Menggunakan istilah "metode" membantu menghindari resistensi dari pihak-pihak yang sering merasa khawatir dengan perubahan besar pada sistem pendidikan.
4. Menghindari Beban Politik
Perubahan kurikulum sering kali menjadi isu politis di Indonesia, melibatkan banyak pihak dan kadang-kadang mendapat kritik yang tidak perlu sebelum diberi kesempatan untuk diuji.
Dengan menyebutnya metode, Abdul Mu'ti menghindari perdebatan politik yang bisa menghambat penerapan ide ini.
5. Menghormati Keberlanjutan Sistem yang Ada
Abdul Mu'ti tampaknya ingin menjaga kesinambungan dengan kurikulum yang sudah ada, seperti Kurikulum Merdeka, yang sudah diterapkan secara bertahap. Sebagai metode, deep learning dapat melengkapi dan memperkaya kurikulum tanpa menggantikannya.
Langkah ini menunjukkan kesadaran akan kompleksitas sistem pendidikan di Indonesia dan pentingnya memulai perubahan dari pendekatan praktis yang dapat diterapkan langsung.
Abdul Mu'ti memilih untuk menyebutnya sebagai metode karena pendekatan ini lebih fleksibel, praktis, dan menghindari komplikasi yang sering menyertai perubahan besar seperti revisi kurikulum. Strategi ini adalah langkah bijak untuk mendorong inovasi tanpa harus berhadapan dengan resistensi yang tidak perlu.
Perbedaan dan Kesamaan Metode Abdul Mu'ti dengan Kurikulum Merdeka
Menteri Pendidikan Indonesia sebelum Abdul Mu'ti, yaitu Nadiem Makarim, lebih dikenal dengan pendekatan melalui kebijakan berbasis inovasi dan teknologi, termasuk implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, pendekatan yang digunakan Nadiem bisa dianggap sebagai kombinasi metode dan kebijakan yang difokuskan pada hal-hal berikut:
1. Metode Berbasis Teknologi dan Digitalisasi Pendidikan