Deep Learning Abdul Mu'ti bukan kurikulum
Abdul Mu'ti menyebut "deep learning" sebagai metode, bukan kurikulum, sepertinya lebih kepada cara pandang yang strategis dan fleksibel dalam penerapan gagasan tersebut. Berikut beberapa alasan yang mungkin mendasarinya:
1. Fokus pada Pendekatan, Bukan Struktur Formal
Metode: Mengacu pada cara atau pendekatan untuk mengajar yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks pelajaran dan kurikulum yang sudah ada. Ini lebih fleksibel dan tidak memerlukan perubahan besar dalam sistem pendidikan.
Kurikulum: Mengacu pada dokumen resmi yang mengatur isi, tujuan, dan struktur pembelajaran. Perubahan kurikulum memerlukan persiapan, anggaran, dan persetujuan kebijakan nasional.
Alasan: Dengan menyebutnya metode, Abdul Mu'ti menghindari kerumitan administratif yang sering menyertai perubahan kurikulum.
2. Fleksibilitas dalam Penerapan
Sebagai metode, deep learning dapat diterapkan di semua mata pelajaran dan tingkat pendidikan tanpa perlu mengubah keseluruhan sistem.
Hal ini memungkinkan guru untuk mulai menerapkan konsep mindful, meaningful, dan joyful learning secara langsung, tanpa menunggu perubahan besar pada kurikulum.
3. Membangun Kesadaran Sebelum Perubahan Struktural
Abdul Mu'ti mungkin ingin memulai dengan mengubah pola pikir guru dan siswa terlebih dahulu. Jika konsep ini diterima dan terbukti efektif, penerapannya dapat diintegrasikan lebih dalam ke sistem pendidikan di masa depan.