Tiba-tiba mataku tertumbuk padai rangkaian bunga mawar merah muda berpita biru yang ditata indah di atas bath up. Tampaknya pria misterius tadi malam memberiku bunga kembali.
*****
Kureguk chicken soup dari mangkok secara perlahan. Kehangatannya membuat pikiranku agak tenang. Kupanggil Mak Cepot untuk duduk bersamaku di meja makan. Lalu aku menceritakan buket mawar pink, pria misterius dan kejadian yang kualami.
Mak Cepot tampak terkejut, wajahnya pucat pasi, "Sudah saya duga non....," bisiknya lirih.
"Memang kenapa Mak?" Tanyaku penasaran.
Mata Mak Cepot menerawang jauh. Ia mulai bercerita, "Begini non........" Dengan lancar ia menceritakan bahwa sebetulnya ayahku memiliki saudara perempuan bernama Venny.Â
Saat menginjak remaja, Venny jatuh cinta dengan seorang pria tampan berdarah Inggris bernama Brams, yang tinggal di kampung sebelah. Namun kakek tak menyetujui hubungan mereka karena perbedaan usia  yang terlampau jauh.
Tapi tampaknya mereka dibutakan oleh cinta. Brams mengajak Venny kawin lari. Saat mereka berusaha lari dari balkon kamar tingkat dua, opa memergokinya. Dengan kemarahan luar biasa, opa menembak Brams hingga meninggal seketika.
Di tengah hembusan nafas terakhirnya, Brams bersumpah akan menghantui kehidupan kakek dan keturunannya. Akibat kejadian itu, Venny menjadi gila dan bunuh diri meloncat dari atas balkon dalam nestapa.Â
Semenjak hari itu, Venny dihapus dari daftar keluarga opa. Semua diperintahkan menutup peristiwa itu rapat-rapat. Pantas saja tak ada yang menceritakan peristiwa itu kepadaku, bahkan ayah. Hingga akhirnya aku menganggap ayahku sebagai anak tunggal opa.
Mak Cepot menghela nafas panjang, Â "Brams meninggal dimana Mak? Tanyaku.