan Deep Learning untuk Generasi Mendalam dan Berkelanjutan"

DETIK.COM "Mendikdasmen: Deep Learning Bukan Teori Baru & Bisa Diterapkan di Semua Mapel"

JAWAPOS "Mendikdasmen Abdul Mu'ti Bocorkan Kurikulum Baru Deep Learning, Ini 3 Pilar dan Penjelasannya"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun